Tidak seperti yang Vincenzo katakan, bahwa Topps sangat marah mengetahui Miss J sering bertemu dengan pria lain di luar sana.
"Tentu aku marah, tapi akan ku abaikan kali ini, Ruby. Tuhan pun memberi kesempatan, begitu juga denganku. Asal kau tidak mengulanginya lagi. Kau paham?"
"Baik, Tuan. Aku paham. Maaf..."
"Kalau begitu, bawakan secangkir teh panas. Kepalaku sakit dari kemarin"
"Baiklah, Tuan."
Miss J dengan segera membuatkan teh panas seperti yang Topps pinta. Dan juga pemimpin klan meminta wanita itu untuk memijat kepalanya yang sakit.
"Apa ada masalah berat yang mengganggu pikiran, Tuan?" Tanya Miss J sambil memijat pelipis Topps yang sedang rebahan di sofa, menutup mata, merasakan pijatan yang wanita itu beri.
"Sangat berat. Vincenzo Schultz ingin sekali membunuh jaksa penuntut itu. Padahal dari dulu ada sebuah perjanjian atau aturan, tidak boleh membunuh agen pemerintah."
"Bukannya nanti kalau agen itu dibunuh akan menganggu klan, karena anggota polisi lainnya akan memburu si pembunuh. Apalagi kudengar kasus yang melibatkan Anda sedang diselidiki"
"Tapi, Vincenzo bersikeras ingin membunuh pemimpin penyelidikan kasus itu."
"Bukankah lebih baik kehilangan satu orang dari pada menganggu semua anggota klan?"
"Maksudmu?"
"Lenyapkan Vincenzo Schultz"
Mendengar itu, kedua mata Topps terbuka. Memikirkan mana pilihan yang tepat, membiarkan Vincenzo membunuh agen itu, yang berakibat pada anggota klan lain. Atau melenyapkan Vincenzo, seperti yang Miss J bilang agar anggota klan lain tidak terganggu.
Tiba-tiba sakit kepalanya sudah mulai reda. Pemimpin klan itu tersenyum penuh arti, sambil bergumam. "Kepentingan keluarga di atas segalanya"
Dengan begitulah Vincenzo Schultz di bunuh dua hari kemudian, oleh orang yang sama membunuh Dario, atas perintah Topps.
🍁🍁🍁
Sudah seminggu sejak kematian Dario, Jisoo mengurung diri dikamarnya. Tidak ingin bertemu siapapun, makanan yang diantar ke kamar tidak disentuh sama sekali. Perasaan bersalah pada dirinya atas kematian Dario, sungguh membuat Luciano muda itu terbebani. Harusnya yang menjadi korban penusukan itu adalah dirinya, namun si pelaku melihat keakraban Miss J dan Dario, dan berakhir dengan terbunuhnya satu-satunya teman yang dia miliki.
Besoknya Jisoo jatuh sakit, karena banyak pikiran dan perut kosong. Tidak adanya asupan yang masuk ke dalam tubuh, Luciano muda itu semakin melemah. Segala upaya sudah Bobby lakukan, dari membuat makanan kesukaan Jisoo sampai membuat makanan yang wanginya begitu menggugah selera, agar menimbulkan nafsu makan nona mudanya. Namun, Jisoo masih tidak ingin makan apapun.
Hal itu membuat Miss J sungguh khawatir kepada sang nona muda. Beberapa kali dia ingin bertemu, tapi Bobby mengatakan Luciano muda tak ingin diganggu. Wanita itu tak berhenti berusaha agar bisa menemui Jisoo.
Sore itu Bobby sedang ada keperluan lain di luar. Miss J yang mengetahui kepergian Bobby, segera membawakan makanan ke kamar Jisoo. Hal yang pertama kali dilihat saat masuk ke kamar yang berada di lantai 3 itu adalah Jisoo yang terbaring lemah di atas kasur. Miss J mendekat, duduk di tepi kasur, meletakkan nampan makanan di atas nakas samping kasur. Lalu memperhatikan nona mudanya yang tertidur namun gelisah, tampak butiran-butiran keringat di keningnya. Sungguh, melihat keadaan Jisoo ini membuat hatinya juga sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Jackson & Her 'Nona Muda' (JENSOO) [END]
FanfictionBerlatar pada tahun 1935, saat pertama kali Jisoo bertemu dengan Jennie secara tak sengaja di sebuah casino. Berlanjut dengan sebuah dilema antara cinta dan keluarga. Bagaimana kisah Jisoo yang merupakan anak seorang pemimpin mafia dengan Jennie yan...