25

51 12 5
                                    

"Gak, gua cuman gamau lo ngrepotin gua aja" timpal Nakyung tak sepenuhnya benar.

Selama beberapa saat, keheningan sempat mengisi percakapan mereka. Hal itu terasa tidak nyaman dan membuat Renjun akhirnya memutuskan untuk segera mengutarakan maksudnya menelpon gadis itu pada larut malam.

"Nakyung, lo mau gak pergi bareng gua ke acara ulang tahun kakek gua akhir minggu ini? Rasanya acara itu bakalan sepi kalo gaada lo"
Nakyung tidak bisa menggambarkan betapa gembira dan terkejutnya gadis itu. Semuanya seakan tercampur menjadi satu dan tidak dapat digambarkan dengan jelas.

"G-gua gatau" jawab wanita di seberang terdengar ragu.
"Maksudnya, gua kan gak diundang. Lagipula, acara itu bakalan tetep lanjut sekalipun gua gak ikut" tambah Nakyung bermaksud menolak dengan halus. Setelah Nakyung memikirkan kembali jawaban apa yang harus ia katakan, ia menyadari bahwa ia tidak ingin menjadi tamu tak diundang di tengah-tengah orang yang tidak ia kenal.
"Hei tidak! Lagipula lo dateng sebagai pasangan gua, jadi lo gak perlu undangan sama sekali" Renjun mencoba berargumen. Laki-laki itu terdengar sangat bersemangat dan putus asa di waktu yang bersamaan.

"Nakyung, kamu sudah merapikan ruang tamu belum?" Suara mama Nakyung terdengar sangat lantang dan Nakyung meringis ketika mendengar Renjun tertawa kecil dan berkata "Apa itu suara ibu mertua?"
"Tolong jangan panggil mama gua gitu lagi" pinta Nakyung dengan nada jenaka. Gadis itu menjauhkan ponselnya dari wajah dan balas berseru pada ibunya yang berada di dapur, "Aku segera kesana, Mama!"

Tzuyu yang awalnya sedang fokus menonton pertandingan sepak bola bersama Mingyu kini melirik ke arah Nakyung yang masih menelpon dan memutuskan untuk mengganggu adiknya itu.
"Ma, Nakyung masih gak mau bersih-bersih ruang tamu. Dia sibuk telponan sama Renjun!" teriak Tzuyu keras hingga Nakyung menjambak kecil rambut kakaknya itu menyuruh diam.

"Sampaikan salam ku pada kekasihmu, Nakyung!"
"Malam, ibu mertua!" seru Renjun.
Hal itu membuat Nakyung mendengus, namun mau tidak mau tertawa karena mendengar nada bicara Renjun yang tiba-tiba berubah. Gadis itu sengaja menunggu beberapa lama hingga Renjun mulai pembicaraan lagi.

"Jadi, bagaimana? Kalo lo setuju, gua bakal jemput lo jam setengah tiga sore akhir minggu ini". Sekali lagi Renjun melontarkan pertanyaannya pada Nakyung dan berharap gadis itu menerimanya. Dan, seakan Dewi keberuntungan ada di pihaknya, Nakyung menjawab, "Yaudah. Sampai ketemu akhir minggu nanti!"

🦊

Pagi hari di akhir minggu itu, Nakyung sudah berdiri di depan rumah sambil menatap kosong ke arah orang tuanya yang sedang memasukkan beberapa koper ke dalam bagasi mobil. Jaket tebal melapisi tubuhnya yang hanya mengenakan piyama. Sebenarnya, Nakyung merasa sangat bersalah karena tidak dapat ikut serta untuk mengunjungi nenek mereka di Singapura. Pekerjaan yang semakin menumpuk serta janjinya untuk menghadiri acara ulang tahun kakek Renjun menjadi alasan utama Nakyung memutuskan untuk tetap tinggal di rumah. Lagipula, ia masih bisa mengunjungi neneknya akhir tahun nanti.

"Awas!"
Bersama dengan suara itu, Nakyung bisa merasakan hantaman keras di sisi tubuhnya yang hampir membuat gadis itu terjungkal ke samping. Menyadari bahwa hal itu merupakan ulah Tzuyu yang tidak berhati-hati ketika sedang membawa barang, membuat Nakyung tersulut emosi dan berteriak, " Kau ini kan sudah tua! Cobalah untuk tidak ceroboh sedikit!"

"Kau ini kan juga sudah dewasa! Cobalah jangan terlalu cepat terbawa emosi dan membuat kerutan di wajahmu berlomba-lomba untuk muncul!" ejek Tzuyu untuk membalas teriakan adiknya. Melihat wajah kakaknya yang sama sekali tidak tampak bersalah itu hampir membuat emosi Nakyung meledak. Untung saja mamanya datang di saat yang tepat untuk memberi pesan pada putri bungsunya itu.

"Nakyung, ini uang sakumu untuk satu minggu kedepan. Gunakan dengan baik ya. Cepat telepon panggilan darurat dan kami jika terjadi sesuatu yang buruk. Jaga dirimu baik-baik." pesan mamanya dengan lembut. Wanita itu mengecup dahi Nakyung dan memeluknya erat.
"Ma, aku bukan bocah seumuran Naya. Mama gak perlu ngasih uang saku begini deh" tolak Nakyung pelan sambil berusaha mengembalikan amplop itu ke genggamannya mamanya.

BAD/CALM BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang