5 : Matakuliah Yang Astagfirullah

31 7 7
                                    

Hari ini Dian pergi ke kampus lagi dan kini berada di kelasnya Yaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Dian pergi ke kampus lagi dan kini berada di kelasnya Yaya. Di kelas Yaya, Dian hanya mengambil 6 sks, selebihnya dia mengambil matakuliah lain di kelas lain dan prodi pendidikan biologi. Namanya mahasiswa pertukaran ya bebas memilih jurusan, tapi disesuaikan lagi sama dosen pembimbingnya dari universitas asal. Jadi Dian dikonversi 20 sks dari sana, makanya agak leha-leha dia kuliah di sini.

Dian sudah duduk di paling depan. Kebiasaannya kalo kuliah di Jakarta memang paling depan duduknya. Dian menoleh ke barisan kedua, lihat Yaya duduk di sana sambil mengetik sesuatu di laptop.

"Ya, gak di depan?" tanya Dian yang dibalas cengiran oleh Yaya.

"Gak dulu, Di. Dosennya bikin istigfar," ucap Yaya masih nyengir. Dian mengangguk saja, lantas balik badan duduk menghadap depan. Sedangkan Yaya sudah kembali ngetik di laptopnya.

Dian merhatiin sekitar, rasanya canggung lihat manusia-manusia asing ini. Apalagi di sini dirinya yang paling menonjol, dari segi wajah sih. Maklum wajah bule, blasteran asli.

Bangku belakang sudah penuh, di depan malah kosong melompong. Buat Dian garuk kepala yang memang gatal, lupa keramas tadi pagi.

Yaya lewat depan dia, keluar gitu aja buat Dian mengernyit heran. "Ada dosen?" tanya Dian pada Dona yang kebetulan duduk di belakang dia.

"Biasa mah Yaya suka keluar cari angin kalo abis nulis," jawab Dona yang fokus ke layar hapenya.

"Emang Yaya nulis apa?" tanya Dian penasaran.

Dona mengalihkan tatapannya dari layar ke Dian, "Wajib berbangga sih, Di, sama temen satu itu."

Dian mengernyit, seolah bilang, "Emang paan?"

"Yaya itu penulis, Di. Dia udah berhasil nerbitin buku satu waktu semester 4 kemarin. Duh, bangga banget punya temen penulis, Di!" seru Dona yang dibalas reaksi tak kalah heboh oleh Dian.

Cewek itu malah tepuk tangan, ikut bangga walau hanya mendengar ceritanya.

"Judul novelnya apa?" tanya Dian yang kali ini gak langsung dijawab. Dona senyum konyol, yang Dian tangkap berarti Dona gak tau judul novelnya Yaya.

"Aku bukan gak tau, Di, cuma Yaya yang gak ngasih tau. Pas aku tanya dijawab 'malu ah!', gitu mulu," jelas Dona yang sadar akan ekspresi Dian yang agaknya salah paham.

"Nanti deh aku tanya kalo gitu." Dona mengangguk sambil senyum, mau lanjut ngobrol tapi sayang dosennya dateng. Buat obrolan mereka cuma sampai situ.

"Siapa ketua kelas?"

Dian menoleh ke arah Yaya yang angkat tangan. Lantas menoleh ke arah dosen yang tadi nanya.

"Semuanya sudah dapat kelompok?"

"Sudah, Bu. Yang pertukaran juga sudah," jawab Yaya mantap.

"Oke, terima kasih Ryana sudah mengatur pembagian kelompok." Yaya ngangguk aja.

Diary's Dian in Mataram✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang