Extra Chapter: Impressum in Corde

110 4 18
                                    

Andra menoleh ketika ada seseorang yang memegang bahunya dengan lembut. Senyumnya terangkat ketika melihat sosok Arga yang tampak sangat tampan dengan baju serba putih.

"Akhirnya gue bisa ketemu sama lo dengan keadaan lo yang baik-baik aja, Bang!" seru Arga sambil tersenyum lebar.

"Setelah segala hal sulit yang gue lalui, finally gue dapetin apa yang selama ini gue perjuangin, Cil!" ucap Andra membuat Arga merangkulnya erat.

"I know it well! Abang gue emang sekeren itu! Jangan lakuin hal-hal aneh lagi! Jagain Mama sama Papa!" pesan Arga.

"Pasti, Ga!"

"Gue pamit! Lo baik-baik, ya?" Arga beranjak meninggalkan Andra ketika sosok Barra melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"See you lain waktu, Ga, Mas!"

***

Andra terbangun dengan senyuman di wajahnya. Setelah sekian lama, bangun di pagi hari tak lagi semenakutkan dahulu. Pintu kamar Andra diketuk kemudian sosok Dena masuk ke dalamnya dengan senyuman hangat.

"Anak Mama, si ganteng udah bangun!" sapa Dena sambil mengecup puncak kepala sang putra sulung. "Selamat pagi, jagoan!"

"Pagi, Mama cantik!" Andra membalas dengan memeluk erat Dena.

"Habis ini siap-siap, ya? Abang sama Mama ada jadwal konsultasi ke psikiater," peringatan Dena.

"Hari ini siapa aja yang nganter, Ma?" tanya Andra. Biasanya, Nevan, Nessa, Gia ataupun Naviro ikut mengantar Andra dan Dena untuk berkonsultasi. Terkadang Juan dan Lana juga berebut untuk mengantar Andra. Kalandra makin menyadari, masih banyak orang yang membutuhkan kehadiran sosoknya disini.

"Navi dong!!!" Adnan masuk sambil menggendong si kecil Naviro yang sibuk memakan biskuit susu.

"Udah disini aja adeknya Abang!" seru Andra riang. Adnan kemudian menurunkan Naviro ke kasur Andra.

"Om Zafran, Tante Shilla, Nevan, sama Nessa lagi jengukin saudara jauh mereka di rumah sakit, nggak baik bawa Navi. Jadi Navi dititipin disini sampai besok," jelas Adnan.

"Gemessss!" Andra dengan gemas menguyel-uyel pipi gembul Naviro membuat Navi bergumam kesal.

"Huhh! Janan Anla! Dedek lagi mam!" protes Naviro.

"Biarin! Lo lucu banget!" Andra beranjak menggelitiki telapak kaki kecil Naviro membuat bocah tiga tahun itu tertawa keras.

"Udah Bang! Takut adeknya keselek!" Dena kemudian mengangkat tubuh Naviro. "Navi sama tante dulu, ya? Biar Bang Andra mandi dulu! Bau!"

"Bawuuu! Anla bawuuu! Huekkk!" ledek Navi membuat Adnan tertawa keras sementara Andra yang kesal bercampur gemas kembali mencubit pipi Naviro membuat si bocah merengek.

Kehadiran Naviro seolah membuat rumah keluarga Radyatama lebih hidup. Anak laki-laki kecil yang ramah itu seolah menghadirkan sosok Argantara dalam dirinya.

***

"Hhhhh---hah...," Andra kembali mencengkram dadanya yang tiba-tiba sesak. Dena dan Andra sedang menunggu giliran untuk bertemu dengan psikiater. Keadaan mereka memang jauh lebih baik, namun Andra masih harus survive dengan jantungnya yang ada sedikit masalah. Tapi semuanya akan baik-baik saja.

KALANDRA: 'Perfectus' Risus (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang