Setelah menimbang dan mengingat, Nie Mingjue membatalkan niatnya konsultasi dengan ibu tirinya. Alasan terkuat adalah malu. Muka Nie Mingjue tidak setebal pagar Bu Jing Shi yang mirip benteng kuno itu.
Tapi, Nie Mingjue sekarang jadi bingung. Bagaimana cara memulai percakapan dengan gebetan. Nie Mingjue sampai terbengong di halaman belakang sambil menimang-nimang hapenya. Cari wangsit supaya bisa ngobrol lancar dengan Meng Yao.
Duh. Gimana mulainya ya? Ummm. Selamat malam? Dih. Kayak nge-chat klien. Errr. Hai, lagi apa? Hieh. Enggak. Kayak bocah iseng. Ummm. P? Apalagi itu. Nie Mingjue saja benci kalau Huaisang nge-chat dengan P. Tidak sopan babar blas.
Nie Huaisang yang baru pulang dari tempat ibunya -sang ibu, setelah ayahnya tiada, memilih untuk tinggal di apartemen di tengah kota- mengangkat alis melihat kakaknya sedang dalam mode kesurupan. Ngetik sesuatu di hape, geleng-geleng, nyentuh hape lagi, bengong, ngetik lagi, geleng-geleng lagi, begitu terus hingga akhirnya garuk-garuk kepala frustasi. Dage kenapa sih? Macam bocah galau mau nembak gebetan. Eh? Jangan-jangan iya. Dage kan jomblo sejak dari kandungan. Kalau mepet seseorang, pasti ditolak sebelum sempat nembak. Weh. Udah ada gebetan lain ya? Kayaknya serius itu. Kelihatan dari tampang semrawutnya.
Nie Huaisang perlahan mendekat, mencoba mengintip dari belakang Nie Mingjue, siapa yang bisa membuat Nie Mingjue mumet begitu. Nie Mingjue sama sekali tidak menyadari adiknya sudah ada di belakangnya. Nie Huaisang melihat layar hape Nie Mingjue. Kakaknya ingin nge-chat seseorang yang kontaknya bernama Yao baby dengan huruf o-nya diganti emot love. Nie Huaisang mencibir. Bocil!
Setelah semedi beberapa saat, Nie Mingjue pun mengetik : Sibuk tidak? Kirim.
Pfftttt!
Nie Mingjue tersentak dan menoleh lalu memelototi adiknya yang sedang membekap mulut. Berjuang menahan tawa.
Plak! Tangan Nie Mingjue pun melambai, menggeplak kepala sang adik.
Gantian, Nie Huaisang yang mendelik. Keduanya saling melotot sejenak mirip bocah mau berantem.
"Apa?" sentak Nie Mingjue keki.
"Dage benar-benar kaku ya. Pantes enggak laku juga," olok Nie Huaisang.
"Ngaca, bocah! Kamu juga jomblo," Nie Mingjue membalas.
"Aku single bukan jomblo. Single itu pilihan hidup, jomblo itu nasib," bantah Nie Huaisang.
"Sama saja, bego. Intinya belum laku," kata Nie Mingjue.
"Minimal aku banyak yang naksir. Lha dage? Baru niat mepet aja udah pada kabur duluan," ujar Nie Huaisang.
Nie Mingjue merasa tertampar fakta. Kesal tidak bisa membalas, Nie Mingjue pun meraih kepala adiknya dan dijejalin ke keteknya. Padahal, Nie Mingjue belum mandi. Bisa dibayangkan betapa wadidaw aromanya.
Nie Huaisang megap-megap. Sambil meneriakkan aneka umpatan dengan suara teredam, Nie Huaisang mencoba berontak melepaskan diri. Tapi gagal. Jelas saja. Perbandingan badan mereka kan lumayan jauh. Nie Mingjue sangat fit dan tinggi. Sedang Nie Huaisang itu, selain boncel juga kerempeng. Mereka berdua kalau berantem mirip malamute gelut dengan maltese.
Bunyi pesan WA masuk membuat Nie Mingjue berhenti menyiksa adiknya. Dengan gugup, Nie Mingjue meraih hapenya seraya berharap itu balasan dari Meng Yao, bukan dari karyawannya ataupun spam chat dari Lan Xichen. Kalau Lan Xichen sih biasanya kirim foto dengan ponakan tersayang. Menuh-menuhin memori!
Nie Mingjue membuka WA dan tersenyum lega. Chat dari Meng Yao dong.
'Tidak sibuk dage'. Hanya itu jawabannya, tapi sudah membuat Nie Mingjue nyengir lebar seolah Meng Yao mengetik 'wo ai ni'. Orang yang lagi kasmaran itu memang otaknya jadi rada geser, ya? Nie Mingjue sampai tidak mempedulikan adiknya yang nyaris semaput karena mencium aroma walang sangit.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Yao, sang Sekretaris
FanfictionNie Mingjue, si bujang lapuk yang selalu apes soal percintaan, mendadak terpanah asmara, saat bertemu sekretaris Lan Xichen. Hak cipta milik kanjeng MXTX. Saya hanya pinjam karakter. Gambar sampul hasil nyomot di gugel. Typo itu manusiawi.