Sudah beberapa bulan berlalu sejak Meng Yao menginap di Qinghe. Nie Mingjue dan Meng Yao semakin dekat. Dalam artian komunikasi mereka semakin intens. Dan pembahasan tidak lagi kaku seperti pada rekan kerja namun lebih santai. Terutama Meng Yao yang tidak lagi bicara menggunakan bahasa baku. Nie Mingjue sedikit geli kalau ingat bahasa yang Meng Yao gunakan. Mirip gaya bicara mbah Qiren.
Hari ini Sabtu pagi. Nie Mingjue sudah bersiap dari jam 6. Mau kemana? Nge-date lah. Nie Mingjue mau ngajak Meng Yao rehat di sekitar danau Biling. Demi bisa berdua dengan Meng Yao tanpa gangguan, Nie Mingjue sampai menelpon Lan Xichen biar Meng Yao diberi libur full 2 hari. Tidak lucu kan saat lagi menikmati kebersamaan terus diinterupsi kerjaan. Sekretaris di Lan Grup banyak kok. Kalau Lan Xichen ada meeting penting kan bisa pinjam sekretaris-nya aki Qiren. Sekalian, Nie Mingjue juga pinjam vila milik Lan Xichen yang ada di tempat tersebut. Keluarga Nie juga punya vila, tapi lokasinya di gunung Dafan. Meng Yao pasti sudah bosan dengan suasana pegunungan.
Nie Mingjue hanya bawa pakaian dari rumah. Bahan makanan nanti beli di dekat sana saja deh. Biar merasakan pengalaman belanja berdua dengan pasangan, hehehe.
Kali ini, Nie Mingjue khusus bawa mobil yang lebih sehat dan ngegas lewat jalan tol. Biar cepat sampai Gusu dong. Pengen segera ketemu si mungil kemasan sachet itu.
Meng Yao sudah menanti di depan asrama. Nie Mingjue sudah berpesan agar Meng Yao hanya membawa pakaian ganti saja. Pokoknya jangan beli cemilan atau apapun. Tapi tetap saja ada satu paper bag berisi kue kering.
"Sudah dibilang tidak usah beli apapun," kata Nie Mingjue sambil membantu Meng Yao memasukkan ransel di kursi belakang.
"Ming ge kan cuman melarang beli. Enggak melarang aku bikin kan?" balas Meng Yao. Ini salah satu kemajuan yang disukai Nie Mingjue. Meng Yao sudah tidak lagi memanggil dengan tuan Nie ataupun dage, namun Ming ge. Tinggal satu langkah biar manggil baobei. Kalau perlu langsung panggil laogong deh.
"Ini bikinanmu semua?" Nie Mingjue mengangkat paper bag berkapasitas 6 thinwall ukuran sedang itu.
"Ho'oh. Daripada beli mahal-mahal mending bikin lah. Ming ge juga belum pernah nyicipin kue buatanku kan?" Meng Yao tersenyum melihat Nie Mingjue langsung mengintip ke dalam paper bag.
"Kalau kamu yang bikin ya mau lah. Buka satu ya. Mau ngemil sambil nyetir," Nie Mingjue nyengir. Yang dibuka adalah almond crispy matcha. Jenis kue kering yang bisa ditolerir Nie Mingjue karena tidak bikin eneg.
"Gimana? Enak kan?" tanya Meng Yao saat melihat Nie Mingjue tidak berhenti mengunyah.
"Banget. Mak nyuss," Nie Mingjue memberi jempol.
"Yang lain nanti juga dicicipi ya. Yang aku buat semua sesuai selera Ming ge kok. Soalnya aku sudah nanya mama Nie," ujar Meng Yao.
"Spesial untukku nih," goda Nie Mingjue.
"Ya siapa lagi kalau bukan untuk Ming ge. Masak iya untuk Huaisang," kata Meng Yao.
"Bocah itu tidak usah diberi. Ntar tiap hari kerjanya cuman nonton drama dan ngemil," celetuk Nie Mingjue.
Mereka mampir di swalayan milik Lan Grup yang ada di sekitar danau Biling. Kenapa harus di swalayan itu? Karena ada diskon khusus untuk karyawan Lan Grup. Tinggal tunjukin ID lalu scan QR-nya. Lumayan kok, bisa dapat hingga 25% tergantung jabatan dan masa kerja.
Nie Mingjue sudah tidak bisa menahan senyum lebarnya dari saat mengambil trolley. Tinggal tambahin bocilnya, sudah jadi keluarga cemara.
"Ming ge kenapa sih, nyengir terus dari tadi?" tanya Meng Yao.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Yao, sang Sekretaris
FanfictionNie Mingjue, si bujang lapuk yang selalu apes soal percintaan, mendadak terpanah asmara, saat bertemu sekretaris Lan Xichen. Hak cipta milik kanjeng MXTX. Saya hanya pinjam karakter. Gambar sampul hasil nyomot di gugel. Typo itu manusiawi.