19

63 15 5
                                    


Hari yang dijanjikan Renjun akhirnya tiba. Jika tidak ada Tzuyu, sepertinya Nakyung sudah pingsan karena kepanikannya sendiri. Sebelum matahari muncul, Nakyung sudah merecoki kakaknya. Untung saja keponakan Nakyung sekarang berada di rumah orang tua Mingyu. Jadi ia bebas mengganggu Tzuyu, ya meskipun akhirnya ia juga mengganggu acara manja Mingyu pada istrinya. Nakyung benar-benar tidak tahu harus memakai baju apa untuk makan siang nanti.

"Kau tau tidak? Mingyu hampir melemparmu dengan laptop ketika mendengarmu ribut sekali menggedor kamarku di pagi buta seperti ini," protes Tzuyu. Ia duduk diatas ranjang Nakyung sambil memeluk bantal milik adiknya.
"Ini kan tanggung jawabmu sebagai kakak perempuanku" balas Nakyung
"Aku jadi curiga, kau mulai menyukai Renjun kan?" tanya Tzuyu penasaran.
"Ti-tidak!" sanggah Nakyung terbata.

Sebenarnya, sejak semalam ia bingung dengan perasaannya sendiri. Ia memang menyukai Renjun sebagai teman yang baik. Tapi ia juga takut bahwa rasa sukanya mulai bertambah melebihi seharusnya. Apalagi ketika ia teringat bahwa beberapa hari terakhir,ia menghabiskan setiap menit lamunannya dengan menanti kepulangan Renjun dari China.

"Hei, dari caramu menjawab saja aku sudah tahu kalau kau berbohong. Pintarlah sedikit. Kalian itu bukan lagi seperti teman. Maksudku, memangnya teman mengucapkan 'selamat malam, mimpi indah' lalu mengajakmu pergi ke suatu tempat berdua? Astaga kau kurang waspada, Nakyung. Sepertinya Renjun memang memikatmu." cerocos Tzuyu
"Cukup! Kau sama sekali tak membantu tahu!" Nakyung tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk mengelak.

Ia pun mengalihkan pembicaraan sambil berpura-pura sibuk memilih baju. Padahal, ia hanya melemparkan semua pakaian keluar dari lemari hingga salah satu bajunya mengenai kepala Tzuyu.
"Ya! Kau ini bisa tenang sedikit tidak?" Tzuyu, yang masih sangat mengantuk serta lelah, sepertinya tidak bisa menahan lagi amarahnya. Ia segera bangkit berdiri dan menarik mundur Nakyung dari depan lemari. Sepertinya hanya Tzuyu yang dapat menyelesaikan masalah ini.

"Dengar Nakyung, berhubung acara makan siang ini berjalan di tengah jam kantormu, lebih baik kau menggunakan pakaian yang mudah dikenakan saja. Pagi ini, kau tetap menggunakan kemeja seperti biasa. Lalu setengah jam sebelum jam makan siang, cepat berganti baju dengan dress ini." Tzuyu menunjuk dress biru navy berlengan dengan aksen kerah yang unik.
"Apa tidak berlebihan?" Nakyung tampak ragu.
"Tentu tidak. Kau tampak pintar ketika mengenakannya. Setidaknya baju ini bisa menutupi otakmu yang bodoh ini"

"Tck, cantik tidak?" tanya Nakyung memastikan.
"Lebih cantik aku" goda Tzuyu yang kini terkikik senang melihat wajah gusar adiknya.
"Kau belum pernah aku lempar dengan sandal rumah milik papa kan?" ancam Nakyung meregangkan jari-jarinya.
"Astaga! Seram sekali ! Hahahahah..!" Wanita itu malah terbahak. "Tenang saja. Kau pasti terlihat mengagumkan. Jadi cepat bersiap sana!" seru Tzuyu mendorong Nakyung menuju kamar mandi.
"Kau memang kakak terbaikku!" Nakyung balas berseru sambil melompat dan memeluk Tzuyu, membuat kakaknya tertawa kec dan berkata, "cepat mandi! aku ingin cuddle dengan Mingyu tahu!"

🦊

Nakyung berjalan dengan wajah semringah memasuki gedung kantornya. Karena ia tidak bisa bersiul, gadis itu hanya bersenandung kecil sambil tersenyum kecil pada setiap orang yang ia temui di lift. Entah apa yang membuat suasana hatinya begitu baik hari ini. Apakah karena Renjun? Namun tiap pikiran itu terlintas, Nakyung berusaha membuangnya jauh-jauh. Ia tidak ingin mengakui bahwa apa yang dikatakan Tzuyu benar. Ia merasa bahwa dirinya dan Renjun hanya dekat dalam hubungan pertemanan. Tidak ada yang lebih. Sifat Renjun yang masih kekanakan sungguh berbeda dengan laki-laki idaman Nakyung yang harus dewasa dan karismatik. Justru, laki-laki yang tepat memenuhi kriteria itu adalah Winwin.

Lamunan Nakyung terusik ketika ia mendengar suara dentingan yang diikuti terbukanya lift. Nakyung bergegas keluar sebelum ia terdorong rekan kerja yang lain. Seperti biasa, Yena selalu datang lebih pagi dari Nakyung. Teman dekatnya selama bekerja itu tampak sudah tenang di atas kursi empuknya sambil menyesap kopi dan membaca novel.
"Pagi cantik!" sapa Nakyung bersemangat
"Ceria banget rupanya" goda Yena sambil menyipitkan mata dan meletakkan cangkir kopinya ke atas meja.
"Iya?" timpal Nakyung basa-basi. Gadis itu kini menarik kursinya dan hendak menaruh tas sebelum matanya tertuju pada sebuah kotak putih yang dibalut dengan pita hitam di ujung meja.

BAD/CALM BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang