1. Secangkir Teh yang Tak Lagi Hangat

261 6 10
                                    

Prangggg!!!

Brakkk!

"Dena tenang! Jangan marah begini! Liat aku, Dena!" suara Adnan kembali mendominasi seisi kediaman keluarga Radyatama.

Di salah satu kamar, tampak seorang pemuda bersandar di balik pintu kamarnya sambil memejamkan matanya, menghalau rasa takut yang akhir-akhir sering singgah.

"ADEK MANA? MANA ANAK AKU?" teriakan histeris Dena kini bagaikan alunan melodi pagi hari.

Lima bulan selepas meninggalnya, Argantara, putra bungsu dari keluarga ini. Arga pergi begitu saja menyisakan luka lebar dalam kehidupan keluarga Radyatama. Ditambah lagi, Dena begitu terpukul atas kepergian sang putra kesayangan hingga berperngaruh pada kesehatan mentalnya.

"Anak kita ada di kamarnya, Dena! Andra pasti lagi siap-siap buat berangkat kelas!" ucap Adnan sambi berusaha menenangkan istrinya.

"Siapa Andra?" tanya Dena dengan nada datar membuat Adnan menatap sang istri sambil menahan tangis.

Andra mendengar semuanya. Lelaki itu merasakan ada sesuatu yang menhujam relung hatinya. Kenapa rasanya sakit sekali, Tuhan? Walaupun Andra tahu, sang Mama sedang tidak 'sehat'.

"Anak kita, Dena! Anak sulung kita! Abang Andra!" ujar Adnan lembut. Dena melotot tajam ke arah Adnan dan kemudian kembali berteriak histeris.

"SIAPA DIA? DIA BUKAN ANAK AKU! ANAK AKU CUMA ARGA!"

Tanpa sadar, Andra mengepalkan tangannya sambil meninju dinding kamarnya. Lelaki itu berusaha meredam tangisnya. Andra kemudian memukul dadanya yang sesak karena menahan tangis.

"Astaghfirullah, Dena! Anak kita itu dua! Bukan cuma Arga! Abang juga butuh kamu, Dena!" ujar Adnan berusaha menyadarkan Dena. Andra masih tak berani keluar dari kamarnya. Begitulah, rumah yang dahulu penuh canda tawa berubah suram dan menjadi mimpi buruk bagi Kalandra. Ibarat kata, teh yang disajikan untuk Andra tak lagi hangat.

***

"Halo, Nessa. Selamat pagi!" sapa Andra setenang mungkin ketika kekasihnya meneleponnya.

"Pagi Andra! Kirain kamu belum bangun! " balas Nessa ceria.

"Udah dongg, kan mau jemput pacar aku! "goda Andra membuat Nessa terkekeh pelan.

'Gimana nggak bangun, rumah segini kacaunya, Nes!' imbuh Andra dalam hati.

"Kamu jangan lupa sarapan, nanti kita ada kelas jam sebelas, Ndra!" peringat Nessa. Keduanya memang satu kampus dan satu jurusan di hukum juga.

"Iya siap sayang," balas Andra. "Kurang lebih satu jam lagi aku jemput, ya?"

"Kelas kita masih agak siangan, Andra! Apa nggak kepagian?" ucap Nessa bingung.

"Nggak papa, dong! Sekalian jalan-jalan dulu!" balas Andra.

"Oke deh!" sahut Nessa akhirnya. Keduanya kemudian tertawa bersama, sampai akhirnya dari luar kamar Andra kembali terdengar suara barang jatuh.

Brakkk!

"Ndra?" tegur Nessa cemas.

"Iya, Nes?"

"Rumah lagi nggak papa, kan?"

"Yaa, Begitulah," sahut Andra berusaha tenang.

KALANDRA: 'Perfectus' Risus (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang