Marquees Teodran mengamati penampilan kaisar yang berantakan. Laki-laki itu berdeham saat Avanzo tak menatapnya sedikitpun, dirinya bahkan berdiri sudah lebih dari 4 menit sejak masuk begitu saja ke ruangan ini karena Avanzo yang tak menyahut dirinya sama sekali, padahal Teodran tiba tak jauh dari pintu masuk saat Avanzo baru saja memasuki ruang kerjanya.
Avanzo menoleh dengan raut kecut. "Ada apa?" tanyanya dingin.
Teodran berkedip lambat, "bukankah sekarang saatnya rapat, Yang mulia?"
Avanzo tersentak lalu mengernyit kesal, dia menggerutu sembari berjalan meninggalkan Teodran di belakangnya yang tak bisa berkata-kata.
Dahi Teo berkerut, sebenarnya apa yang terjadi dengan Avanzo? Tak biasanya kaisar yang sangat konsisten dengan pekerjaannya itu tiba-tiba menggerutu karena rapat.
Dirinya lantas mengikuti Avanzo dari belakang, tetap menutup mulut meski telinganya terasa panas mendengar ocehan Avanzo tentang perubahan Selentia.
"Bukankah itu yang anda mau, Yang mulia?" Sayangnya pertanyaan itu hanya dapat dituturkan dalam batin, Teodran masih menyayangi lehernya.
Dia tahu dengan betul saat ini Avanzo tak boleh diusik. Manik coklat Teodran yang serupa dengan rambutnya menyipit menangkap sosok yang tampak serampangan di matanya.
Wanita dengan balutan gaun berwarna pink cerah, gaun dengan rok berlipat-lipat dan dihiasi banyak pita itu membuat Teodran meringis ngeri, gaun itu tampak sangat berat. Melihat si wanita kepayahan berlari ke arahnya Teodran hanya terdiam tak mengambil inisiatif untuk memberitahu Avanzo yang masih mendumel.
Angin sedikit berhembus, menerbangkan rambut pirang pucat wanita bernetra hijau terang yang berlarian diikuti empat pelayan yang tampak panik di belakangnya.
Akhirnya atensi Avanzo tertuju pada wanita itu karena keributan yang terjadi, Avanzo berhenti melangkah saat wanita itu semakin dekat dengannya.
Wajah bulat dengan rambut yang dikepang dua itu tampak menggemaskan di mata Avanzo, apalagi mata bulat wanitanya berbinar-binar menatap dia. Pun bibirnya yang terhiaskan lipstik pink muda tak berhenti tersenyum lebar.
"Avanzo!" teriak wanita itu, membuat beberapa pelayan yang sedang bekerja di taman sebelah koridor istana itu saling pandang mencela sikap tak sopannya.
Wanita itu menubrukan tubuhnya begitu saja, beruntung Avanzo dengan sigap menahan. Memeluk erat tubuh sang kekasih lalu menghidu aroma rambut pirang milik Hanna dalam-dalam, aroma mawar tercium dari kepala wanita itu.
"Hanna," sebut Avanzo lirih.
Tak terelakkan, meski mereka sudah beberapa kali melihat pemandangan tak senonoh itu lagi-lagi mereka merasa terkejut. Pandangan hina pun didapat Hanna, sebab selama ratusan tahun kekaisaran Griham berdiri, tak satupun Kaisarnya memiliki selir hingga negeri ini terkenal dengan para kaisar setianya. Amat berbeda dengan yang mereka saksikan saat ini. Sang kaisar telah berpaling dari permaisuri agung yang memiliki kecantikan bak Dewi. Ironi sekali.
Di dalam pelukan Avanzo, Hanna mengerucutkan bibirnya. "Kenapa Avanzo tidak mengunjungi Hanna?" tanya wanita itu sendu.
Avanzo menghela nafas, merasa sedikit tenang saat memeluk Hanna namun kini ia merasa pusing sebab wanitanya malah merengek disaat ia tengah sibuk dan kesulitan.
"Hanna, pergilah bermain dengan pelayan. Aku sangat sibuk."
Hanna melepas pelukan, matanya berkaca-kaca, dia menatap Avanzo dengan sedih. "Apa karena Hanna bukan bangsawan jadi Hanna hanya bisa bermain dengan pelayan?"
Avanzo tersentak, begitupula orang-orang yang ada di sana. Teodran sendiri sudah memalingkan wajah, wanita yang dipikirnya polos dan ceroboh ternyata memanfaatkan kesannya itu untuk memikat seorang kaisar yang sekarang tampak bodoh di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM THE QUEEN
FantasyRasa kecewa Permaisuri pada kaisar sudah teramat dalam, dirinya yang dibutakan cinta pun berubah menjadi menyedihkan, hingga berakhir mati sia-sia. Lalu dia kembali terbangun 5 tahun sebelum kematiannya, Permaisuri menjadi sosok yang amat berbeda. d...