6

5.1K 682 255
                                    

"Kita sukses besar." Viny menunjukan followers dan channel youtube rumah sakitnya bertambah drastis, begitupun dengan website mereka yang banyak dikunjungi akhir-akhir ini. "Semua rencana kita berjalan dengan lancar."

"Iya, lumayan, aku gak nyangka dokter dokter baru itu bisa handle semuanya," jawab Melody masih tidak percaya melihat bagaimana cara mereka menangani pasien sebanyak itu.

"Followers mereka naik, tapi Adel malah tutup akun instagramnya, kenapa ya kira-kira?" Viny menatap Beby karena di sini kemungkinan hanya Beby yang tau apa alasan Adel menutup akun instagram.

"Merasa privasinya keganggu apalagi di instagramnya banyak foto dia sama Ashel, dia takut orang berasumsi yang ngga-ngga dan itu akan berpengaruh pada citra RSnya." Beby sebenarnya hanya menebak, tetapi ia yakin itu alasan Adel karena sejak berita itu tersebar, Adel memblokir kontaknya sebagai tanda protes bahwa Adel tidak suka privasinya terganggu.

"Padahal dia bisa gunain kesempatan itu untuk buka endors ya? Kan lumayan bisa nambah pendapatan di-" Lidya menggantungkan kalimatnya ketika sadar orang yang ia bicarakan adalah adik dari Beby. "Pantes aja anying, mana butuh duit dari endorsan. Eh followers instagram gue naik gak ya?"

"Siapa yang sudi follow lo?" Kinal melemparkan biji jeruk pada Lidya langsung dari mulutnya.

"Goblok ih najis." Lidya kontan mengusap pipinya yang sedikit basah karena ludah Kinal. "Harus dibersihin pake tanah 7 kali ini."

"Berisik." Melody menatap tajam pada Kinal dan Lidya secara bergantian. "Kita di sini bukan buat bahas itu."

"Santai kali kak, orang kita gak lagi di rumah sakit, gak perlu terlalu formal, mau sambil mabok mau sekalian telanjang juga gapapa kan kita gak pake atribut rumah sakit." Kinal melemparkan kulit jeruk dengan sembarang hingga tidak sengaja mendarat tepat di kepala Viny. Kinal langsung menatap Viny dan menunjukan cengirannya. "Terbang sendiri dia kayanya."

Viny yang sudah sangat mengetahui bagaimana kelakuan Kinal memilih untuk tidak menjawabnya. "Kita hanya harus beresin kasus internal di rumah sakit kita, nanti kita kabarin Gracia biar dia bisa bikin antisipasi agar masalah yang sama tidak terjadi di sana.

"Kasus yang mana?" Veranda datang dari arah dapur membawa dua botol minuman, ia menyimpan botol itu di meja kemudian duduk di samping Kinal. Veranda kesal melihat kulit jeruk berserakan, ia memungut sedikit lalu menyumpalnya tepat di mulut Kinal. "Beresin atau makan," ucapnya sangat bengis.

"Hmmpt amphunmmpt." Kinal menarik napas panjang tepat ketika Veranda melepaskan sumpalan yang sangat pahit itu. Tanpa berani mengatakan apapun lagi, ia segera memunguti semua kulit jeruk itu.

Lidya tertawa puas melihat wajah konyol Kinal yang sekarang memerah hingga beberapa detik setelahnya, tawa Lidya bungkam saat Melody menginjak kakinya begitu keras, menyuruhnya untuk diam. Lidya mengembungkan satu pipinya sambil menunduk tidak berani mengeluarkan suara lagi.

"Oknum perawat yang mengambil banyak obat dan memasukkannya ke bill pasien rawat inap, bukan hanya dari mereka tapi dari oknum apoteker, banyak obat yang hilang. Aku baru dapat laporan tadi dari bagian keuangan." Viny memberikan surat laporan berupa komplain. "Keluarga pasien adalah seorang apoteker, dia mengetahui ada beberapa obat yang tidak digunakan tapi ada pada daftar tagihan. Jadi gimana, kak Melody?"

"Kamu nuduh aku?" Melody menaikkan sebelah alisnya. Pertanyaan itu mengundang tatapan semua orang yang ada di sini.

"Aku bukan menuduh, hanya menanyakan, kamu Kepala Perawat di sini." Viny menggeleng bingung kenapa Melody merasa tertuduh padahal sudah jelas dari nada suaranya tidak menunjukan bahwa ia sedang mencurigai sesuatu.

"Aku akan mencari tau tentang itu. Bukannya perawat mengambil obat itu sesuai dengan resep Dokter?"

"Iya tapi Dokter hanya memberikan resep, perawat yang mengambilnya ke gudang farmasi dan memasukannya ke bill." Viny menghela napas, kenapa bisa-bisanya Melody tidak tau akan hal ini?

INTRICATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang