27

87 12 7
                                    

Nakyung terbangun ketika ia merasakan mobil yang ia naiki telah berhenti total. Perlahan, Nakyung membuka matanya dan menyadari bahwa tempat ini bukanlah rumahnya, melainkan sebuah basement. Ia segera melepaskan sabuk pengaman dan menoleh ke arah Renjun yang sedang menatapnya.

"Kenapa kita berhenti? Kita belum sampai di rumah"
"Memang. Gua pikir lebih baik kalau gua ajak lo ke apartemen gua. Gua tau, lo marah banget sama gua. Jadi, ayo kita selesaikan masalah ini sekarang"
"Apartemenmu? Gila ya? Antar gua pulang sekarang juga!"
Sepertinya dugaan Renjun benar. Nakyung jelas-jelas mengamuk dan tampak geram dengan keadaan yang gadis itu dapati ketika terbangun.
"Gak. Gua gak mau antar lo pulang. Tapi gua bakal tunggu lo turun dari mobil." Renjun membuka pintu dan bersandar di depan mobilnya.

Setelah menunggu untuk beberapa saat, Renjun memutuskan untuk melihat jam tangannya dan menyadari bahwa sudah sepuluh menit berlalu. Anehnya, Nakyung masih bersikeras untuk tetap berada di dalam mobil. Hal itu membuat Renjun khawatir dan hendak menghampiri gadis itu sebelum ia mendengar suara hak tinggi yang bersentuhan dengan lantai. Sosok Nakyung berjalan melewatinya menuju lift.

"You did it Renjun!" Renjun tersenyum dan memuji dirinya sendiri ketika melihat hal itu. Dengan terburu-buru, ia kemudian mengunci mobilnya dan berlari menghampiri Nakyung yang baru melangkah memasuki lift. Renjun menekan tombol lantai apartemennya dan sesekali menatap Nakyung yang memainkan ponselnya. Bahkan, ketika lift terbuka di lantai tujuan mereka, gadis itu tidak menunggu Renjun sama sekali dan berjalan begitu saja menuju pintu apartemen Renjun yang masih bisa Nakyung ingat letaknya.

"Sebentar. Gua buka kuncinya dulu," ujar Renjun sambil menyusul Nakyung agar ia dapat segera mengetikkan passcode ke dalam alat pengunci digital pintu apartemennya. Pintu terbuka. Dengan tergesa-gesa, Renjun menyalakan lampu dan merapikan beberapa barang yang bergelatakan sembarangan di ruang tamu. Sedari tadi, Nakyung masih belum mengucapkan apapun pada Renjun.

Wajah gadis itu yang biasanya ramah pun kini terlihat datar dan jengkel. Nakyung melepaskan sepatunya dan berjalan di atas lantai apartemen yang dilapisi karpet. Ketika ia melihat ruang tengah apartemen Renjun masih gelap, Nakyung memutuskan untuk duduk di depan sebuah jendela kaca besar yang menunjukkan pemandangan kota pada malam hari. Pemandangan lampu warna-warni yang bertebaran bagaikan bintang di bawah sana berhasil mencuri perhatian Nakyung dan membawanya hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Ini minum dulu" Renjun baru saja kembali dari dapur untuk mengambil segelas jus untuk Nakyung. Laki-laki itu kemudian duduk di sebelah gadis itu dan mengulurkan jus tersebut ke arahnya.
"Gak usah" Jawaban Nakyung sungguh membuat Renjun frustasi. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk menghibur Nakyung namun gadis itu tetap saja menyudutkannya.
"Nakyung, gua emang gak berharap lo bakalan maafin gua dengan cepat. Tapi setidaknya jangan menyudutkan gua gini dong"
"Akhirnya lo tau kan rasanya disudutkan? Itu yang lo lakukan ke gua di depan Shuhua tadi" kali ini Nakyung menoleh ke arah Renjun dan menatap laki-laki itu dengan tajam.
"Gua minta maaf buat itu. Tapi menurut gua, lo juga seharusnya gak bicara seketus itu ke orang yang baru lo temui setelah sekian lama. Lagipula, kesalahan apa yang gua lakukan sampai bikin lo semarah ini ke gua?"
"Kesalahan pertama, lo gak percaya ke gua. Kedua, lo gak mau dengerin gua dulu. Gua berusaha memberitahu lo kalau Shuhua cuman pura-pura. Jelas-jelas gua sama dia baru ketemu beberapa minggu lalu dalam reuni, dan tebak apa yang dia lakukan ke gua? Dia bahkan merendahkan pekerjaan gua. Dia tipe perempuan yang ingin mendapatkan semua perhatian dan gak suka kalau ada seseorang mengalahkannya. Lo kan udah tau sendiri Njun, gimana liciknya dia dapetin predikat cumlaude-nya selama kuliah." Mata Nakyung melebar dan ia tampak terengah-engah ketika menjelaskan hal itu pada Renjun. Rasanya begitu lega ketika Nakyung berhasil mengutarakan isi hatinya.

