90° Cuakss

1.9K 119 2
                                    

Tandai bila ada Typo
&
Tinggalkan Vote terlebih dahulu


💐💙📖HAPPY READING 📖💙💐

"Ini gue harus pergi kemana bjir, ingatan Panya aja nggak semuanya gue dapet. Ya Allah sabarkan hambamu ini," gumam Ziva yang terus berjalan tanpa tujuan. Ada si tujuannya, tetapi ia tidak tau letak tempatnya.

"Wait!"

Ziva mundur beberapa langkah, lalu berbelok, berjalan perlahan mendekati sebuah mading, yang ternyata itu mading khusus yang memperlihatkan denah sekolahnya.

"Bjir, baru tau sekolah elit di novel punya gambaran denah sekolahnya juga. Kirain muridnya harus mikir mandiri." batin Ziva terus mencari letak kelasnya, sampai— "Nah, ketemu! Gini kek dari tadi. Aelah, ternyata satu lantai lagi. Pantes dari tadi muter-muter lantai pertama kek kosong, gada murid berkeliaran macam Kera kekurangan makanan."

Ia berjalan dengan langkah riang, sembari bersenandung pelan. Tak jarang, ia membalas sapaan murid-murid yang menyapanya, dan hal itu membuat sebagian besar murid-murid yang melihat menatap bingung. Aneh saja, siswi yang terkenal dengan sifat kalem dan pendiam tiba-tiba bisa seprenly itu.

Dengan satu tarikan, salah satu pintu kelas X MIPA 2 berhasil terbuka lebar hingga membentur dinding dan menimbulkan suara yang cukup keras.

"PAGI DUNIA PENUH HARAPAN TANPA KEPASTIAN!!" sapa nya dengan lantang saat memasuki kelas

"Pagi korban gosting!"

"Pagi nyet!"

"Yoii morning!"

"Pagi Ziplong!"

"Pagi neng!"

"Pagi Ziva!"

"Pagi kang halu!"

"Nyet morning nyet!"

"Morning Jilpak!"

"Nya Jip!"

"Pagi Jiplong si bogel prik!" Ziva melirik Agus dengan sinis, "Dih, lebih prik juga lo ya!"

"Dasar nggak sadar diri!" gerutunya sembari mendudukkan dirinya.

Menghela napas panjang, ia menatap teman-teman kelasnya. Lihatlah, mereka sudah kembali pada kegiatan semula, yaitu mengerjakan tugas. Entah tugas apa, tetapi tiap meha pasti ada buku yang berserakan.

"Se-ambis itu kah? Apalah daya gue yang justru selalu melanggar aturan, duh, bisa nggak ya? Kok gue ragu si," batinnya menatap miris suasana kelas saat ini. Miris, karena dirinya, sepertinya belum pernah se-ambis itu.

"Prend! Jam pertama pelajaran siapa?"

"Bu Shantika," jawab salah satu siswi bernama Sindi.

"Buset, pagi-pagi gini dah dicekokin Jerman," gumamnya menatap miris pada meja. "Kalo jam 3 4?"

"Guru kesayangan lo," jawab siswa bernama Doni.

"Kes— ANJIR, BAPAK PEDOPIL!" teriaknya dalam hati.

Ziva menatap jam dinding dengan tatapan rumit. Entahlah, dirinya merasa 'sedikit' tertekan mendengar nama-nama guru yang mengajar dihari pertamanya sekolah. Apalagi guru baru yang menurutnya itu pedopil. Melihat sedikit ingatan dari Ziva 'asli' saja, ia sudah bergidik ngeri. Apalagi sekarang, ia harus bertemu langsung.

Tak lama, bel masuk berbunyi. Semua buku-buku yang tadi berserakan di setiap meja, kini sudah tergantikan. Se-gercep itu?

Ziva mendengus melihat suasana kelasnya saat ini. Benar-benar anak ambis keknya.

𝐒𝐚𝐕𝐚'ʂ [RE-ROMBAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang