Ribbon

5.8K 751 22
                                    

"Eyang gimana kondisinya?" 

Gandhi beranjak mendekati eyangnya yang duduk di kursi roda, setelah memeluk mamanya yang nampak terharu melihat Gandhi di depan matanya. Lebih tepatnya setelah sekian tahun Gandhi tidak pernah menginjakan kaki di Jogja

"Baik, eyang baik. Kamu yang bagaimana kabarnya Gandhi? Bagaimana kondisi kamu?" 

"Tumben kamu mau pulang nak, apa yang terjadi? Eyang sampai kaget tadi kamu datang" 

Mendengar pertanyaan eyangnya, Gandhi mengalihkan tatapnya pada papanya yang berdiri di belakang eyangnya. 

Ini ulah papanya… bahkan eyangnya sendiri tidak tahu ia akan datang, tidak ada tanda-tanda eyangnya akan dioperasi atau mengeluhkan apapun. Apalagi katanya menunggu kedatangan Gandhi karena sakit

"Aku yang minta dia pulang pa, dia tinggal di Singapore sekarang. Tapi masih gak mau nyempetin pulang"

"Aku bohong ngabarin papa harus dioperasi, biar dia mau pulang sebentar. Maaf aku bohong pakai nama papa" 

Gandhi menatap malas papanya yang baru berkata jujur sekarang

"Hahaha, waduh…" 

"Kalian berdua ini masih seperti anak kecil ya. Gak masalah Gama, papa gak masalah Gandhi gak pulang. Kan pekerjaannya banyak" 

"Eyang hanya demam tinggi Gandhi, kemarin minum obat sembarangan karena sakit kepala. Ndak perlu khawatir…" 

"Tapi gimana lagi… kamu sudah terlanjur pulang. Yaa istirahat lah sebentar di rumah."

" Opa mu kan juga di Jogja, tadi sore juga menjenguk kesini"

"Eyang juga bosan di rumah sakit, tapi mamamu bandel. Maunya sampe eyang benar-benar sembuh" 

Gandhi beralih ke belakang eyangnya membantunya yang berusaha bangun untuk kembali ke tempat tidur

"ya gimana, papa kalau sakit kepala seperti kemarin gak mau hubungi Luna. Itu sakit kepala karena tekanan darah papa naik loo, bukan masalah sepele"

Luna ikut masuk ke dalam pembicaraan, ia cukup trauma dengan apa yang terjadi dengan mama mertuanya. Tekanan darah yang selalu tinggi, stres tidak stabil bisa sampai meyebabkan stroke. Ia hanya ingin hal seperti itu tidak terjadi lagi. 

"Iya iya…" 

Gandhi sedikit tertawa mendengar mamanya yang lebih jago ngomel sekarang… 

"Eyang mau main catur sama aku? Aku bawa loo dari rumah, catur yang dulu" 

Gandhi menawarkan sesuatu yang sudah pasti eyangnya rindukan. 

"Hahahaha… boleh!! Gama Luna kalian pulang saja, biar cucuku disini nungguin aku" 

Walaupun eyangnya nampak legowo dengan Gandhi yang jarang berada didekatnya. Tidak bisa dibohongi, pasti eyangnya sangat kesepian hidup sendirian terutama setelah kepindahan mama dan dirinya saat SMA dulu

Gandhi baru menyadari sekarang, setelah melihat raut wajah eyangnya yang tidak bisa bohong, sangat bahagia saat Gandhi datang tadi

Sedangkan Gama tersenyum mengejek ke arah anaknya itu. Walaupun dia biang kebohongan, nyatanya semua orang senang saat Gandhi pulang kan… 

… 

"Gimana kerjaan kamu? Terlalu berat kah?" 

Gandhi terdiam sejenak setelah eyangnya menanyakan itu sambil menggerakan pion di papan catur

Langkah Seiring (END+EXTRA PART)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang