Honda CBR250RR berhenti di bagasi yang diisi dengan 2 buah mobil dan 1 buah motor matic. Laskar melepas helm full facenya sambil turun dari motor. Matanya menyipit tatkala melihat kejanggalan di sebelah motor matic. Sedetik kemudian, laki-laki berhoodie putih itu menghembuskan napas pelan.
"Nakal banget sih kembar," ucap Laskar. Dia tak habis pikir, di jam seperti ini dua makhluk kembar seiras itu masih saja berkeliaran di luar sana.
Laki-laki itu dengan segera berjalan menuju pintu utama. Saat masuk ke rumah, rupanya lampu di ruang keluarga belum dimatikan. Laskar menyipitkan mata untuk melihat, ternyata ada Zibrano yang duduk di sofa sembari menikmati pertandingan sepak bola di televisi. Laskar yang tadinya hendak menuju dapur mengurungkan niat dan memilih untuk menghampiri Zibrano.
"Belum tidur, Om?" tanya Laskar yang kini sudah berdiri di sisi sofa.
Zibrano sedikit terkejut dengan kedatangan Laskar refleks memegang dadanya. Pria itu terkekeh kecil. "Astaga kamu ternyata, Ka. Kaget lho om. Lagi asyik nonton tiba-tiba ada suara. Mana gak ada suara langkah kaki kedengeran lagi. Gaib banget kamu tiba-tiba udah di samping sofa," ujar Zibrano masih merasakan kaget.
"Sini duduk kita nonton bareng," ajak Zibrano.
Laskar mengangguk kecil, lalu segera mendudukkan diri di sebelah Zibrano. "Mau pergi dinas kemana, Om?" tanya Laskar yang sudah paham dengan kebiasaan ZIbrano setiap malam sebelum pergi dinas.
Zibrano terkekeh. "Tau aja kamu, Ka. Besok om dinas ke Bali. Seminggu lah dinasnya. Kamu mau om bawain apa nanti?"
"Aska cuma mau dinas om dari pergi sampe pulang berjalan lancar gak ada kendala. Dan pastinya om selamat dan sehat," jawab Laskar tulus.
Zibrano tersentuh mendengar ucapan Laskar. Dia dapat merasakan ketulusan dari kedua manik mata Laskar. Terlintas di benaknya sepasang mata yang dulu menatapnya penuh ketakutan namun juga butuh pertolongan. Laskar yang dulu begitu ringkih dalam pelukan Aina, sekarang menjadi laki-laki tangguh dan gagah. Tak ada lagi rasa ragu di wajah anak laki-laki itu justru rasa percaya yang amat begitu dalam pada Zibrano.
"Aska Aska. Ditawarin mau oleh-oleh apa malah dikirimin doa. Yaudahlah gak papa. Doa anak sholeh pasti langsung dikabulin." Laskar hanya tersenyum simpul menanggapi. Baginya keselamatan itu tidak ada duanya.
"Makasih ya, Ka. Selama ini udah jadi tameng untuk keluarga om, terutama jagain si kembar," ungkap Zibrano di tengah keheningan mereka menonton pertandingan bola.
"Harusnya yang makasih itu Aska, bukan om. Mungkin kalo dulu om gak nolongin Aska sama ibu, kami berdua gak bakalan ada di rumah ini. Tapi ternyata skenario Tuhan begitu bagus. Aska yang dulu sempat bilang kalau Tuhan gak adil ke Aska, ternyata di balik itu Tuhan mau mempertemukan Aska sama orang baik kaya om. Aska gak tau lagi gimana caranya berterima kasih ke om selain cuma bisa balas budi untuk jagain keluarga om," Laskar mengungkapkan semuanya dengan sejujurnya. Bagaimana dia sangat bersyukur bertemu Zibrano, si malaikatnya.
Lagi-lagi Zibrano tersentuh mendengarnya. Meskipun bukan anak kandungnya, tapi di matanya Laskar seperti anaknya sendiri. Laskar adalah kakak untuk Shalya dan Shavya. Seorang kakak yang selalu menjadi pelindung untuk kedua adiknya. Begitulah sosok Laskar di mata Zibrano.
"Tetap jadi anak Om yang tangguh ya, Ka."
"Siap pak bos," Laskar langsung hormat pada Zibrano, membuat pria itu tertawa kecil.
"Ka, kamu inget Zayn?" tanya Zibrano.
"Zayn? Temennya Shalya?" balas Laskar memastikan.
"Iya. Zayn anaknya om Dhika."
KAMU SEDANG MEMBACA
ShalyaLaskar (Come back to me)
Fiksi Remaja[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA😊] [Update 5 hari sekali dulu] [Prequel NATHANAYLA] Shalya tidak terima dijodohkan oleh sang Ayah dengan anak teman bisnisnya yakni Zayn, teman masa kecil yang tak pernah dianggapnya. Karena penolakan kerasnya itu, Shalya...