A-Yao, sang Sekretaris

159 13 1
                                    


Nie Mingjue menyandarkan tubuh lelahnya di kasur. Meeting dengan pemilik restoran di Caiyi akhirnya selesai. Setelah melalui perundingan alot, akhirnya pemilik restoran Hunan pun setuju akan kerjasama mereka. Perusahaan Nie Mingjue adalah distributor daging terbesar di Qinghe, dan sekarang ingin mengembangkan sayap ke daerah lain. Target 1 hotel dan 1 restoran di Caiyi pun tercapai. Besok giliran Gusu. Harusnya lebih mudah sih. Toh, yang diincarnya adalah hotel milik Lan Grup. CEO Lan Grup yang sekarang kan sahabat Nie Mingjue. Kalau ada jalur orang dalam, kenapa tidak dimanfaatkan?

Saking lelahnya, Nie Mingjue memutuskan untuk tidur sebentar sebelum makan malam. Mumpung baru jam 5 sore. Ntar makan malamnya bisa jam 8 atau 9 malam.

Nie Mingjue hampir terlelap saat hape-nya berdering. Anjrit! Lupa engga dimatiin. Nie Mingjue mengutuk sambil meraih hape dari meja.

Lho? Xichen?

"Ya, Xichen?"

"Dage, ke Hanshi sekarang ya? Sekalian makan malam," kata Lan Xichen tanpa basa-basi.

"Ngapain? Ketemu besok aja lah, di kantormu," Nie Mingjue benar-benar lelah, jadi malas sekali harus nyetir hingga Gusu. Meski paling cuma sejam sampai.

"Kangeeeeeen," jawab Lan Xichen dengan suara lebay.

"Anj*ng!" maki Nie Mingjue. "Nggilani, Xichen".

Lan Xichen terkekeh, "kita kan udah lama enggak ketemuan dage. Mending dage kesini sekarang, proposal dage kan bisa kita bahas sambil ngobrol santai. Trus dage sekalian nginep di Hanshi begitu," ujar Lan Xichen bersemangat.

"Apa bedanya dengan besok Xichen? Besok memangnya kamu ada janji lain?" tanya Nie Mingjue.

"Hehehe. Besok itu Sabtu dage," jawab Lan Xichen.

"Ya tahu kalau besok itu Sabtu. Kantormu memang sekarang tutup kalau hari Sabtu? Enggak kan?" seingat Nie Mingjue kantor pusat Lan Grup buka hingga Sabtu deh.

"Bukan itu dage. Sabtu besok aku sudah janji dengan A-Yuan mau menjemput dari sekolah terus sekalian jalan-jalan gitu," jelas Lan Xichen. A-Yuan alias Lan Sizhui adakah keponakan Lan Xichen, anak Lan Wangji adik kandung Lan Xichen, yang baru berumur 4 tahun. Hari Sabtu, A-Yuan hanya masuk hingga jam 10. Lan Xichen sangat menyayangi ponakan satu-satunya itu.

Nie Mingjue pun mendengus. Dasar Xichen si bucin ponakan. Kalau emang seneng bocil, harusnya nikah aja trus punya anak sendiri dong. Bukannya pacaran ama kerjaan.

"Iya deh. Aku kesitu sekarang. Siapin makanan yang enak. Jangan makanan ala keluarga Lan. Aku bukan marmut," kata Nie Mingjue. Makanan yang disajikan di Hanshi biasanya makanan vegetarian. Udah gitu tanpa rasa pulak. Ada satu yang bikin Nie Mingjue trauma. Sup khas keluarga Lan yang mirip jamu brotowali. Puaiiiit.

"Iya. Kupesankan sekarang. Apapun untukmu sayangku,"goda Lan Xichen.

"Hueekkk!" Nie Mingjue membuat suara muntah. Lan Xichen terbahak.

Nie Mingjue memarkir mobilnya langsung di depan Hanshi, paviliun milik kepala keluarga Lan yang sekarang ditempati Lan Xichen. Satu keistimewaan yang didapat Nie Mingjue. Biasanya, tamu di Hanshi harus parkir di luar komplek rumah utama keluarga Lan. Rumah utama itu luas terdiri dari beberapa paviliun. Tidak sembarang orang bisa membawa masuk mobilnya kecuali seizin kepala keluarga.

Seorang maid berseragam biru mengantar Nie Mingjue ke taman belakang. Terdengar suara mendayu dari xiao. Cocok sih dengan suasana taman yang asri dan teduh kalau saja lagunya opera klasik bukan pop modern. Nie Mingjue mengenali nadanya karena itu lagu kesukaan Huaisang. Lagu dari boyband Korea kalau enggak salah. Xichen absurd amat yak.

Nie Mingjue memasuki pondok tempat Lan Xichen menanti. Sejenis gazebo, hanya saja dikelilingi kaca jadi masih bisa dipergunakan saat musim dingin sekalipun.

A-Yao, sang SekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang