14. Bukan Siapa Siapa

61 13 0
                                    

Suara rintik hujan menjadi teman makan seblak Hugo dan Florence. Ralat hanya Florence saja yang makan. Tepat ketika Hugo sampai dirumah Florence, hujan turun dengan deras membasahi jalan.

"Mau?" Tawar Florence kepada Hugo yang sedari tadi hanya memandanginya memakan makanan pedas itu.

"Nggak dah lo aja abisin. Jauh tuh belinya,"

"Oke itu tawaran pertama dan terakhir loh kak, jangan nyesel," Hugo hanya menganggukan kepalanya sambil terkekeh.

"Lo beneran nungguin gue dari tadi kak?"

"Iyaa, sebenernya gue mau kesininya maleman tapi tadi Aera laporan katanya lo lagi bete sama gue, bener apa bener?" Tanya Hugo yang langsung dibalas anggukan Florence.

"Bete kenapa tuh? Ceritain dong," Hugo merubah posisi duduknya menjadi menghadap Florence dengan kedua kaki bersila. Tampak seperti anak kecil yang siap mendengarkan dongeng dari ibunya.

Florence menaruh mangkok seblak yang hanya tersisa tulang itu diatas meja, "Iya gue bete banget sama lo. Pertama karena lo ingkar janji, bilangnya mau nemenin gue pas pengumuman tapi malah ngilang. Terus bisa-bisanya lo cuma baca chat gue doang??? Gue beneran super kesel sama lo." Jelas Florence meluapkan semua kekesalannya kepada Hugo.

"Udah atau masih ada yang lain?"

"Udah."

"Gantian ya sekarang gue jelasin. Maaf banget gue ingkar janji karena tiba-tiba ngilang gitu aja. Abis dari toilet kemarin rumah sakit nelfon gue, ngabarin kalo Janu kecelakaan. Karena Janu anak rantau gak punya siapa-siapa disini selain temen-temennya, gue langsung nyamperin dia di RS. Waktu itu gue panik banget sampe lupa buat ngabarin lo," Jelas Hugo sambil menatap gadis di depannya ini yang terlihat seperti merasa bersalah.

"Jam 2 pagi gue baru balik ke rumah, gantian sama Aidan jagain Janu. Sorry ya kalo gue cuma baca chat lo, kuota gue abis dan tiba-tiba wifi rumah juga lagi error. Tadi waktu nganter Aera kesini gue juga bilang ke dia kalo mau ke rumah lo maleman dan maaf gak bales chat lo karena ga ada kuota. Aera gak bilang itu ke lo?"

"Nggak, Aera cuma bilang lo nitip salam gitu,"

"Ck, bener bener tuh bocah."

"Terus Kak Janu gimana Kak?"

"Gak parah banget kok, sekarang udah ada nyokapnya yang jagain,"

"Syukur deh kalo gitu,"

Setelah penjelasan yang diberikan oleh Hugo, Florence mengajak anak laki-laki itu untuk menonton drama korea yang sedang diikuti gadis itu akhir-akhir ini.

Sepanjang series itu ditayangkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Hugo.

"Kim Sabu itu jahat atau baik?"

"Gitu ya isi dalem manusia?"

"Yaelah berantem mulu. Pacaran aja kata gue mah."

Tentu saja tidak semuanya Florence tanggapi. Gadis itu terlalu fokus menonton, membiarkan laki-laki disampingnya itu terus mengoceh sendirian.

Hugo meraih tangan gadis itu dan memainkan jari-jari Florence. Hugo merasa sedikit cemburu karena atensinya teralihkan oleh televisi di depannya. Bahkan ketika Hugo mulai iseng menggigit kecil jari Florence, gadis itu hanya diam tidak merespon atau memukulnya seperti biasanya. 

"Flo"

"Florence,"

"Sayang"

Wah lihatlah, bahkan panggilan sayang pun tidak membuat Hugo mendapatkan perhatian gadis itu. Hugo merengut kesal. Tau gini dia tolak aja ajakan Florence buat nonton, mending main monopoli.

Saat layar televisi menunjukan nama-nama sponsor acara yang menandakan acara telah selesai atau bersambung barulah Florence mengalihkan pandangannya kepada laki-laki di sebelahnya.

Florence mengerutkan keningnya ketika melihat Hugo yang sedang mengerucutkan bibirnya sambil bermain ponsel, "Ini kenapa manyun-manyun gini kaya bebek?"

Hugo hanya melirik sekilas kearah Florence dan kembali fokus dengan ponselnya. Florence tersenyum kecil melihat Hugo yang sedang mode ngambek.

Gadis itu menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Hugo, ia menangkup wajah Hugo dan memainkan pipi Hugo yang sedikit berisi.

"Lagi ngambek ya? Manyun-manyun gitu mau di cium?"

Oh tidak, sepertinya Florence salah bertanya karena sepersekian detik kemudian Hugo semakin mendekatkan wajahnya kepada Florence.

"Gue tonjok lu ya?!" Ancam Florence seraya mengepalkan tangannya di udara.

"Cemen, tadi nawarin. Ya aku mah mau lah,"

"Geseran dikit dong kak, itu space di samping lu masih banyak juga" 

Bukannya menjauh Hugo malah bergelendot manja di lengan Florence, "Gamau. Kamu gak kangen aku kali Flo?" Tanya Hugo, mendongakan kepalanya untuk bisa melihat wajah Florence.

"Biasa aja, kemaren kan baru ketemu."

"Yaelah gak romantis amat sih. Jawab gimmick dikit kek biar aku seneng," Protesnya.

"Hahaha, kan harus jujur?"

"Pacaran yuk Flo, biar aku bisa bilang kangen kamu setiap hari."

"Emang kalo gak pacaran ga bisa?"

"Ya aneh aja. Bukan siapa-siapa tapi kangen,"

"Yaudah kangennya ditahan dulu kalo gitu."

Tidak ada protes apapun lagi yang dilontarkan oleh Hugo. Dia serius mengajak Florence untuk berpacaran namun jika gadis itu belum siap Hugo mengerti. Itu artinya dia harus berusaha lebih lagi untuk mendapatkan Florence. 

To be continued... 

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang