5

5.2K 381 7
                                    


Grand Duke menatap selembar kertas di genggamannya dengan rumit, alisnya menukik pun hidung dan dahi pria itu berkerut. Antara terkejut, tak percaya dan juga merasa bingung.

Ia membolak-balik kertas itu, bahkan mengarahkannya pada cahaya matahari yang menerobos masuk lewat jendela. Lalu membaca ulang dengan saksama.

Ekspresi itu masih belum berubah juga, membuat tangan kanannya yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan menggaruk dahi mengamati tingkah sang atasan.

Mata coklat ajudan berumur lima puluhan itu membelalak menyaksikan si Grand Duke dingin sedang menghirup aroma kertas itu dalam-dalam. Dia memegangi dada saking terkejutnya.

Tingkah Grand Duke Azelous amat konyol di matanya.

"SERVARO! KEMARI KAU!!" Sekonyong-konyong, Grand Duke berteriak kencang membuat si ajudan tersentak kaget.

"SERVARO ERZAN AZELOUS, KAU TAK MENDENGARKAN AYAHMU?!" Teriakan yang tadinya biasa-biasa saja kini berubah dengan nada yang berubah murka. Kesal lebih tepatnya, sebab kesabaran Grand Duke tersebut hanyalah setipis kertas.

"SERVARO!" teriak Grand Duke lagi, membuat Count Jopan tersenyum mencoba sabar.

"Yang mulia Grand Duke, biar hamba yang memanggil Tuan Muda. Mungkin saja beliau sedang berada jauh dari ruangan ini,"

Grand Duke mendengkus tak peduli, "biarkan saja. Para pelayan pasti sudah menyampaikan pada anak itu."

Count Jopan menganggukkan kepala, memilih patuh daripada terkena lirikan tajam Grand Duke.

Sesuai yang dikatakan Grand Duke, tak lama setelahnya Servaro datang dengan tergesa-gesa. Surai abu-abu mempesona yang bersanding dengan matanya yang berwarna ungu cerah. Servaro persis seperti Selentia dalam versi laki-laki. Hanya saja warna rambutnya persis seperti sang Ayah. Sementara, netra Servaro mewarisi warna netra sang ibu.

Tak ada satupun dari anak-anaknya yang mempunyai mata berwarna hitam pekat seperti Grand Duke. Ah tidak, jelas mata Selentia adalah violet berpadu hitam.

"Ada apa, Ayah?" tanya Servaro dengan nafas sedikit tak beraturan.

Grand Duke menatapnya tajam, "bahkan sekarang kau tak repot-repot memberi salam padaku."

Servaro menipiskan bibir, di tahun kesatu hingga ketiga Selentia menikah Ayahnya benar-benar berubah menjadi dingin dan amat kejam bahkan terlihat tak peduli padanya. Namun kemudian dia berubah menjadi seseorang yang pemarah.

Tak ayal, dia menjadi sasaran kemarahan sang Ayah yang masih tampak gagah di umurnya yang setengah abad itu.

"Hamba memberi salam kepada anjing gila Kekaisaran Griham, Grand Duke Azelous yang terhormat. Semoga Nenek moyang ibu selalu menyertai Anda."

Sebuah belati berhasil mengenai kepala Servaro yang tengah menunduk. Lebih tepatnya adalah gagang belati itu, siapa lagi si pelaku kalau bukan Grand Duke.

"Aku menerima salam Tuan Muda Azelous," sarkas Grand Duke.

"Berhenti bercanda, lihatlah Selentia mengirimkan surat." Grand Duke menyodorkan selembar kertas yang langsung saja di terima olehnya.

Dahi Servaro berkerut memandang surat yang tak ada istimewanya sama sekali itu. "Apa benar ini dari Selen?" tanya dia dengan nada ragu.

Grand Duke menyipitkan mata, "aku sudah memastikan keaslian surat itu. Lagipula pelayan pribadi Selentia yang mengantarkannya. Dan apa kau meragukan kemampuan Ayahmu?"

Servaro menggeleng ragu. Melihat raut wajah putranya Grand Duke hanya mendengus. Sementara Count Jopan yang mendengar ucapan Grand Duke dibuat meringis.

I AM THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang