Haii Haiii aku kambek!
Gimana nih sama ceritanya?
Part awal gimana?
Masih ada yang nunggu cerita ini up?
Sorry kalo sekiranya cerita yang kalian baca ini 'gj'. Soalnya aku ngetik sesuai alur yang terlintas di otak dan gak aku revisi🙏🏿
Kalo suka boleh lah lanjut baca, kalo gak suka mau skip juga gepepe saia gak maksa :')
Yaudah gausah lama lama, kuy langsung baca!
Happy Reading 💗
——————————————–—–——
"Dimana lagi ini, gua harap gak ada drama kaya tadi." Sabit berjalan tanpa tujuan, bahkan Sabit tak tau sekarang dirinya ada dimana. Hanya ruangan serba putih tanpa adanya sisi dan sudut. Eh tapi masih pantaskah tempat ini disebut ruangan?
"Ini gua meninggal apa gimana dah, perasaan dari tadi gada jalan keluar dari ruangan ini!" gerutu Sabit sambil terus berjalan.
Saat sedang berjalan, Sabit tak menyadari jika ada lubang hitam didepannya membuat Sabit jatuh kedalam lubang tersebut.
-
"Sabit Sapta Taaju Samaa..."
Sabit tersadar dari lamunannya saat terdengar suara seseorang yang memanggil namanya.
"Eh, dimana ini weh?" entah kepada siapa Sabit bertanya.
"Cantik, gua suka." Sabit berjalan mendekati bibir pantai, merentangkan kedua tangannya sembari menikmati udara yang segar.
"Sabit," panggilan itu mampu membuat Sabit menengok.
"Loh, lo siapa?" tanya Sabit kepada gadis yang tadi memanggilnya.
Gadis itu tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya didepan Sabit. "Kenalin, aku Zivanya."
Sabit terdiam saat mendengar nama itu, nama itu terdengar tidak asing di telinganya tapi siapa. Sabit mencoba untuk mengingat kembali, "Zivanya, namanya kaya gak asing deh tapi siapa ya?"
Gadis yang mengaku bernama Zivanya itu menatap Sabit malas, "Jabat dulu tangannya!"
"Eh, iya." Sabit menjabat uluran tangan tersebut sembari berucap, "kenalin gua Sabit."
Zivanya mengangguk, "Udah tau kali."
Sabit hanya menyengir lalu melepaskan jabatan tangannya. "Ini gua dimana dah, berasa kaya barang yang di oper oper njay dari tadi."
Bukannya menjawab dengan benar, Zivanya justru menjawab dengan bertanya balik kepada Sabit, "Lo liatnya ini dimana emang?"
"Pantai," jawab Sabit.
"Yaudah itu tau," balas Zivanya dengan cepat.
Sabit kembali menyengir sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jadi gua belum mati kan?" tanya Sabit sembari menatap Zivanya dalam.
Sedangkan Zivanya yang sedang ditatap menghembuskan nafas pelan, "Belum, kamu belum mati ko tenang aja," jawabnya tersenyum manis ke arah Sabit.
Sabit mengangguk saat mendengar jawaban dari Zivanya lalu ia kembali melihat pantai yang membuatnya tenang.
"Sabit," panggil Zivanya membuat Sabit menoleh kearahnya.
"Apa?" tanya Sabit.
"Percaya transmigrasi?" Zivanya menjawab pertanyaan dari Sabit dengan kembali bertanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐕𝐚'ʂ [RE-ROMBAK]
Fantasía[DILARANG KERAS MEMPLAGIAT!] Terkuak fakta penuh kenangan rumit membuat Sabit, jiwa asing yang terperangkap dalam raga salah satu figuran novel tertawa. Buana tenang dalam zona nyaman berubah penuh kenangan kelam. Bayang tenang hidup seorang figuran...