4. Pacaran

132 24 6
                                    

Florence duduk di kursi miliknya dengan gelisah. Kedua kakinya mengetuk-ngetuk lantai secara bergantian, keningnya mulai di penuhi dengan peluh. Florence menyembunyikan wajahnya di bawah lipatan tangannya dengan tangan yang satunya memegangi perut. 

Aera selaku teman sebangkunya tentu merasa terganggu. "Lo kenapa sih? Gak bisa diem banget," Tanyanya. 

Gadis yang di tanya mendongakan kepalanya. Seketika raut wajah Aera berubah menjadi panik. Bagaimana tidak panik, saat ini wajah Florence sudah sangat pucat dengan wajah yang di banjiri keringat dan tangan terasa sangat dingin. 

"Flo? Lo pucet banget, ke UKS ya. Bu! Florence sakit," Teriaknya membuat seisi kelas melihat ke arah Florence. 

Bu guru yang mendengar itu langsung menghampiri Florence untuk melihat keadaan anak muridnya. Beliaupun sama terkejutnya dengan Aera, dengan cepat ia meminta ketua kelas untuk mengantar Florence ke UKS. Aera juga ikut dengan alasan ingin menemani Florence. 

Sesampainya di UKS Florence langsung dibaringkan di salah satu kasur yang kosong. Aera meminta tolong kepada petugas UKS untuk membuatkan teh hangat untuk Florence. 

"Gue balik ke kelas ya, Ra. Cepet sembuh Flo" Ucap ketua kelas yang di balas anggukan oleh Aera. 

"Thanks ya Ka." 

Kemudian gadis berambut sebahu itu mendekati sahabatnya, "Lo pasti belum makan ya Flo?" Tebaknya dan tepat sasaran. Florence menganggukkan kepalanya.

Aera menghela nafasnya, ia sudah hafal jika Florence seperti ini pasti karena gadis itu tidak makan dengan teratur. Aera berjalan ke tempat obat-obatan disimpan, ia mengambil obat maag yang tersedia di situ. Ia memberikan obat tersebut kepada Florence dan juga teh hangat yang dibuatkan oleh petugas UKS. 

"Minum dulu obatnya, abis itu makan. Gue beli makanan dulu," 

Florence mencoba tertidur sambil menunggu Aera. Siapa tau ketika ia bangun nanti rasa sakitnya sudah menghilang. Ntah karena memang Florence yang pelor atau karena mengantuk, tak butuh waktu 10 menit gadis itu sudah berada dalam mimpinya.

-

20 menit kemudian ia terbangun, dan menemukan kantong plastik yang sudah di pastikan adalah makanan yang dibelikan Aera untuknya. Karena terdapat notes yang bertuliskan "Buat Florence" namun dimana Aera? 

Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk dan mengambil kantong plastik yang berada di nakas samping brankar. Ia mulai memakan bubur yang mulai terasa dingin itu, meskipun sebenarnya ia tidak begitu menyukai bubur, namun ia tetap memakannya. Menghargai pemberian dari sahabatnya dan juga tidak ingin membuatnya semakin khawatir. 

Florence memakan bubur tersebut hingga habis tak tersisa. Selesai makan Florence membereskannya dan membuangnya ke tempat sampah sekalian ia mengambil minum untuknya. 

"Udah diabisin buburnya?"

Mendengar ada suara Florence menolehkan kepalanya kearah sumber suara tadi. Di lihatnya Hugo yang sedang duduk diatas brankar. Merasa tidak yakin dengan siapa Hugo berbicara, Florence mengedarkan pandangannya. 

"Gue ngomong sama lo Florence,"

"Eh? Eh iya udah kak. Lo yang beli?" Tanya Florence sambil meneguk air yang ia ambil tadi. 

"Bukan, Aera yang beli, dia juga yang anter kesini. Baru aja anaknya pergi di panggil Pak Toro," 

Florence mengangguk. Semenjak Hugo memintanya untuk berbicara santai kepadanya rasa canggung Florence kepada Hugo sedikit menghilang. Hanya sedikit.

"Gak pulang aja? Muka lo masih pucet gitu," Sebenarnya Florence juga ingin pulang saja, karena rasa sakit di perutnya tidak kunjung menghilang. Namun ntahlah rasanya Florence juga tidak ingin pulang. 

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang