You Were Live in Me

6K 764 18
                                    

"Mas Gandhi, pesawat sudah mendarat di Yogyakarta" 

Gandhi terbangun saat Pak Alex menepuk pundaknya

 
"Oke, makasi Pak Alex" ucap Gandhi sambil melihat jam tangannya, pukul 9 pagi

"Kita langsung ke rumah sakit mas, Pak Gama sudah mengatur untuk penjemputan"

"Oke…" Gandhi hanya mengiyakan saja lah, ia mengusap wajahnya berkali-kali. Matanya masih sangat mengantuk… 

Gandhi mengatakan pada papanya akan segera datang tadi malam, nyatanya ia belum bisa menyelesaikan semua pekerjaanya yang tertinggal dan baru bisa sampai pagi ini. Semoga aja keadaan eyangnya baik-baik saja. 

"By the way, eyang operasinya kapan ya?" 

setelah dipikir-pikir apa secepat ini operasinya? Sampai Gandhi harus segera ke rumah sakit. Jangan-jangan eyangnya maunya menunggu Gandhi sebelum dioperasi, begitu? 

"Kurang tau mas, Pak Gama tidak menginformasikan lebih lanjut" 

Gandhi tidak menjawab lagi, ia segera mengikuti Pak Alex keluar pesawat dan masuk ke dalam bandara

Sudah lama sekali sejak terakhir ia ke Jogja. Biasanya jika harus pulang, Gandhi hanya mentok sampai Jakarta. Beberapa kali eyangnya lah yang biasanya ke Jakarta jika ingin bertemu Gandhi

Sekarang eyangnya dikabarkan masuk rumah sakit dan harus dioperasi, tapi Gandhi sendiri tidak tahu operasi apa, kata papanya nanti saja dijelaskan kalau Gandhi sudah sampai Jogja. Ribet kalau dijelaskan melalui telepon. 

Gandhi tau itu hanya alibi papanya agar ia segera pulang ke Jogja, tidak menunda satu atau dua hari lagi

Gandhi terbang dari New York, transit di Jakarta kemudian naik pesawat lagi untuk ke Jogja. Di New York dua minggu ini ia fokus di Telenesia cabang, setelah sebelumnya fokus mengerjakan studionya di Singapore kemarin.

Fisiknya lelah, Gandhi sebenarnya sok saja pede untuk bolak-balik New York-Singapore. Sebelumnya ia belum pernah terlalu sering perjalanan antar benua seperti ini. Tapi mungkin karena lamanya perjalanan dan kondisi iklim yang jauh berbeda. Gandhi beberapa kali terserang flu hingga demam. Sepertinya, dia akan berusaha untuk mengurangi bolak-balik terlalu sering seperti ini, mau gak mau ia harus memilih untuk tinggal dimana, New York atau Singapore. Percuma ia selalu mengusahakan ada di semua tempat, jika kondisinya selalu kurang optimal untuk bekerja. 

Prioritas pekerjaannya saat ini sama pentingnya. Jadi sebenarnya Gandhi bingung juga harus memilih yang mana

"mohon maaf Mas Gandhi, apa boleh saya membahas mengenai pekerjaan sekarang? Saya baru membaca email dari Pak Bagus yang diteruskan untuk Mas Gandhi, Pak Gama dan Pak Raka hari ini" 

"Boleh, gimana Pak Alex?" Gandhi berbicara sambil memainkan handphone-nya juga setelah menonaktifkan mode terbang. Banyak pesan yang masuk dan dia harus segera menjawabnya

"Pak Bagus akan mengadakan pertemuan keluarga untuk membahas posisi pewaris di semua lini bisnis keluarga. Sepertinya ini pertemuan yang sangat krusial Mas. Terakhir kali Pak Bagus mengadakan pertemuan seperti ini, saat Pak Gama baru masuk ke perusahaan setelah bekerja di Amerika dulu"

"Ini kalau saya pikir berdasarkan pengalaman sebelumnya, sepertinya Mas Gandhi sudah waktunya untuk masuk ke petinggi inti perusahaan mas" 

Gandhi mengalihkan pandangannya ke arah Pak Alex setelah mendengar ucapannya

"Kapan pertemuannya pak?" 

"Besok malam mas, di rumah inti keluarga Pramoedya yang di Jogja" 

"Sepertinya Pak Bagus sudah tahu Mas Gandhi pulang, dan mengatur waktu ini"

Langkah Seiring (END+EXTRA PART)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang