Hingar bingar suasana kelab sama sekali bukan favorit Windry. Ditambah dengan bau rokok, keringat manusia, dan berbagai jenis minuman beralkohol yang menyengat, semakin membuat Windry mual ingin segera menenggelamkan dirinya di bawah selimut tebal nan hangat miliknya yang beraroma parfum bayi. Sungguh kontras dengan keadaan dia berada saat ini.
Sebenarnya agak berlebihan menyebut sebuah ballroom hotel yang disulap sedemikian rupa ini sebagai kelab, karena memang tempat ini bukan kelab yang menyajikan hiburan malam. Hanya ada sedikit persamaan: remang-remang, berisik, dan banyak orang yang sedang berjoget di lantai tengah yang dibiarkan kosong begitu saja. Setau Windry, tidak ada alkohol di sini. Keadaan ini lebih mirip sebuah prom anak SMA yang di-upgrade.
Ini bukan kali pertama Windry datang sendiri ke acara launching party produk klien kantor mereka. Hanya saja, dia lebih suka kalau ditemani Mora atau siapapun dari divisi marketing, tidak beraksi seperti anak ayam kehilangan induknya begini. Apalagi klien mereka ini adalah klien baru, tentu saja Windry harus menjaga imej dirinya sebaik mungkin sebagai representatif kantornya.
Banyak yang mengira Windry—dengan statusnya sebagai seorang Social Media Manager—adalah seorang ekstrover yang mudah membaur dengan siapapun, di manapun, dan kapanpun. Mereka tidak tau saja kalau Windry memaksakan diri untuk bergaya seluwes mungkin ketika berinteraksi dengan orang lain—terutama klien—karena tuntutan pekerjaan. She has bills she has to pay, for God's sake.
"Win! Glad you make it!" seorang laki-laki menepuk pundak Windry dari belakang. Gadis itu menoleh cepat, kemudian tersenyum ramah.
"Thanks undangannya, Rob. Sori nih, gue sendirian. Mora nggak bisa dateng," Windry mengeraskan suaranya yang tertutup bingar musik EDM sambil menjabat tangan laki-laki itu yang segera disambung dengan tawa.
"Santai aja kali, Win. Formal amat pakai salaman segala. Ini acaranya senang-senang doang, kok," laki=laki bernama Robert itu menjawab dengan suara yang tak kalah keras. "Kok di pinggir aja?" Robert menunjuk lantai tengah yang terisi manusia, seolah bertanya mengapa Windry tidak ikut bergabung dengan keramaian. Windry menggelengkan kepala.
"Ya kan pengenalan produknya udah selesai?"
Robert menarik tangan Windry agak menjauh dari sumber keramaian, menunjukkan sebuah meja berisi berbagai finger food. "Makan-makan dulu lah, sini. Ada yang lebih berat kalau lo mau?"
"Nggak usah. Ini sebenernya gue mau pulang, tapi nggak enak sama bos lo, masa dateng setor muka doang?"
Robert tertawa renyah. Tangannya meraih sesendok dimsum dan dilahapnya sambil menggumam nikmat. "Enakan sup pangsit belakang kampus kita, tau nggak, Win?"
Windry tergelak. "Pak Asep, kan? Inget, lah! Dulu sampai antri belinya. Masih ada nggak, sih?"
"Nggak tau. Nggak pernah balik ke kampus lagi setelah lulus. Lewat depan bangunannya aja gue ngeri. Keinget kalau gue hampir kena DO."
Windry lagi-lagi tertawa. Dia jadi agak lega karena bertemu Robert. Belum sempat Windry mengucapkan kalimat jawabannya, seseorang menepuk pundak kawannya itu.
Windry mengerjapkan mata.
Panca Dewangga.
"Hey! Nggak langsung cabut, lo?" Robert menyapa Panca, sementara laki-laki jangkung berjaket denim dengan rambut yang ditata acak itu berdiri mendekat ke sebelah Robert. Dia memamerkan deretan giginya yang putih, dengan sebuah gigi gingsul yang manis menghias wajah tampannya.
"Nunggu dulu, lah. Masa setor muka doang?"
Robert terbahak, menoleh ke arah Windry. "Sounds familiar?"
Windry terkekeh menyetujui ucapan Robert.
"Apa kabar, Win?" suara Panca memecah momen di tengah mereka. Robert membelalakkan mata.
"You know her?" tanya Robert, kaget.
Panca tersenyum dan mengangguk. "Satu almamater SMA."
"Whoa, really? Sempit banget dunia ini, ya?" ujar Robert, takjub.
"Gue dari tadi mau nyapa lo. Tapi tadi masih sibuk," Panca melanjutkan sapaannya pada Windry yang tampak tak kalah takjubnya dengan Robert.
"Lo inget gue?" Windry mengerjapkan mata, menunjuk dirinya sendiri.
Sedari tadi Windry memang mengetahui ada seorang Panca Dewangga yang juga hadir di acara ini. Panca Dewangga yang digilai penduduk negeri ini. Panca Dewangga yang wajahnya berseliweran di layar kaca, sebagai aktor dan bintang iklan. Panca Dewangga yang wajahnya sering Windry lihat di billboard ruas jalan utama ibukota.
Panca Dewangga yang juga kebetulan menjadi brand ambassador produk kali ini. Panca Dewangga dengan star power yang memiliki—kalau Windry tidak salah ingat—19 juta followers di Instagram.
Ya, Panca Dewangga Sang Superstar ini juga teman sekolah Windry saat SMA.
Windry cukup tau diri. Dia tidak ingin mengaku-aku bahwa dia tau siapa Panca hanya karena mereka satu sekolah. Lagipula, bisa saja Panca tidak ingat siapa Windry, kan? Mereka hampir tidak pernah bertemu kecuali saat berpapasan di beberapa titik di SMA dulu.
Jadi bayangkan saja betapa kagetnya Windry bahwa ternyata Panca mengingatnya.
Panca tertawa kecil, kemudian mengangguk untuk menjawab pertanyaan Windry. Gadis itu balas tertawa canggung.
"Maaf ya, gue nggak nyapa. Kirain lo nggak inget," ujar Windry.
Ah.
Andai saja Windry tau.
Betapa Panca ingin berteriak senang saat melihat sosok Windry di pesta ini. Sebuah kebetulan yang sama sekali tidak diduga olehnya. Betapa Panca ingin melompat-lompat dan tertawa seperti orang gila saat dia akhirnya bisa mendengar suara Windry lagi.
Windry dengan tawanya saat ini, masih sama seperti Windry dalam ingatan Panca saat pertemuan pertama mereka di ruang OSIS kala itu.
Dengan tangan terulur menyerahkan sebuah balot 'hadiah' untuk Panca yang menjadi siswa akselerasi sekaligus memenangkan olimpiade astronomi internasional.
Win, mana mungkin aku melupakan kamu?
***
author note:
guess what i did the moment i read a collab about bambyeol? yes, writing this story T_T
teruuuus, excited juga karena lihat Sungchan sama Jeno di NCT Universe. T_T
Udah gak sabar liat Sungchan bebas berkeliaran di music show as performer, not as MC. hahaha T_T
(nangis mulu kayaknya)
Semoga bisa segera nulis dan menyelesaikan cerita ini. Selamat berkenalan dengan Mr Superstar dan Miss Galak (tapi cantique) ini. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay If It's With You
RomanceWindry tidak pernah beruntung dalam dunia percintaan. Latar belakangnya juga membuatnya mulai terbiasa dengan narasi bahwa dia akan selalu ditinggal. Sampai datang Anca, teman SMA-nya yang kini telah menjadi aktor ternama negeri ini.