4. Pengakuan Shalya

135 24 1
                                    

Jangan lupa bintangnya guyssss

Love you deh buat yang baca😘😘😘

Raut wajah Shalya tidak berubah sama
sekali semenjak melihat Laskar menerima hadiah dari salah satu fans laki-laki itu di lorong fakultas tadi. Shalya juga melihat Laskar tersenyum manis dan berterima kasih pada perempuan itu. Rasanya ingin sekali mencabik wajah sok kecantikan perempuan itu.

Lebih mengesalkan lagi, sampai detik ini Shalya tidak melihat batang hidung Laskar. Padahal Shalya meminta laki-laki itu untuk datang ke kelasnya.

“Aku Jerman Kamu Paris, Aku perhatikan ternyata Kamu makin manis,” gombal seseorang.

Ucapan seseorang itu berhasil mengalihkan atensi Shalya. Gadis itu melirik seseorang yang duduk di sebelahnya. Cowok yang memakai jaket jeans dipadukan dengan kaos putih sebagai dalaman itu sedang menyengir sambil melambaikan tangan pada Shalya.

Siapalagi kalau bukan Bintang.

“Gue lagi gak mood. So, gak usah nyari gara-gara,” ujar Shalya judes.

Bukan Bintang namanya kalau menurut begitu saja. Dia lebih suka melihat Shalya ngosplay jadi Mama tiri Cinderella yang selalu marah-marah apalagi karena ulahnya.

“Shalya, apakah Bintang harus jadi cicilan supaya Shalya pikirin terus?” Laki-laki itu beranjak dari duduknya dan  berpindah posisi duduk di depan Shalya.

Cici langsung tergelak mendengarnya. Berbeda dengan Shalya yang langsung memberikan tatapan menghunusnya pada Bintang.

“Lo ...”

“Ci, menurut lo kalo gue ngelamar Shalya nanti pake adat apa yang cocok?” potong Bintang dan memberikan pertanyaan pada Cici.

“Sebelum gue jawab, gue mau nanya. Emang lo punya kelebihan apa dulu berani ngelamar Shalya?” balas Cici.

“Gue anaknya sopan,” jawab Bintang.

“Sesopan apa lo?”

“Gue masuk alfamart ngetok pintu dulu.”

Gelak tawa langsung terdengar di kelas yang hanya diisi 3 orang itu. Cici sampai mengeluarkan air mata sangking ngakaknya. Begitupun Shalya yang refleks menabok wajah Bintang dengan tasnya.

“Dodol! Hancur badmood gue gegara lo,” ujar Shalya sambil mengusap ujung matanya.

Sekesal-kesalnya dia pada Bintang, laki-laki itu selalu bisa membuatnya ngakak. Ada saja kelakuannya yang membuat badmood Shalya lenyap.

“Ehh lo beneran pernah ngetok pintu alfamart, hah?” tanya Cici kepo.

Bintang mengangguk. “Bahkan gue ngelepas sendal dan ngucapin salam ke kasirnya.”

“Terus respon kasirnya gimana?”

“Ngetawain gue anjir. Padahal kan gue lagi mempraktekkan adab dan tata krama yang bener.”

“Lo tuh sebenernya gak salah, mbak kasirnya juga gak salah. Yang salah yang punya alfamartnya. Harusnya di pintunya ditempelin AWAS LEPAS SEPATU SENDAL MELEDAK gitu, ” sahut Shalya tak habis pikir.

“Lagian ya lo bisa-bisanya ketok pintu dulu, mana segala lepas sendal ngucapin salam. Ohh atau jangan-jangan lo juga gak lupa salim sama mbak kasirnya?” kata Cici.

Bintang semakin menyengir. “Hooh gue salim ke mbak kasirnya. Anjir wangi tangan mbaknya.”

Shalya dan Cici semakin tergelak dental keabsurdan Bintang.

“Kenapa sih hah orang orang yang gue kenal gak ada yang warasnya?” heran Shalya.

“Sadar diri,” sahut Laskar tiba-tiba.

ShalyaLaskar (Come back to me) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang