Si penjahat kelamin

61 6 0
                                    

                     

"Tunggu dulu! Kamu tahu info itu darimana? Status begitu kan biasanya rapat tersembunyi. Kecuali, A-Yao diberi nama Jin dan tinggal di Jinlin Tai. Mau tidak mau akan ada rumor tersiar, seperti Jin Qinsu itu. Rumornya kan dia hanya anak tidak sah tapi diakui oleh keluarga Jin," ujar Nie Mingjue.

"Paman Wen yang bilang," kata Nie Huaisang.

"Paman Wen? Ayah Wen Ning?" tanya Nie Mingjue.

"Hu'um," Nie Huaisang membenarkan.

"Baru tahu kalau paman Wen hobi menggosip," ucap Nie Mingjue.

"Bukan gitu dage. Meng Yao dulu pernah kerja di tempat paman Wen. Ngurusi distribusi hasil pertanian keluarga cabang Wen. Sebenarnya, paman Wen puas dengan kerja Meng Yao. Kata paman Wen, anaknya baik, teliti, rajin dan enggak neko-neko. Tapi, baru sekitar setengah tahun, paman Wen terpaksa memberhentikan Meng Yao. Karena nyonya tua Jin mengultimatum paman Wen agar memecat Meng Yao, kalau tidak, segala hasil pertanian paman Wen dilarang beredar di Lanling dan di jaringan minimarket milik keluarga Jin. Paman Wen tentu kelimpungan kalau kerjasamanya dengan keluarga Jin terputus. Mana keluarga cabang itu juga dibenci keluarga utama kan. Paman Wen harus memilih kan antara nasib seluruh keluarga cabang atau Meng Yao. Maka, meski kasihan, paman Wen pun memberhentikan Meng Yao. Paman Wen awalnya juga heran kenapa nyonya tua itu membenci Meng Yao. Tapi kemudian ingat betapa blangsaknya Jin Guangshan itu. Jadi mungkin Meng Yao adalah salah satu anak haram Jin Guangshan. Paman Wen dengan hati-hati mencoba mengkonfirmasinya. Secara tidak langsung Meng Yao juga mengakuinya," celoteh Nie Huaisang panjang lebar.

"Lalu? Kenapa kalian bisa tahu?" Nie Mingjue mengernyit.

"Karena paman Wen kasihan dengan Meng Yao, paman Wen pun menghubungi A-Xian. Bertanya di Lan Grup ada lowongan untuk sekretaris tidak. Kan paman Wen tahu kalau Meng Yao itu lulusan Akademi Sekretari. Jadi paman Wen merekomendasikan Meng Yao. Sayangnya, waktu paman Wen telpon itu, sekretaris er ge sudah diisi Haikuan ge. Paman Wen sebenarnya juga tidak cerita dengan gamblang soal status Meng Yao. Beliau hanya bilang terpaksa dipecat karena tekanan nyonya tua Jin. Tapi, A-Xian bisa menyimpulkan kalau Meng Yao itu anak haram Jin tua, karena pernah mendapati hal serupa," kata Nie Huaisang.

"Hal serupa? Maksudnya, Wei Wuxian pernah bertemu anak haram Jin Guangshan yang lain?" tanya Nie Mingjue.

"Heem," Nie Huaisang mengangguk. "Ada salah satu karyawan paman Wei. Dia cerdas, attitude-nya bagus, dan lulus dari Akademi Informatika dengan hasil memuaskan, tapi sebelum bekerja di tempat paman Wei, dia ditolak di berbagai perusahaan. Pernah diterima di suatu perusahaan kecil, namun dipecat 3 bulan kemudian tanpa alasan. Padahal, rekan sekelasnya yang biasa-biasa saja, bisa langsung bekerja. Orang itu kemudian melamar di rumah sakit paman Wei jadi cleaning service. Paman Wei yang membaca CV-nya tentu heran, lulusan informatika kok ngelamar jadi cleaning service. Saat interview, paman Wei mendapat nama perusahaan tempat orang itu bekerja dulu. Paman Wei kemudian menelpon direkturnya dan sang direktur kemudian mengaku kalau mendapat ancaman dari nyonya tua Jin. Perusahaan itu ada kerjasama dengan keluarga Jin jadi tidak berani melawan. Paman Wei melakukan penyelidikan sendiri dan akhirnya tahu kenapa. Ibu bocah itu adalah salah satu korban mulut manis Jin Guangshan".

Nie Mingjue menghela nafas. Jadi begitu. Nie Mingjue memang sudah menduga status Meng Yao itu tidak biasa. Antara anak hasil pacaran kebablasan, janda cerai ataupun ibunya istri simpanan. Tapi yang jelas bukan janda ditinggal mati. Karena janda seperti itu, semiskin apapun, selama pernikahan sah dan punya anak, biasanya tetap mendapat tempat di rumah suaminya. Namun, yang tidak terduga adalah ayah Meng Yao.

Jin Guangshan, penjahat kelamin terkenal. Masih mending kalau dia cuman booking kupu-kupu malam, order open BO, nyewa LC ataupun mangku purel neng karaokean. Jin Guangshan ini saking brengseknya juga hobi ngerayu cewek-cewek kampung polos nan lugu. Bermodal wajah rupawan dan dompet menggembung, banyak yang jatuh pada pesonanya. Kisah Jin Guangshan sudah tersebar kemana-mana. Korbannya pun bukan hanya satu dua orang. Meski, kebanyakan korban tidak ingin mengakuinya karena bagaimanapun juga mereka melakukan itu atas dasar suka sama suka. Sangat sedikit yang berani datang ke Jinlin Tai untuk minta peratanggungjawaban dari Jin Guangshan. Biasanya, yang berani bicara itu keluarganya lumayan punya power. Tentu saja, langsung ditekan oleh Nyonya Jin tua. Si Jin Guangshan mana berani mengakui perbuatannya. Dia kan macam kerupuk seblak kalau didepan istrinya. Jadi sampai sekarang, tidak ada satupun anak haram yang tinggal di Jinlin Tai selain -rumornya- Jin Qinsu.

Kalau Nie Mingjue berniat menjadikan Meng Yao sebagai nyonya Nie, status Meng Yao akan jadi sandungan dengan para tetua. Nie Mingjue harus berusaha keras agar Meng Yao dapat diterima. Jalannya tidak akan mulus. Nie Mingjue harus mencari pendukung kuat yang meski statusnya bukan tetua tapi suaranya masih didengarkan oleh paman-paman kolot Nie Mingjue, yakni mama.

Apa? Dikira Nie Mingjue bakal mundur, setelah tahu kalau Meng Yao hanya anak tidak sah? Tentu tidak. Nie Mingjue kalau sudah tertarik, akan terus mengejar hingga dapat atau pihak lain menolaknya. Dan Nie Huaisang hafal dengan sifat kakaknya. Oleh karena itu, dia bercerita agar sang kakak mulai mencari cara untuk meyakinkan tetua keluarga Nie.

Bukan berarti Nie Mingjue menganggap remeh soal latar belakang. Untuk kasus Meng Yao, kan bukan salah Meng Yao dia lahir. Itu masih bisa Nie Mingjue terima. Nie Mingjue akan mundur seandainya orangtua Meng Yao punya catatan buruk. Residivis misalnya. Ataupun ibunya adalah penghuni distrik merah. Meski belum tentu anaknya akan tumbuh seperti orangtuanya, keluarga besar Nie akan terpengaruh dengan reputasi buruk seperti itu. Nie Mingjue tidak seegois itu untuk menjatuhkan nama baik seluruh keluarga Nie yang terdiri dari ratusan orang.

Keesokan harinya, Nie Mingjue langsung berkunjung ke apartemen mama setelah sarapan. Pekerjaan dikesampingkan dulu. Masalah perasaan lebih penting.

Semalam, sambil WA-nan dengan Meng Yao, Nie Mingjue sempat menelpon sang mama dan mengatakan akan datang bertamu pagi hari untuk membicarakan hal penting. Nie Mingjue tidak mengatakan detailnya. Pokoknya hanya penting itu saja. Tapi, Nie Mingjue yakin kalau si lambe turah Huaisang sudah ngember ke mama bahkan mungkin ditambah-tambahi biar dramatis. Dan pastinya menistakan Nie Mingjue. Adiknya kan memang bocah laknat.

Sesuai dugaan, Nie Huaisang memang sudah bercerita pada ibunya. Terbukti, senyum kecil menggantung di sudut mulut perempuan yang masih terlihat cantik dan ramping itu. Mamanya sudah menunggu kedatangan Nie Mingjue dengan sepoci teh dan setumpuk kue kering tersaji di meja. Nie Mingjue mendengus. Mama dan anak sama saja. Tukang ngerumpi sambil ngemil. Tapi herannya, enggak ada yang jadi lemak. Badan mereka berdua tetap tulang semua, dengan sedikit otot, dilapisi kulit.

"Ngapain sih? Duduk sini cepat," sambil menahan geli, nyonya Nie menegur Nie Mingjue yang berdiri ragu di depan pintu.

Nie Mingjue mendekat dan duduk di depan mamanya. "Selamat pagi, ma".

"Selamat pagi, Xiao Mingming," balas Nyonya Nie. Sengaja menggoda Nie Mingjue dengan nama panggilan imut Nie Mingjue dulu saat masih kecil.

"Enggak lucu, ma. Aku udah tua," protes Nie Mingjue.

"Selama kalian masih belum mentas, mau umur berapapun, kalian tetep bocah di mata mama," sahut nyonya Nie kalem. -mentas: keluar dari air, misal orang berenang. Tapi istilah ini, di daerah sekitar saya, juga dipergunakan untuk anak yang sudah menikah dan lepas dari orangtua-

Nie Mingjue hanya bisa memutar mata. "Terserah".

Nyonya Nie dengan elegan menuang teh dan meletakkan cangkir itu di hadapan Nie Mingjue. "Minum dulu. Biar tenang sebelum bicara. Biar nanti ngomongnya enggak belepotan".

"Tanpa aku harus ngomong, mama juga udah tahu kan? Palingan juga semalam Huaisang laporan," ucap Nie Mingjue. Tapi tetap menyeruput teh yang disediakan setelah menambahkan dua sendok gula. Nie Mingjue tidak paham dunia per-teh-an. Jadi bagi Nie Mingjue semua teh itu ya sama saja. Cuma seduhan daun kering yang enak diminum dingin atau panas asal manis.

"Xiao Sang memang sudah cerita. Tapi, tidak ada salahnya kan kalau mama dengar langsung dari mulutmu? Biar lebih detail. Mama juga ingin tahu, apa yang menyebabkan kamu tertarik. Dan mama harus memastikan, kalau kamu yakin dengan perasaanmu. Sehingga mama bisa berdiri di belakangmu untuk memberi dukungan secara penuh. Jadi. Sudah siap cerita?" nyonya Nie tersenyum teduh.








Halo semua.
Masih adakah yang bersedia mengikuti kisah ini?
Terimakasih untuk kalian yang masih mau mampir.
Untuk Jin Guangshan, jangan bayangkan yang di the untamed. Bayangkan saja yang versi donghua/ manhua. Di donghua, Jin Guangshan beda dengan yang di LA. Dage aja lebih sangar versi manhua/donghua.
Baiklah. Sampai jumpa chapter depan.

A-Yao, sang SekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang