6. Saturday Night

93 21 7
                                    

Sudah 30 menit Florence mengitari rak-rak buku fiksi ini. Tujuannya adalah membeli satu novel untuk ia baca, karena novel-novel yang ia punya sudah habis semua dibaca. Namun sepertinya ada banyak sekali novel yang menarik perhatiaannya, sehingga membuat gadis itu bungung harus memilih yang mana. 

"Masih lama Flo?" Tanya Hugo yang sedari tadi dengan sabar mengikutinya kesana kemari. 

"Astaga, gue lupa kalo kesini sama lo maaf ya kak kalo lama," Jawabnya merasa tidak enak.

"Santai aja Flo," Hugo sudah biasa menemani Helen berjam-jam mencari novel jika baru 30 menit seperti ini tidak ada apa-apanya bagi Hugo.

Karena merasa tidak enak dengan Hugo, Florence mengambil dua novel yang ia rasa cukup menarik. "Udah nih kak,"

"Yakin? Gapapa Flo cari-cari aja dulu, gue tungguin kok," Florence mengangguk mantap. Jika semakin lama disini, semakin bingung nanti. Bisa-bisa ia malah membeli semua novel yang menurutnya menarik. 

"Bener kak, yuk" Florence berjalan terlebih dahulu kearah kasir untuk membayar buku yang ia beli. Setelah itu keduanya berjalan beriringan menuju tempat makan yang Florence inginkan. 

Beruntungnya masih ada tempat kosong. Mungkin karena hari ini weekend jadi hampir semua resto penuh.

Keduanya duduk memilih tempat duduk di pojok ruangan, tidak ada alasan spesifik. Karena hanya di pojok dan dekat pintu masuk saja tempat yang kosong.

"Lo gapapa kak makan ramen?" Tanya Flo yang dibalas raut wajah bingung pemuda di depannya.

"Ya gapapa, kenapa emang?"

"Gapapa sih.. takutnya lo ada makanan lain yang mau lo makan, gue ngikut aja,"

"Santai, semua gue makan kok. Lo juga bisa gue makan," Guraunya yang langsung mendapat pukulan dari Florence.

"Ngaco, udah cepet pesen,"

Hugo menaikkan satu tangannya keudara, berniat untung memesan makanan. Tak lama kemudian seorang writer datang dengan sebuah notes di tangannya.

"Spicy chicken miso ramennya satu, lo pesen apa Flo?"

"Samain aja kak"

"Berarti jadi dua ya mba,"

Writer tersebut mengangguk sambil mecatat pesanan yang disebutkan oleh Hugo tadi.

"Di tunggu sebentar ya mas, mba" Ucap writer tersebut dengan senyuman ramahnya.

Florence membalas senyumannya sambil menganggukan kepala.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Hugo.

Gadis di hadapannya terlihat berpikir sembari mengetuk-ngetukan jarinya di dagu.

"Gue gak ada rencana apa apa sih kak. Lo mau kemana? Atau pulang aja?"

"Masa pulang? Malu sama matahari masih keliatan,"

"Kalo gitu gue ngikut lo aja deh,"

"Time zone atau pasar malem?"

Menderngar kalimat pasar malem, kedua sudut bibir Florence tertarik keatas. Mengukir sebuah senyuman yang manis "Pasar malem!" Jawabnya dengan senang.

Gila, manis banget! Batin Hugo berteriak

"Mau?"

"Mauu, udah lama gak kepasar malem,"

"Mau jadi cewek gue aja gak?"

Sama seperti tadi, Florence memukul Hugo. Namun seperti kehilangan akal, pria itu malah tertawa. Padahal pukulanan Florence cukup berasa sakit.

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang