"Bang? Abang lagi ngapain? Keluar, yuk!" Adnan berusaha membangunkan Andra. Tak biasanya putra sulungnya ini tak segera keluar kamar.
"Bang?" Adnan kemudian membuka pintu kamar Andra yang ternyata tak terkunci. Adnan terhenyak ketika mendapati kasur Andra berantakan tanpa adanya sang empunya di atasnya. Pandangan Adnan langsung tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Ketika Adnan mendekat, pria itu dapat mendengar jelas suara keran yang tampaknya sudah seharusnya di matikan.
"Bang? Abang masih mandi?" Adnan berusaha memanggil Andra lagi, namun masih tak ada sahutan. Firasat Adnan sudah buruk sekali. Pria paruh baya itu akhirnya mendobrak paksa pintu kamar mandi itu.
"YA TUHAN! ABANG!" teriak Adnan yang kemudian langsung menarik tubuh Andra yang sudah tenggelam di dalam bath tub. "Abang kenapa lakuin ini? Abang!"
Adnan berusaha menyadarkan sang putra yang kesusahan meraup oksigen. Dada Andra naik turun tak beraturan dengan mata yang hanya terbuka separuh. Bibirnya juga sudah membiru karena rasa dingin.
"Aaa---arghh! Hhhh---hahhh!" Andra dengan sisa tenaganya berusaha bertahan dengan meraup oksigen di sekitarnya.
"Nafas pelan-pelan, Bang!"
"Aaarr--Arga!" lirih Andra membuat Adnan berteriak histeris.
"Nggak, Bang! Ini Papa!"
"Hhhh---hahhh! Ssshhh!!" Andra menghela nafas panjang dengan berat sampai akhirnya kesadarannya terenggut. Adnan berusaha memompa dada sang putra untuk mengeluarkan air yang tertelan oleh Andra, namun tak membuahkan banyak hasil. Andra hanya memuntahkan sedikit air dan malah mengalami pendarahan di hidungnya.
***
Adnan menangis tepat di pelukan Fahmi. Saat ini, Adnan yang ditemani oleh Fahmi, Zafran, dan Revan menunggu dokter menangani Andra yang dalam kondisi kritis
"Gue lagi-lagi lalai jaga Abang, Fah! Bapak macam apa gue ini, ha?" ujar Adnan penuh kekesalan pada dirinya sendiri.
"Jangan ngomong gitu, Nan!" Zafran menegur Adnan sambil mengusap lembut bahu sahabatnya.
"Gue takut! Gue nggak mau kehilangan lagi! Gue nggak mau anak gue per---," omongan Adnan terputus oleh Revan yang mendekapnya dengan erat.
"Hush! Lo jangan berpikiran kayak gini! Andra itu kuat! Lo tahu sendiri, kan? Dia aja mampu jaga adek-adeknya, apalagi dirinya sendiri! Lo cuma harus do'ain dia sekarang biar bisa ngumpul lagi sama kita!" petuah Revan membuat Adnan tertegun. Benar kata sahabatnya itu. Kalandra anak yang kuat dan hebat. Bukankah itu pengharapan Adnan selama ini?
***
Alat rekam jantung milik Andra mengeluarkan suara alarm yang abnormal. Alat itu berbunyi dengan cepat dan tak beraturan tanda detak jantung Andra sangatlah lemah. Tubuh Andra juga tiba-tiba saja mengejang hebat membuat dokter dengan segera memberikan suntikan injeksi.
"Sss----sesak! To---tolong!" Andra dengan susah payah meminta pertolongan. Lelaki itu tak mengerti, padahal Ia sudah mengenakan masker oksigen namun nafasnya masih saja terasa amat berat.
Tubuh Andra menegang. Dengan sisa tenaganya, kedua tangannya memukuli dadanya sendiri, berharap rasa sakit yang ia rasakan akan hilang. Namun semuanya percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA: 'Perfectus' Risus (✔)
Подростковая литератураSequel Jikalau. ~Blurb. Hilang. Sunyi, tanpa ada kata yang menyapa. Semesta seolah memadamkan lenteranya. Kalandra tak sekokoh karang. Kalandra hanya butuh setonggak kayu. Kalandra hanya bisa tersenyum. Terkadang tertawa dalam sandiwara. #lem...