Come back in School

2.1K 139 4
                                    

[HASIL ROMBAK]
Bab 6 — Selesai.


Tandai bila ada Typo
&
Tinggalkan vote terlebih dahulu


💐💙📖HAPPY READING📖 💙💐


Setelah dua hari Ziva lalui dengan bermalas-malasan. Kini saatnya ia harus bergerak, karena hari dimana ia harus kembali masuk sekolah telah tiba.

Walaupun sempat terjadi drama antara ia dan Kanjeng Ratu saat di rumah, pada akhirnya ia diberi izin untuk mengendarai mobil sendiri.

Perkara mobil, jadi drama? Itu benar adanya, karena selama ini Ziva selalu di antara oleh supirnya yaitu mang Asep. Sebenarnya tidak selalu si, karena saat kedua orang tuanya sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota, maka ia akan dengan bebas mengendarai mobil sendiri. Larangan mengendarai mobil sendiri itu terjadi semenjak ia yang mengalami kecelakaan 'kecil' saat mengendarai mobil.

Ziva keluar dari mobil dengan slowmo membuatnya terlihat anggunly, bahkan hampir semua atensi murid-murid yang saat ini masih berada di parkiran sekolah tertuju ke arahnya. Tapi Ziva atau Sabit yang memang pada dasarnya selalu bersikap bodo amat, tak menghiraukan tatapan itu semua.  Dengan langkah anggunly Ziva berjalan melewati inti Lengkara yang masih setia duduk di atas motor mereka masing-masing.

"Ck, selalu sama. Buaya caper berkedok gangster," batin Ziva sinis saat dirinya tak sengaja melihat dua dari kelima inti Lengkara sedang tebar pesona menikmati pekikan dari para fans mereka, maybe.

Entah kenapa ia merasa muak dengan adegan itu, adegan yang selalu diperlihatkan hampir pada semua novel yang ia baca. Terlalu biasa. Sampi ia tak sadar jika atensi kelima Inti Lengkara kini tertuju padanya juga.

"Wey anjir! Itu siapa cok!? Gayanya keren abis!" pekik pemuda berambut pirang dengan pandangan yang tak lepas dari gadis berambut hitam yang di ombre biru. Bagas Putra Pratama atau lebih akrab disapa Bagas.

"Wait, itu, Ziva nggak si?"

Hampir semua pasang mata kini terfokus pada gadis yang baru saja datang dengan menggunakan mobil yang harganya lebih fantastis daripada uang jajan kalian, para readers.

Termasuk authornya:'

Bahkan kelima pemuda yang saat ini masih duduk anteng di atas motor masing-masing juga ikut memperhatikan gadis yang dimaksud oleh Bagas.

Setelah diteliti, ternyata tebakan pemuda berambut hitam kecoklatan bernama Galen Dwi Pangestu, atau yang akrab dipanggil Galen itu benar adanya. Gadis yang tadi sempat membuat suasana parkiran hening karena kedatangannya itu tak lain dan tak bukan adalah Ziva, salah satu siswi kelas X MIPA 2 yang terkenal dengan sifat kalem dan tenang. Tapi hal itu berbeda ketika murid X MIPA 2 yang mengenalnya. Bagi mereka, sifat dan sikap Ziva itu macam bunglon. Mudah berubah-ubah seperti perasaan dia sama kamu.

"Buset dah, beda di warna rambut aja dia udah keliatan kaya orang lain," kata pemuda bernama lengkap Teguh Azriel Wardana, atau yang akrab dipanggil Teguh.

"Iya bjir! Gue sampe ngira kalo dia itu murid baru. Mana tadi gayanya keren abis!" sahut Bagas sedikit menggebu-gebu.

"Dia ma kayanya selalu ada aja yang bisa buat orang lain terperangah terpesona. Bahkan guru yang baru 2 bulan di sini aja keliatannya tertarik sama dia," kata Galen yang masih setia menatap pintu masuk yang di lalui oleh Ziva.

"Oh, guru fisika yang baru itu ya? Siapa si namanya, gue nggak terlalu kenal?" tanya Teguh yang dibalas gelengan kepala oleh Galen. "Gue juga nggak kenal."

"Padahal dia anak pendiam ya, tapi diamnya dia selalu bisa narik perhatian orang lain," kata Teguh.

"Iya bjir, dia mah diam-diam menghanyutkan!" ucap Bagas membenarkan.

"Iya, nggak kaya elo yang diam-diam memalukan!" cemooh Galen pada Bagas dengan sinis.

"Dih apaan! Elo kali bukan gue!" elak Bagas tidak terima.

"Gue? Kapan, heh? Yang ada elo! Siapa yang waktu tawuran gayanya cool eh ternyata dipertengahan melangkah mundur dengan alasan ada urusan mendadak. Lo pikir kita-kita nggak tau kalo saat itu lo takut karena geng sebelah ada Bang Zafin?" Bagas cengengesan mendengar cerocosan Galen yang benar adanya. "Ehehe... i-itu, itu mah—"

"Ngelak lagi lo, gue gibeg juga!"

Ketiganya asik beradu dialog tanpa memperdulikan dua sahabat mereka lainnya. Oh tidak-tidak! Lebih tepatnya dua orang itu yang tak berminat ikut beradu dialog dengan ketiga sahabatnya. Mereka cukup tim nyimak tanpa memperdulikan.

Mereka sempat terdiam beberapa saat sampai akhirnya suara seorang gadis memecahkan keheningan.

"Pagiii semua!" sapa seorang gadis dengan nada ceria, jangan lupakan senyum manis yang terpatri dibibir gadis tersebut.

"Eh neng Lia, pagi juga," balas Bagas tersenyum manis kearah gadis tersebut.

Natalia Putri Abimana atau yang akrab disapa Natalia, gadis yang barusan menyapa para inti Lengkara.

"Ko kalian masih disini si, kan bentar lagi bel masuk bunyi?" Natalia menatap inti Lengkara satu persatu.

"Kan nungguin eneng Lia, ya nggak bos?" Bagas melirik seseorang yang dipanggil 'bos' itu.

Natalia tertawa pelan, "kalian bisa aja."

"Iya dong, apa si yang gak bisa buat neng Lia mah?" Bagas menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari tangannya  seraya menaik turunkan satu alisnya menatap Natalia. Lagi -lagi Natalia tertawa pelan, "ya udah kalo emang bener, kan sekarang aku udah ada di sini jadi ayo masuk sebelum bel masuk bunyi."

Tanpa ragu dan risih Bagas langsung merangkul Natalia dan membawanya masuk ke area gedung sekolah, sedangkan para sahabatnya hanya mengikuti di belakang. Mereka tidak sadar jika salah satu dari mereka mengepalkan tangannya menatap pemandangan didepan.

Dan tanpa dia sadari, seseorang melihat kepalan tangannya dari balik tembok. Orang tersebut tersenyum sinis.

TBC.

𝐒𝐚𝐕𝐚'ʂ [RE-ROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang