Annyeong guys!
Welcome to my story!
Sebelum masuk keceritanya, sabi kali kenalan dulu?
Kata mama tak kenal maka tak sayang, jadi kalo mau saling sayang ya harus saling kenal nghehe😁Eh btw, kalian dari belahan 🌏 mana aja nih?
Kalian tau cerita ini dari mana?
And
Kalian wattpaders dari abad ke berapa?
Mohon dijawab YGY aku maksa😤🔪!
Happy Reading!
——————————————————
Bunyi alarm mampu mengusik seorang gadis yang sedang tidur. Tanpa membuka matanya, tangan kanan gadis itu bergerak mematikan alarm yang berada didekatnya.
Menit, detik berlalu, barulah kelopak mata gadis itu perlahan terbuka. Dengan nyawa yang masih setengah, gadis itu mengganti posisinya menjadi duduk menyender di senderan ranjang. Hampir 3 menit gadis itu duduk terdiam, dilirik jam yang berada disampingnya sontak mampu membuat gadis itu terkejut, dengan cepat gadis itu meloncat turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi.
"MAMPUS GUA TELAT!"
Hanya membutuhkan waktu 20 menit, gadis itu sudah keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang belum rapi, seragam yang dikeluarkan dan tidak memakai dasi.
Seakan tidak peduli dengan penampilannya, tangan kanan gadis itu langsung meraih tas serta handphone yang berada di atas meja belajarnya lalu berlari keluar kamar.
"Bunda aku berangkat dulu ya, assalamualaikum!" teriak gadis itu sembari berlari keluar rumah menuju garasi untuk mengambil motornya.
Saat sampai ditempat, drama bensin habis tak bisa terhindari membuat gadis itu mau tak mau harus berangkat menggunakan angkutan umum.
-
Setelah melewati berbagai drama kehidupan, akhirnya gadis itu sampai di sekolahnya dengan selamat.
"Bamsat, sial banget gua hari ini!" umpat gadis itu dengan nada rendah.
"Gerbang udah ditutup ini gua masuknya lewat mana ya?"
Gadis itu mencoba berfikir sejenak sebelum teriakan yang mampu membuat telinga manusia rusak terdengar memanggil namanya.
"SABIT SAPTA TAAJU SAMAA!"
Seorang guru wanita dengan perawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek berjalan mendekati gerbang, wajahnya yang terlihat seperti orang menahan amarah, tak lupa tangannya yang berkacak pinggang.
"Hadiroh Bu," sahut gadis yang bernama Sabit Sapta Taaju Samaa itu.
"MASUK!" perintah guru itu dengan tegas.
Tanpa menunggu perintah, Pak satpam langsung membukakan gerbang dan mempersilahkan Sabit masuk.
"Makasih Pak," ucap Sabit dengan sopan yang dibalas anggukan kepala oleh pak Satpam.
Setelah melewati pak Satpam, Sabit harus berhadapan dengan Guru Wanita yang memanggilnya tadi. Gemala Putri Ayu Ningtyas atau yang akrab dipanggil dengan panggilan bu Gema.
Bu Gema menggeleng gelengkan kepalanya saat melihat penampilan Sabit yang tidak bisa dibilang rapi. "Kamu anak sekolah atau anak jalanan si, baju dikeluarkan, tidak memakai dasi, sudah itu siang pula berangkatnya. Niat sekolah tidak kamu ha!?"
Dengan berani Sabit menjawab, "Niat lah Bu, kalo ngga niat ngapain juga saya berangkat sekarang ini?"
"Lalu kenapa penampilan kamu berantakan seperti ini sabit!" sentak bu Gema sembari menunjuk Sabit.
"Saya buru buru," sahut Sabit dengan nada santai.
"Kamu itu perempuan tapi kenapa perilaku kamu seperti laki-laki! Hobinya bolos, penampilan berantakan, suka bikin onar!" geram bu Gema sembari terus menahan amarah yang semakin memuncak.
"Gatau, mungkin tadinya mau cowo tapi Tuhan berubah pikiran jadinya cewe."
Mendengar itu membuat bu Gema semakin geram. Tak ingin berlama lama adu dialog dengan Sabit, bu Gema langsung menyuruh Sabit kelapangan untuk menjalankan hukumannya, "Sebagai hukumannya, kamu hormat ditengah lapangan sampai jam istirahat pertama, dan sebelum pulang sekolah kamu harus menyapu seluruh kawasan lapangan outdoor!"
Sabit hanya mengangguk malas lalu langsung berjalan menuju lapangan untuk menjalankan hukuman. Tidak ada penolak dari Sabit, karena ini sudah biasa.
-
09.13 WIB.
"Sial banget hari ini udah kesiangan, terlambat, dihukum double pula!" gerutu Sabit.
"Walaupun udah sering dihukum kaya gini, tapi tetep aja gua kepanasan!" Sabit melihat arloji jam di tangan kirinya. "baru jam sembilan, mana tadi gak sempet sarapan lagi."
Sabit kembali mendongakkan kepalanya, hormat menghadap ke tiang bendera yang berada didepannya. Beberapa murid yang melihat Sabit yang tengah dihukum hanya melirik sekilas tanpa berniat membantu, karena memang hal ini sudah biasa terjadi membuat mereka tak heran dan heboh.
Menit, detik berlalu, Sabit merasa badannya menjadi lemas dan pandangannya yang memburam.
"Minimal kalo mau pingsan ada lah cogan yang nolongin."
Setelah berucap seperti itu, benar saja tubuh Sabit ambruk. Tapi belum sempat menyentuh lantai, seseorang lebih dulu menangkap tubuh Sabit dan mengangkatnya menuju UKS.
∆∆∆
Kelopak mata seorang gadis yang terbaring di atas brankar uks perlahan terbuka, hal itu mampu menarik perhatian tiga siswi dan tujuh siswa yang berada di ruangan itu.
Seorang siswi berambut sebahu langsung berjalan mendekati ranjang. "Anya, Nya heii kamu bangun?"
Gadis yang terbaring di atas ranjang itu menatap sekelilingnya bingung, "K-kalian, kalian siapa?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut gadis itu mampu membuat mereka yang berada di ruangan tersebut kaget. Bagaimana bisa teman mereka anemia hanya karena pingsan, pikir mereka.
"Anya ini becandanya gak lucu deh," tutur siswi berambut sebahu sembari tertawa pelan.
Gadis yang dipanggil dengan panggilan 'Anya' itu semakin menatap mereka bingung, "Anya? Siapa dia?"
Seorang siswa dengan bandana hitam yang diikat di kepalanya berjalan mendekati brankar dimana Sabir terbaring. "Zivanya Gladis, masa lo lupa sama nama lo sendiri."
"Ha apa, Zivanya?" tanya gadis itu tak percaya, "sejak kapan nama gua ganti Zivanya, nama gua tu Sabit, Sabit Sapta Taaju Samaa bukan Zivanya Gladis!"
"Nya lo jangan becanda deh. Nama lo itu Zivannya bukan Sabit Sabit apa lah tadi," tutur siswi dengan sambut kuncir kuda sembari berjalan mendekati Gadis yang tak lain adalah Sabit.
"Ahahaa lo semua ngaco. Nama gua itu Sabit bukan Zivanya, dan gua juga gak kenal sama kalian," kata Sabit menatap mereka satu persatu.
Mereka saling menatap satu sama lain seakan akan bertanya, dia kenapa.
"Anjing kepala gua, sakit!" erang Sabit kencang dengan kedua tangannya yang memegangi kepalanya yang terasa begitu nyeri seperti dihantam oleh banyak tombak.
Sedangkan mereka yang mendengar langsung mengelilingi Sabit dengan raut bingung juga takut.
"Heh anjing cepet telpon dokter pribadi lo!" desak siswa dengan hoodie hitam.
"Aaaaaa bundaa sakit!" Sabit terus menjerit kesakitan sebelum ia kehilangan kesadarannya.
TBC.
Yayy satu part awal selesai🤸 🤸🤸
Gimana gimana, prik ga??
Buru komen buruuu👉
Aku suka dispam komen, apalagi komen barbar😚💗Ada typo maapkan soalnya tanpa revisi awokawokawok 😆
Pergi ke pasar menggunakan becak
Tak lupa membawa permen
Jangan lupa tinggalkan jejak
Dengan cara vote dan komenJiakhh kelazz ><
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐕𝐚'ʂ [RE-ROMBAK]
Fantasy[DILARANG KERAS MEMPLAGIAT!] Terkuak fakta penuh kenangan rumit membuat Sabit, jiwa asing yang terperangkap dalam raga salah satu figuran novel tertawa. Buana tenang dalam zona nyaman berubah penuh kenangan kelam. Bayang tenang hidup seorang figuran...