"Eh, maaf, gak sengaja," ucap Dian sambil lepas pegangan tangannya dari orang itu.
"Iya, gak apa-apa, saya juga minta maaf soalnya buru-buru." Cowok itu senyum sambil mengangguk sopan, lantas melenggang pergi.
Dian melanjutkan langkahnya, sembari mengecek hapenya yang getar. Sedetik kemudian, ia mendecak karena pesan dosennya.
Dia akhirnya putar balik, gak jadi naik ke lantai dua gedung A. Cewek itu jalan ke taman di belakang gedung A. Dan ya, di sana dosennya sudah nangkring sama mahasiswa yang sekelas dengan Dian di prodi pendidikan biologi ini.
Dian menghampiri, lantas duduk di samping entah siapa. Dian belum sempat kenalan sama seisi kelasnya ini. Maklum baru ketemu hari ini secara offline.
"Lha, yang tadi kan?" Dian yang ngerasa diajak ngomong otomatis menoleh. Dan ikut kaget juga karena di sampingnya ini ternyata cowok yang tadi dia tabrak.
"Ternyata satu kelas. Namanya siapa?" tanyanya dengan nada yang soft banget. Ini kalo Dian lupa dirinya gak jomlo, udah teriak kegirangan karena cowok di sampingnya ini.
"Dian, kamu?"
"Alfian, bisa panggil Fian, tapi mau panggil sayang juga boleh." Cowok itu jawab sambil menyengir, kelihatan manis.
Dian yang mendengar jawabannya malah ketawa sumbang, dengan nada pelan. Ya kali kenceng, wong di depan ada dosennya. 'Tipe buaya darat ini mah.'
"Jadi nanti kita hanya penelitian. Tapi tetap ada laporannya. Yah, karena ini hanya mata kuliah pilihan, jadi kita tidak ada uts maupun uas." Perhatian Dian dan Fian teralihkan pada penjelasan dosen di depan. Mahasiswa emang cepet nangkep kalo ada kata 'tidak ada uts dan uas'. Contohnya kayak aku:)
Seolah ada telepati dari mana, Dian ama Alfian mengacungkan jempol bareng. Kompak bener, sudah kayak bestie lama gak ketemu.
"Oke, ada yang ditanyain?" Budos di depan masih berdiri, betah banget merhatiin anak didiknya yang duduk melingkar. Merasa lagi tari kecak kali ya.
"Saya rasa tidak ada ya. Kalo begitu pertemuan hari ini sampai di sini saja. Saya tutup diskusinya, sampai ketemu minggu depan dan jangan lupa bentuk kelompok yang seperti sudah saya jelaskan tadi. Paham?"
"Paham, Bu!" koor satu kelas.
Ibunya agak kaget, bahkan mahasiswa lain yang duduk-duduk di kursi bundar ikutan kaget sampai menoleh ke arah kumpulan kelas mereka. Tapi setelahnya ibunya pergi dari lingkaran setan eh lingkaran mahasiswa. Buat lingkaran itu jadi berhamburan pergi satu per satu.
"Fi, nanti kabarin ya kelompoknya!" seru seorang cowok pada Alfian yang baru aja bangun dari duduknya. Alfian balas ngacungin jempol. Setelah itu, cowok tadi berlalu pergi.
Alfian mah santuy nepuk-nepuk celana bagian bokongnya yang bekas rumput. Untung aja rumputnya gak basah. Bisa brabe kalo basah.
"Eh, Dian, kelompoknya sama saya aja mau?" tawarnya tiba-tiba yang buat Dian pasang ekspresi kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary's Dian in Mataram✔ [TERBIT]
Novela Juvenil[Campus Life 1.1] Kisah singkat tentang cewek bernama lengkap Dian Fanila Udya menjalani hari-harinya di kota orang. Tepatnya di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cerita yang membekas dalam memori Dian sebagai mahasiswa pertukaran antar pr...