7

5.9K 542 41
                                    

Selentia menatap kamar tempatnya tinggal dulu, mata sembab itu menerawang. Mengingat ulang kenangan yang seakan-akan terhapus di benak, berjalan mengitari kamar luas yang tak berubah sedikitpun sejak ia meninggalkan tempat ini, Selentia dibuat sesak. Ayah dan Kakaknya begitu merindukan ia.

Arabella dan Fiona dibuat saling pandang, keduanya di posisi serba salah. Tak mengenal Selentia lebih jauh, apalagi mereka berdua adalah pelayan yang ditugaskan saat Selentia sudah menjadi Permaisuri.

Mereka berdua tersadar, rumor bertahun silam yang terkubur bukanlah sekedar rumor. Permaisuri mereka bukan berubah namun kembali menjadi sosok yang telah lama hilang, sosok satu-satunya Putri keturunan Azelous dan Putri dari wanita pemilik kecantikan luar biasa, seorang putri Duke Kekaisaran lain yang dirumorkan setengah Dewi dan Iblis. Grand Dhucess Sevia Reginia Azelous.

Kini, keduanya mau tak mau harus terbiasa dengan sikap baru Selentia yang menurut mereka terasa lebih hidup. Arabella tersenyum penuh haru, Permaisuri baik hati yang dikenal justru terlihat menyedihkan, perubahan Permaisuri tak seburuk yang ia kira. Permaisuri-nya, telah menemukan kehidupan baru yang tak hanya terpaku pada sosok Kaisar, pria yang Arabella yakini tak punya hati itu justru sekarang mengangkat selir, semakin menyakiti Permaisuri.

Arabella hanya bungkam, menyadari kedudukan mereka bagai langit dan bumi. Meski seorang Countess, keluarga Deharvi tak lagi jaya. Tinggal tersisa dirinya yang kini mengabdi pada Permaisuri. Mengatakan keluh kesahnya terhadap Kaisar hanya akan membuat dia berakhir di tiang gantung.

Arabella menghela, menghembuskan nafas sedikit kasar tak sadar Selentia memperhatikan. Si Permaisuri yang sedang duduk di tepi ranjang itu berdeham sedikit keras, memaksa perhatian kedua pelayannya teralihkan.

"Fio, siapkan air mandiku," Selentia berujar memecah senyap. Saat Fiona membungkuk patuh dan berlalu pergi, tatapan gadis itu jatuh pada Arabella yang berdiri kaku merasa telah melakukan kesalahan.

"Mohon ampuni kelancangan Hamba Yang Mulia Permaisuri Agung," Arabella membungkuk hendak bersujud namun Selentia keburu berteriak mencegah.

"Apa yang kau lakukan, Bella?" Suara Selentia menyentak, hampir memekik membuat tubuh Arabella gemetar teringat rumor lama yang sempat menggemparkan, 'Meskipun cantik dan baik hati, namun terkadang aku mendengar rumor bahwa Putri Grand Duke itu kejam'. Menurut orang-orang, yang mengatakan hal itu adalah seorang pedagang muda dari negeri seberang yang sekarang menghilang entah kemana.

"Berdiri, kau membuatku tak nyaman," Selentia berujar lelah.

"Sesuai titah Yang Mulia Permaisuri." Arabella berujar, dia mulai tenang lalu merasa bodoh sebab tahu Selentia tak akan menyakiti dirinya.

"Bella, mana bunga pesananku?" tanya Selentia penuh arti.

Arabella sedikit tersentak lalu buru-buru merogoh saku, dia menyerahkan sebuah liontin berbandul permata berwarna oranye dengan ukiran berbentuk tetesan air mata. Selentia sedikit terkekeh melihat ukiran bulan sabit di bingkai permata itu.

Batu yang ia berikan ternyata dibuat kalung oleh orang itu. Selentia jadi mengira-ngira, seperti apakah ekspresinya saat dia kembali menghubungi setelah sekian lama.

Sesaat air muka Selentia menyendu, "apakah dia marah padaku, Bella?"

"Hamba rasa, jika Yang Mulia tidak melakukan kesalahan fatal, orang yang dimaksud Yang Mulia tentu saja tak akan marah."

"Dia marah Bella, dia sangat marah," simpul Selentia. "Kesalahanku sangat fatal, Bella."

Hening menyelimuti hingga Selentia mengatakan, "harusnya aku tak jatuh cinta pada bajingan semacam Avanzo." Arabella dibuat terperangah, menganga menatap gadis itu.

I AM THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang