Sabtu pagi yang cerah, namun gadis bersurai gelap itu masih asik berada dalam mimpinya. Bisingnya alarm tidak menganggunya sama sekali. Sampai suara gedoran pintu yang keras memaksa kedua matanya untuk terbuka.
Brak! Brak!
"Woi, lo pingsan ya?! Matiin alarm lo Florence, gue baru mau tidur!" Teriak seorang pria dari luar kamar Florence.
Ia adalah Mahen, kakak laki-laki Florence. Usia dua tahun lebih tua dari Florence. Gadis di dalam kamar itu berdecak kesal.
"Iya iya" Sahutnya dengan mata setengah terpejam ia mengambil ponselnya dan mematikan alarm. Kemudian gadis itu mencoba untuk tidur kembali, namun sepertinya rasa ngantuknya telah menguap begitu saja.
Akhirnya ia memilih untuk turun kebawah, karena perutnya juga sudah mulai berbunyi. Sepertinya para cacing-cacing di perutnya berdemo meminta makanan. Florence membuka kedua matanya dengan sempurna ketika harum wangi masakan tercium.
"Morning Mamiku," Sapanya sambil mencium pipi Renata sang Mami, ini adalah kebiasaan yang gadis itu sudah lakukan sejak berusia 2 tahun.
"Morning anak gadisnya Mami"
"Mami adek laper, Mami masak apa?"
"Mami bikin omellete aja buat sarapan, gapapa kan dek?"
Florence mengangguk dengan cepat, "Gapapa banget Mi, apapun yang Mami masak pasti adek makan," Ucapnya diiringi dengan senyuman manis di wajahnya.
Renata ikut tersenyum melihat putri bungsunya yang selalu menerima apapun yang ia buat. Wanita paruh baya itu menyajikan hidangan yang ia buat diatas meja makan. Florence menatap hidangan itu dengan mata yang berbinar.
"Mau aku bangunin abang Mahen, Mi?"
"Gak usah sayang, abang mu itu baru tidur jam 5 subuh tadi Mami liat. Kamu makan aja gih duluan , Mami mau nyiram tanaman dulu ya,"
Florence mengangguk, dengan segera ia menyantap sarapannya. Sesuai dugaannya, masakan Mami gak pernah gagal. Jika kalian bertanya, dimana sang Papi? Beliau sedang ada dinas di luar kota dan baru akan pulang 2 hari lagi.
Selesai menghabiskan sarapannya Florence, mencuci piring yang ia gunakan tadi sebelum kembali ke kamarnya. Gadis itu berniat untuk mandi, namun sebelum itu ia menyempatkan untuk melihat ponselnya, mungkin saja ada yang penting.
Ternyata tidak ada yang menarik, hanya notif dari akun belanja online saja. Saat ingin melock ponselnya, gerakan tangannya terhenti kala melihat salah satu notif yang menarik perhatiannya.
hugosh started following you.
Refleks tangan gadis itu menekan username yang memfollownya. Jarinya dengan lihai berselancar diatas benda pipih itu. Tidak seperti dugaanya, ia pikir Hugo adalah orang yang narsis. Namun ternyata hanya ada beberapa saja fotonya sendiri di feeds instagram. Sisanya adalah foto bersama dengan teman-temannya.
Tring!
Hugo Shankara : Follback dulu bisa kali, baru stalk
Florence refleks membulatkan kedua bola matanya, bagaimana laki-laki itu bisa mengetahuinya? Apakah Hugo seorang cenayang?
Florence Helcia : Dih geer banget, siapa yg stalk. Udah ya kak
Hugo Shankara : Hahaha, bercanda Flo
Hugo Shankara : Rencana hari ini ngapain Flo?
Florence Helcia : Hmm.. niatnya sih mau ke grammed terus makan ramen
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate
FanfictionHugo once said that falling in love with Florence is as sweet as chocolate. "Kalau lo kak, sukanya apa?" "Gue? Sukanya lo." [on going]