Kalau lo tau dia benci sama pencapaian perusahaan lo, mungkin lo gak akan belain dia Njun, ungkap Nakyung dalam hati mencoba menutupi satu alasan besarnya. Ia tidak mau menambah pikiran Renjun. Renjun yang mendengarkan setiap kata-kata Nakyung hanya bisa menundukkan kepalanya dan mengusap dahinya pelan. Ia memandang keluar jendela sambil berusaha mengumpulkan segala kata maaf yang ingin ia sampaikan.

"Maaf karena gua gak percaya sama lo, gak dengerin lo, dan karena gua mengecewakan lo lagi. Gua cuman gak mau lo terlibat masalah sama siapapun. Gua pengen lo tetep aman dan baik-baik aja. Gua juga kaget sama nada suara gua yang meninggi tadi."
"Lupakan aja. Gua gak pengen mengingat kejadian tadi" permintaan maaf tangan Renjun ucapkan dengan tulus entah bagaimana cukup berhasil memadamkan emosi Nakyung yang sebelumnya menguasai dirinya.

"Nakyung, sepertinya ini saat yang tepat buat gua mengatakan sesuatu"
"Apa?"

"I think.....i've fallen for you"
Nakyung merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya tepat setelah Renjun mengucapkan kalimat itu. Tiba-tiba saja rasa bahagia seakan menyelimuti Nakyung dan menghapuskan emosi yang sempat menghinggapinya. Jantungnya seperti menari dengan lembut dan semuanya terasa begitu indah dalam sekelas mata. Ia berharap bahwa ini bukanlah sebuah mimpi. Ia ingin terus menikmati perasaannya yang melayang tinggi di udara.

"L-lo gak bercanda kan? Maksud gua, gua bakalan marah banget kalau gua tau ini cuman lelucon lo doang"
"Sayangnya tidak. Gua gak pernah seserius ini sebelumnya." Nakyung menatap mata Renjun dan mencoba untuk menemukan kebohongan disana. Nihil, ia tahu bahwa Renjun mengatakan hal yang sebenarnya. Tiba-tiba saja Nakyung teringat dengan apa yang dikatakan kakek Renjun tadi sore. Tanpa disadari, gadis itu tersenyum membuat Renjun mengerutkan dahinya.

"Jadi, itu aja tanggapan lo? Gua udah mati-matian menahan perasaan ini dan lo cuman senyum?"
PLAK
"Aww, kenapa lo jadi pukul gua gini sih?" Protes Renjun setelah mendapatkan pukulan dari Nakyung tepat di lengannya.
"Karena lo pantas buat dapetin itu" kata Nakyung pelan.
"Gua bisa terima lo muntahin gua waktu mabuk, gua bisa terima dipukulin waktu lo lagi dapet. Tapi kali ini, gua gak paham. Gua baru aja menyatakan perasaan dan seharusnya lo bisa peluk gua atau lakukan hal-hal romantis lainnya!"

Renjun mengangkat tangannya untuk mengantisipasi apabila Nakyung hendak memukulnya lagi untuk kedua kali. Namun, gadis itu malah tersenyum dan menundukkan wajahnya setelah melewati banyak hal hari ini.
"Karena gua pikir ini gak nyata"
Renjun tidak bisa menahan senyumnya ketika ia mendengar kata-kata gadis itu. Ia segera menarik tangan Nakyung yang sempat menutupi wajahnya dan membiarkan cahaya dari luar menyinari gadis tersebut.

"Tentu saja ini nyata,"
"Lalu, kenapa baru mengatakannya sekarang? Rasanya gua mau mati saat menyimpan perasaan ini sendiri. Lo nyebelin banget as-" Nakyung tidak dapat melanjutkan kata-katanya ketika ia merasakan tubuhnya ditarik ke dalam pelukan Renjun. Laki-laki yang duduk tepat disebelahnya itu kini melingkarkan lengannya pada tubuh Nakyung dan mengusap kepala gadis itu lembut.

"L-lo ngapain sih?" Nakyung sangat terkejut dengan apa yang baru Renjun lakukan. Ia bahkan tidak dapat menjelaskan perasaan yang tengah memenuhi hatinya saat ini. Rasa itu terasa begitu asing, namun juga menyenangkan di waktu bersamaan.

"Tentu saja merayakan hal ini. Nakyung, gua tau, gua belum bisa minta lo buat jadi kekasih gua tapi setidaknya gua pengen lo tau bahwa ini nyata dan gua bersungguh-sungguh."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Renjun tidak menunggu Nakyung mengatakan sesuatu lagi. Laki-laki itu segera mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu dan mengecup bibirnya perlahan. Ini adalah ciuman pertama Nakyung. Ia tidak menyangka bahwa bibir seseorang bisa terasa semanis dan selembut ini. Tubuhnya melemah di dalam pelukan Renjun. Ia bersumpah bahwa ini adalah malam terindah yang pernah ia alami.

🦊

hihi udah ya, selamat beristirahat lov
akhiri malam kalian dengan keimutan gumpalan putih kecil mungil ini


BAD/CALM BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang