Manhattan, 1936
Tepat dua bulan sejak kejadian di mobil, Jisoo dan Miss J sering bertemu hanya untuk melakukan hal nikmat itu. Baik siang maupun malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah megah Luciano. Dan semua itu tidak diketahui siapapun, kecuali Dario. Bahkan Bobby, kepala pengasuh Luciano muda itu, tidak tahu sama sekali. Bahwa nona mudanya masih menjalin kasih dengan wanita majikannya. Karena memang Miss J meminta Jisoo untuk tidak memberi tahukan hubungan mereka kepada Bobby. Semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik dan aman untuk hubungan mereka, pikir wanita seksi itu. Beberapa kali mereka melakukannya di kamar Jisoo, dan beberapa kali juga mereka melakukannya di kamar utama sang ayah, jikalau pemimpin klan itu sedang ada perjalanan bisnis keluar kota.
Jika di luar rumah, mereka sering bertemu di casino, tempat Miss J bekerja. Seperti saat ini, di ruang khusus yang memang sengaja Miss J buat untuknya dan Luciano muda. Dari tadi Jisoo sibuk menghitung hasil kemenangannya di meja blackjack beberapa jam yang lalu. Sedangkan sang penari di kasur menatap kesal pada Luciano muda itu.
"Apa kau masih belum selesai menghitungnya?" Tanya Miss J, menompang kepala dengan tangan, memiringkan badan menghadap wanita di depan sofa.
"Oh, ya, belum. Jika kau mengantuk, tidur duluan saja" Ucap Jisoo tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kalau begitu lebih baik tadi aku pulang saja, daripada menunggumu berjam-jam bermain judi."
"Ah, iya, kenapa kau tidak pulang saja tadi?" Ucap Jisoo, lagi-lagi tidak mengalihkan pandangan dari lembaran-lembaran bernilai itu.
"Ish... Nona muda!" Rengek manja Miss J, sambil berjalan mendekat ke sofa di ruang itu. Duduk di sebelah sang nona muda, menyandarkan kepala di pundak wanita yang masih memakai jas itu. "Jika dipikir-pikir, kemenanganmu di casino sama saja menguras sedikit demi sedikit kekayaan ayahmu."
"Hmm?"
"Maksudku, kau kan selalu menang banyak dan selalu bermain di casino milik keluargamu. Berarti yang kau dapatkan juga berasal dari keluargamu. Kenapa tidak kau curi saja harta di rumah ayahmu, lalu membagikannya kepada yang membutuhkan. Seperti yang dilakukan Robin Hood itu"
"Oh, yang mencuri harta orang kaya lalu membagikan harta itu kepada kaum miskin? Itu sungguh sangat merepotkan. Asal kau tahu, Jennie. Sebenarnya aku tidak tahu dimana menyimpan hasil kemenanganku ini. Jika kusimpan di rumah, ayahku bisa curiga. Lebih baik dibagikan saja. Toh aku bisa mendapatkannya lagi dari permainan blackjack itu."
"Eh? Aku pikir kau orang yang sangat dermawan, Nona muda. Ternyata alasannya cuma itu?"
Jisoo hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Miss J, lalu melanjutkan kegiatan yang dilakukan dari tadi.
"Kenapa tidak Dario saja yang menghitung uangmu ini?" Miss J kembali bertanya kepada Luciano muda yang kembali mengabaikan dirinya.
"Tadi aku juga menyuruhnya, tapi si banyak bicara itu sudah kabur duluan dengan seorang jalang." Ucap Jisoo mengabaikan kesulitannya menghitung uang, karena Miss J mengaitkan sebelah tangan mereka.
Terjadi keheningan diantara mereka beberapa saat. Jisoo yang merasa ada yang janggal, menoleh sebentar pada Miss J yang termenung sambil memainkan lengan jasnya. "Ada apa? Tidak biasanya kau diam seperti ini."
"Nona muda..."
"Hm?"
"Apa kau pernah tidur dengan seorang jalang juga?"
Kembali terjadi keheningan setelah pertanyaan Miss J itu. Jisoo tampak diam, menghentikan menghitung lembaran-lembaran uang.
"Pernah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Jackson & Her 'Nona Muda' (JENSOO) [END]
FanficBerlatar pada tahun 1935, saat pertama kali Jisoo bertemu dengan Jennie secara tak sengaja di sebuah casino. Berlanjut dengan sebuah dilema antara cinta dan keluarga. Bagaimana kisah Jisoo yang merupakan anak seorang pemimpin mafia dengan Jennie yan...