9 : Sleep-Call

34 6 4
                                    

Malam minggu identik dengan malam romansa para kaum tidak jomlo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam minggu identik dengan malam romansa para kaum tidak jomlo. Asal tidak hujan saja, karena itu menjadi penghalang para lelaki untuk bisa ngapel plus ngajak ceweknya pergi jalan. Yah, terkecuali untuk yang sedang LDR-an.

Begitulah yang terjadi pada Dian. Malam ini cuma berada di asrama sambil nemenin Fero si pacar lewat layar laptopnya. Lewat aplikasi zoom malah. Katanya nonton bareng secara virtual. Nah, kurang romantis gimana pasangan ini?

"Cub, mau nonton apa?" tanya Fero yang wajahnya di-zoom sama Dian.

"Santai, Bel, gak bakal nganeh-aneh kok nontonnya," jawab Dian sambil nyari film bagus di laptopnya.

"Bukan horor kan?"

Bukan menjawab, Dian malah ketawa. "Penakut banget kamu! Slow, gak bakal horor," ucapnya kemudian.

"Yeh, aku sih gak apa-apa, Cub. Cuma ya aku khawatir kamu kan di kamar sendirian. Gak ada temen, nanti kam-"

"UDAH IYA BAWEL!"

Fero langsung kincep. Gak lanjut ngomong, lebih milih perhatiin Dian yang mengerutu pelan nyari film yang pas.

"Boboiboy udah rilis gak?" tanya Fero basa-basi, bosen juga diabaiin sama Dian.

"Eh, mau nonton itu, Bel? Aku ada download kemarin nih filmnya. Boboiboy Galaxy," seru Dian antusias.

Fero senyum manis, entah mau bersyukur atau merasa nelangsa karena ceweknya ini jadiin si boboiboy moodboaster-nya. Bukan dirinya. Kasihan, sih.

"Ya udah nonton itu aja," sahut Fero yang diangguki Dian.

Tangan cewek itu langsung klik play pada film yang dipilih. Kemudian berseru sambil ngikutin lagu pembuka boboiboy galaxy.

"Boboiboy galaxy!"

"Hey, hey!"

"Boboiboy galaxy!"

"Hey, hey, hey!"

"Biar semua tahu ini dunia baru, sama-sama kita tentang sampai menang ..."

Kuasa ini, kita mencari, satu galaksi  oooh ... kuasa ini, jadi realiti ...

"Lepaskan kuasamu, mereka akan tahu, ini dunia kau dan aku ..."

Hei hei hei hei

Melayang kita lawan, bayangmu jadi awan ...

Ya kita satu-satunya.

Lepaskan kuasamu, mereka akan tahu, ini dunia kita ...

Fero geleng sambil kekeh pelan merhatiin Dian yang seru sendiri. Lucu aja lihat ceweknya itu apa adanya depan dia. Gak jaga image kayak cewek-cewek yang pernah Fero temuin sebelumnya. Hal ini yang Fero suka dari Dian. Walaupun anak orang kaya, tapi Dian ini sederhana. Bahkan gak milih teman buat bergaul. Fero bersyukur bisa pacaran sama Dian.

Kalo diinget-inget, perjuangannya Fero buat nempatin hatinya Dian tu susah banget. Saingannya berat. Bule pula, sama kek Dian. Tapi untungnya Dian milih dia, bukan milih temennya itu. Gak sia-sia jadinya Fero berjuang untuk Dian. Istilah lainnya, Dian itu titik rotasinya Fero. Kalo ada apa-apa pasti Fero pulangnya ke Dian. Pokoknya Dian itu wanita kedua yang sangat ia cintai setelah maminya.

"Bel, kamu merhatiin film atau aku sih? Kok senyum-senyum?" tanya Dian yang sadar kalo Fero gak nonton.

"Iya, merhatiin kamu. Soalnya lebih menarik dari apapun yang sekarang ada di depan aku," akunya membuat Dian mendecak pelan, tapi gak menutup kemungkinan cewek itu balas tersenyum.

"Bel, rasanya gak ada aku di samping kamu gimana?"

"Sepi, Cub. Gak ada yang bisa dijailin plus peluk lagi," jawab Fero masang wajah sedih.

"Dih, gak percaya! Aku tau banyak cewek yang ngantri nunggu kamu jomlo!" lontar Dian yang buat Fero ketawa. 'Duh, pacar gue kok ganteng?'

"Banyak sih, cuma ya hati aku nyantolnya cuma sama kamu."

Dian yang denger itu pengen teriak. Rasanya udah melayang dibuatnya.

'ADUH EMAAAK MAU TERBAAAAANG!' jeritnya dalam hati.

Fero gak sadar aja kalimatnya itu bisa buat Dian roll depan. Karena lewat layar dengan penerangan minim begini, Fero jadi gak tau udah semerah apa wajah Dian.

"Gombal!" cetus Dian sambil ngalihin wajahnya. Malu banget rasanya, padahal sebenernya pengen digombalin lagi sama ayang.

"Muka kamu pasti merah, ya, Cub," kekeh Fero yang di mata Dian jadi keliatan tambah ganteng.

"Aaaaa Ferooo pengen nyubit pipinyaaaa!" rengek Dian gemes sama Fero.

"Kamu lucu, Cub. Jadi tambah kangen akunya. Kapan-kapan aku mampir deh ke Lombok," kata Fero masih dengan senyum ademnya.

"Sabtu-minggu libur kan, Bel. Gak ke sini aja?" Dian langsung geleng, "eh jangan deh! Kamu pasti capek kalo nyusul aku ke sini cuma sehari," ucapnya lagi sambil nundukin wajahnya.

"Bener sih, aku lagi minggu sibuk. Tapi nanti aku kabarin kapan aku bisa nyamper ya," balas Fero yang buat Dian ngangguk antusias.

"Semangat terus pokoknya pacarku!" seru Dian yang dibalas acungan jempol oleh Fero.

"Kamu juga semangat, jaga kesehatan, gak boleh gadang terlalu sering, makan tepat waktu, jangan cari musuh di sana, terus yang paling penting jaga hati buat aku."

Rentetan kalimat Fero buat Dian tersenyum, dia merasa beruntung punya Fero. "Kamu juga, Bel, aku percaya sama kamu."

Fero ngangguk, dia keliatan seneng banget karena Dian percaya sama dia.

Selanjutnya, keduanya ngobrol ringan. Tentang kampus mereka, aktivitas hari ini, ketemu sama siapa aja, sampai hal konyol pun mereka ceritain. Lupain film boboiboy galaxy yang udah sampai pertengahan alur.

Dian juga cerita tentang makanan khas Lombok. Cewek itu berharap kapan-kapan bisa makan bareng berdua sama Fero buat nyicipin santapan kulinernya Lombok. Malam mingguan berdua di Lombok. Liburan berdua. Banyak banget harapannya, padahal gak tau aja kuliahnya bakal lebih ribet ke depannya.

"Oh iya, Cub. Nomer yang kamu pake nelpon tadi tu nomer siapa?" tanya Fero teringat tadi Dian nelpon pakai nomer lain.

"Itu nomer ketua kelas aku di prodi kimia, simpen aja. Siapa tau ntar kau nelpon kamu lewat sana lagi," katanya buat Fero menggeleng pelan.

"Bawa hape tiap saat, Cub. Gak enak kalo simpan nomer orang tanpa izin."

"Kata Yaya, udah biasa temennya minjem hapenya dipakai buat nelpon. Bahkan ya kontaknya Yaya lebih dari 500 kontak, kane gak tuh!"

"Tapi tetep aja, Cub, gak boleh asal simpan. Kalo tau-tau ini nomer bapaknya gimana?"

Dian ketawa aja, gak tau mau jawab apa omongan asal Fero.

"Yeh, malah ketawa kamu," protes Fero sambil cemberut.

"Simpen aja udah, ribet amat!" selosor Dian yang berakhir diiyain aja sama Fero.

Setelah itu, mereka lanjut ngobrol sampai hampir tengah malem. Dan berakhir saat Fero inget ada kuliah pagi pengganti kuliah hari jumatnya. Dian ngiyain aja karena udah mulai ngantuk juga.

Tut.

Telpon ditutup bersamaan dengan teparnya Dian. Cewek itu gak beresin laptopnya dulu, bahkan gak sempat juga ambil selimut buat nutupin kakinya yang telanjang karena cuma pake hotpans.

Cewek itu tidur tanpa tau sikon. Asal nyenyak dan nyaman aja.

***

A/N:

Lu jomlo? Sama saia juga:')

Diary's Dian in Mataram✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang