15

90 15 3
                                    

Setelah membeli dua kaleng jus dari mesin penjual minuman otomatis, Nakyung perlahan menghampiri Renjun yang sedang duduk tenang di bangku taman. Laki-laki itu mengetukkan jarinya ke atas kursi sambil memandang ke arah kolam dihadapannya. Sampai saat ini, Nakyung tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak akan pernah mengira bahwa Renjun dengan repot mau mengantarkan makanan ke mejanya. Padahal biasanya ia yang akan dipanggil ke ruangan Renjun dan makan siang disana. Bukan karena tak biasa, namun ia jadi merasa malu apalagi dihadapan karyawan lain. Meskipun keduanya memang sangat akrab namun Nakyung menjaga agar keduanya tak tampak terlihat dekat. Apalagi mengingat keduanya hanya sahabat? ya mungkin begitu.

Benar. Nakyung memang terkesan. Tapi ia tahu bahwa mungkin saja Renjun memang hanya ingin meminta maaf padanya. Tidak lebih dari itu.

"Nih buat lo" ujar Nakyung. Ia duduk di samping Renjun, mengulurkan kaleng jus pada lelaki itu.
"Thanks" sahut Renjun ceria. Ia mengambil kaleng jus yang diberikan Nakyung dan membukanya. Satu detik kemudian Renjun sudah meminumnya dengan cepat.
"Terima kasih dimsumnya" kata Nakyung dengan canggung. Ia mengambil kantong plastik diantara mereka, lalu membuka kotak makan tersebut. Aroma harum serta uap hangat menyambut Nakyung, membuat nafsu makannya kembali menghinggapi.

"Maaf, soal kemarin gua udah bikin lo tersinggung. Gua udah cek sama Yangyang kemarin dan ya ternyata bener." Renjun menyilangkan kakinya, menoleh ke arah Nakyung dan memperhatikan gadis itu memakan dimsumnya. Wanita tersebut mengangguk.
"Gua maafin, makasih juga udah percaya sama gua" balas Nakyung sambil mengunyah makanannya.
"Enak ?" Renjun bertanya dengan wajah sedikit cemas karena Nakyung terdiam. Perempuan itu bahkan tidak memandangnya sama sekali.

"Lo dimana belinya? Ini enak banget !" seru Nakyung, otomatis membuat Renjun bernapas lega setelah tanpa sadar laki-laki itu sempat menahan napasnya untuk beberapa saat.
"Winwin yang merekomendasikan restorannya. Kapan-kapan kita bisa makan disana berdua" laki-laki itu meneguk jusnya lagi. Namun, ketika ia hendak menaruh jus nya di kursi, ia melihat Nakyung mengulurkan kotak berisi dimsum ke arahnya.
"Kenapa?"
"Ayo, ikut makan aja sekalian" ajak Nakyung. Perempuan itu bahkan bersikeras saat Renjun menolak. Akhirnya, laki-laki itu mengalah  juga dan melahap satu potong dimsum yang sudah Nakyung ambil dengan sumpit.

"Wah, ini enak banget!" puji Renjun sambil tersenyum.
"Bener kan?"
Renjun mengangguk. Seperti biasa, keduanya memiliki selera yang sama. Itu terbukti karena makanan yang Nakyung rekomendasikan selalu disukai Renjun. Laki-laki itu ingat bahwa dulu, ketika ia masih bersama Lia, hampir semua makanan yang diberikan wanita itu membuat Renjun harus pura-pura menyukainya. Ia tiba-tiba saja heran bagaimana keduanya dulu bisa bersama dengan begitu banyak hal yang bertentangan.

" Gua baru sadar kalo kita emang punya selera yang sama. Kayaknya kita emang cocok? Bener kan?"
Kalimat Renjun sukses membuat Nakyung tersedak. Perempuan itu terbatuk hingga Renjun bergegas memberikan kaleng berisi jus padanya.
"Astaga, lo gapapa kan?" Ia menepuk pelan punggung Nakyung yang kini sedang meneguk jusnya. Beberapa saat setelah batuknya mulai reda, barulah Nakyung dapat berpikir jernih. Ia menegakkan tubuhnya. Wajahnya mulai memerah.
"Apaan sih lo! Udah biasa kali" sergah Nakyung cepat
"Tuh kan bener lo sakit Kyung, coba sini liat pipi lo merah banget"

"Tapi gak panas" gumam Renjun sambil mengarahkan pipi Nakyung ke hadapannya.
"Haish! Nggak! I-ini karena gua keselek" sela Nakyung sambil menjauhkan wajahnya dari Renjun.
"Beneran?"
"Lo tanya itu lagi, gua siram pake jus ya?!"
"Dih sensi amat"

Detik berikutnya, keadaan menjadi hening. Nakyung masih sibuk menghabiskan makanannya. Berbeda dengan Renjun, laki-laki itu masih setia menatap wajah Nakyung dari samping.

"Em..kado yang kemarin udah di lo kan?" tanya Renjun gugup. Sedangkan wanita di depannya nampak santai menjawab dengan anggukan.
"Lo - suka?" tanya Renjun lagi.
"Of course snack nya gua suka, tapi bonekanya-"
"Kenapa bonekanya ? Lucu kan ?" sela Renjun menggebu
"Hahahahahah boneka apaan itu? Mana gak punya mulut lagi" gelak Nakyung
"Itu lucu ya! gemes bisa lo peluk!" balas Renjun tak terima
"Idih, siapa yang mau peluk boneka sekecil itu" ujar Nakyung.
"Yaudah peluk gua aja, kan bonekanya gak bisa dipeluk" goda Renjun sebelum melemparkan tatapan jenaka pada wanita disebelahnya. Tiba-tiba saja sebuah bayangan terlintas di pikirannya, membuatnya harus menggeleng keras.

"Kenapa lo lakuin ini semua buat gua?" tanya Nakyung berhasil menghilangkan raut jenaka miliki Renjun.

Detik berikutnya, keadaan menjadi hening. Nakyung masih menunggu jawaban Renjun. Ia masih ingin mengetahui isi hati laki-laki itu yang merupakan misteri besar baginya.
"Gua gak pernah punya teman dekat yang mau dengerin semua cerita gua selama kuliah. Dan lo mau dengerin gua sampe sekarang. Bareng lo juga, gua bisa bangun perusahaan gua. Gua cuman pengen kasih lo sesuatu meskipun gua tau itu gak sepadan sama yang lo kasih ke gua selama ini"

Jawaban yang keluar dari mulut Renjun benar-benar membuat hati Nakyung berdesir. Waktu seakan menjadi lebih lambat. Perempuan itu bahkan bisa mendengarkan dengan jelas suara angin yang berhembus di sela-sela rambutnya. Ini juga baru ia sadari. Nakyung tidak punya sosok laki-laki selain Renjun dan Papanya.

"Gua juga" balas Nakyung singkat. Ia tidak tau harus mengatakan apalagi pada Renjun. Hanya dua kata itu yang berhasil keluar dari mulutnya setelah beberapa saat ia berusaha menenangkan debaran jantungnya.
"Mungkin lebih tepatnya lo sahabat cowok pertama gua?" tanya Nakyung entah pada siapa untuk memastikan peran Renjun dalam hidupnya.

"Ah sahabat ya?" batin Renjun kecewa.
"Gua juga bisa dapet kerjaan gara-gara lo, gua bisa dengerin semua cerita lo karena gua lebih deket ke lo. Papa juga lebih percaya ke lo dari kuliah. Makasih Njun" tambah Nakyung kembali menginterupsi Renjun dari lamunannya. Laki-laki itu mengangguk pelan.

"Gw harap kedepannya kita bisa lebih saling percaya, yang terpenting sekarang kita harus tetep saling bantu" balas Renjun serius.
"Membantu?" tanya wanita itu bingung.
"Iya, bantu gua dapetin hati lo"

Tak terasa Renjun kembali tergelak kencang, entah bagaimana Nakyung malah tidak menjawab lagi. Ia justru sedang menatap mata Renjun dalam-dalam. Menggali kesungguhan laki-laki itu. Apa kini hatinya tengah dipermainkan? eih sadarlah Nakyung, Renjun hanyalah bercanda dengan ucapannya. Ia tak mungkin berharap lebih pada Renjun.

Berbeda dengan Renjun, setelah laki-laki itu selesai meredakan tawanya. Ia malah sempat berpikir bahwa benar, ia merasa nyaman dan bahagia dengan wanita di sebelahnya ini. Namun, apakah pantas menganggap itu adalah cinta jika mereka memang sudah terbiasa bersama selama ini?

🦊

Pernah gak sih ada momen dimana sebenernya kalian berdua saling suka, cuman dua-duanya lebih memilih diam ?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernah gak sih ada momen dimana sebenernya kalian berdua saling suka, cuman dua-duanya lebih memilih diam ?

kalo ada, nice kalian satu frekuensi sama couple ini

BAD/CALM BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang