"Abang yakin berangkat kuliah? Nggak izin aja? Istirahat dulu di rumah. Abang masih panas badannya," peringat Adnan ketika melihat putra sulungnya sibuk mempersiapkan barang yang dibawanya untuk kuliah.
"Beneran, Pa. Trust me!" kata Andra sambil tersenyum tipis.
"Istirahat sehari nggak bakal jadi masalah serius, Bang!" ujar Adnan sembari menyibak rambut hitam Andra dan kembali mengecek suhu tubuh putranya. "Tuh, masih anget badannya! Papa anter ke dokter aja, ya?"
Andra kembali tersenyum menanggapi kekhawatiran sangat Papa. Cowok itu kembali menggelengkan kepalanya dengan tegas kemudian menatap sorot mata tajam milik sang Papa.
"Tugasnya harus dikumpulin hari ini, Pa! Kalo nggak dikumpulin, Abang nggak bisa ikut ujian semester," jelas Andra.
"Bisa nitip temen kali, Bang! Istirahat aja dulu!" Adnan berusaha membujuk putranya itu sambil mengamati wajah pucat milik Andra. Semalam, sungguh Adnan tak sanggup meninggalkan Andra seorang diri di kondisi Andra yang cukup mengkhawatirkan.
"It's okay, Papa! Papa tenang aja, Abang udah enakan, kok!"
"Tapi Papa nggak ngizinin Abang naik motor. Abang lebih baik naik taxi aja!" tegas Adnan membuat Andra tersenyum.
"Oke! Deal!"
***
"Mama udah bangun kan, Pa?" tanya Andra setelah menyelesaikan sarapannya. Walaupun Andra merasa mual ketika makanan itu mulai masuk ke tubuhnya.
"Udah. Baru aja!" ucap Adnan. "Jangan lupa minum obat!"
"Iya Papa!" Andra kemudian beranjak menuju kamar Mamanya.
"Abang mau ngapain?"
"Pamit sama Mama!" seru Andra yang membuat Adnan langsung merasa khawatir dan memilih mengikuti Andra masuk ke kamar tempat Dena berada.
"Mama?" sapa Andra. Dena hanya menatap putranya itu dengan tatapan kosong. "Selamat pagi, Ma!"
"Aku pamit berangkat kuliah dulu, ya? Mama baik-baik di rumah! Nanti kita ketemu lagi!" ucap Andra lembut sembari memeluk Dena. Dena masih pada posisinya. Diam dan menatap kosong ke depan. Andra memutuskan untuk melepas pelukannya.
"Hati-hati, ya!" Dena membuka suaranya membuat Andra dan Adnan saling berpandangan dalam diam. "Jangan sakit, Arga!"
Nama yang diucapkan Dena tentu bukan menjadi hal yang Andra inginkan pagi itu. Tapi, tak mengapa, setidaknya Dena mau memberikan pesan manis itu padanya. Hal yang sudah lama Andra rindukan dari sang Mama.
Adnan terkesiap kemudian menatap sendu ke arah putra sulungnya yang dengan jelas menatap dengan penuh kekecewaan namun tetap berusaha menyembunyikannya dengan senyum tulusnya.
"Abang?" lirih Adnan.
"Makasih, Ma! See you!" ujar Andra pada Dena kemudian beralih ke Adnan dan memeluk Papanya itu. "Abang berangkat ya, Pa?"
Adnan hanya mengangguk sambil mengecup lembut puncak kepala jagoan nomor satunya itu. Lagi-lagi, Adnan kembali merasa bersalah atas apapun yang dialami oleh keluarganya itu.
"Keep strong ya, Bang! Papa disini!" bisik Adnan lembut tepat di telinga Andra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANDRA: 'Perfectus' Risus (✔)
Fiksi RemajaSequel Jikalau. ~Blurb. Hilang. Sunyi, tanpa ada kata yang menyapa. Semesta seolah memadamkan lenteranya. Kalandra tak sekokoh karang. Kalandra hanya butuh setonggak kayu. Kalandra hanya bisa tersenyum. Terkadang tertawa dalam sandiwara. #lem...