2

6.7K 506 2
                                    

Selentia rasa, Dewi Selena sedang berpihak padanya. Sebab ketika mereka baru saja menginjakan kaki di depan pintu kuil suci, seorang bawahan Avanzo tergesa-gesa menghampiri mereka. Kstaria itu membawa sepucuk surat lalu berbisik pada Avanzo. Langsung saja raut kaisar berubah drastis, tampak sekali dia merasa khawatir akan sesuatu.

"Permaisuri masuklah sendiri, aku ada urusan mendadak," kata Avanzo pada Selentia.

Gadis itu mengangguk tak peduli, membuat Avanzo lagi lagi dibuat geram karenanya. Namun ia memilih meredam amarahnya kali ini, Avanzo menghela nafas kasar, mengelus lembut pipi Selentia hingga membuat gadis itu mematung kaku.

"Aku pergi, Selentia."

Selepas kepergian Avanzo, Selentia terdiam, kepalanya menunduk dalam. Bukan pipi yang bersemu atau raut malu-malu, wajahnya dipenuhi amarah.

"Avanzo, kenapa kau melakukannya?" gumamnya rendah.

"Yang mulia," panggil Arabella menyentak Selentia, Selentia menoleh lalu menatap ke depan di mana seorang pendeta agung yang sedang berdiri di hadapannya. Tujuannya sejak awal untuk ke kuil ini, maka dari itu ia bersyukur Avanzo pergi. Sebab ada urusan yang harus ia selesaikan dengan pendeta itu.

"Saya menyambut sang bulan, mawar kekaisaran Griham di kuil ini," Pendeta itu memberi hormat.

Selentia melakukan hal yang sama. "Aku menerima sambutanmu, Pendeta Agung."

Pendeta itu tersenyum tipis, lalu mulai mempersilakan permaisuri memasuki kuil. Selama perjalanannya Selentia mengamati sekitar, lima tahun kemudian kuil ini tak banyak berubah namun ada beberapa dekorasi yang dirubah membuat kuil ini lebih indah.

Setibanya di depan patung Dewi Selena, gadis itu memberi hormat. Setelah selesai ia menoleh pada Pendeta Agung yang juga selesai memberi hormat.

"Sesuai rutinitasku sebagai Permaisuri negeri ini, terimalah sumbangan yang tak seberapa ini. Aku mempercayakannya pada Pendeta Agung."

Pendeta Agung Alantious tersenyum, "saya menerima kebaikan hati, Yang mulia permaisuri."

Sejenak Selentia menoleh ke belakang, gadis itu berdeham pelan. "Aku ingin bicara berdua bersama pendeta agung,"

Para pengawal istana saling pandang sejenak kemudian menunduk hormat, "sesuai titah permaisuri." sahut mereka serentak lalu meninggalkan ruangan itu.

Pendeta Agung menatap bawahannya lalu memberi kode agar mereka pergi.

"Salam kepada Yang mulia permaisuri dan Pendeta Agung, semoga Dewi Selena memberkahi."

Tersisa Selentia dan Pendeta Agung di ruangan ini.

"Aku ingin kau merahasiakan percakapan ini," ujar Selentia tanpa basa-basi.

Pendeta Agung Alantious tersenyum aneh, "bukankah permaisuri tampak berbeda?"

Alantious ingat dengan jelas sikap formal permaisuri pada dirinya.

"Bukankah kau terlalu mencampuri urusanku?" jawab Selentia dingin.

Pendeta Agung terkekeh kecil. "Rupanya Permaisuri telah terlahir kembali,"

Selentia tak dapat menyembunyikan raut terkejutnya, melihat hal itu Alantious menyeringai lebar. "Bukankah sangat mengejutkan jika Permaisuri benar-benar terlahir kembali?"

"Kau terlalu ikut campur Alantious," desis Selentia.

Pendeta Agung berumur 27 tahun itu tertawa kecil. Ia seperti melihat sosok yang menghilang, seorang putri grand Duke yang dingin dan tak peduli pada apapun. Selentia Inggrita Azelous, putri satu-satunya Grand Duke Azelous dan seorang Grand Dhucess yang dirumorkan setengah iblis dan setengah Dewi.

I AM THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang