Usai

6.5K 850 63
                                    

A little flashback (the last moment when Gandhi saw)

Rania berlari dengan semangat dari pintu lobi. Dari kejauhan ia sudah melihat Bagus di depan gerbang rumah sakit.

Senyumnya semakin lebar melihat Bagus melambaikan tangan ke arahnya. Rania mempercepat langkahnya

Brrugg!!

"Kemana aja? Aku kangen..."

Rania menabrakan dirinya ke tubuh Bagus, melingkarkan tangannya ke pinggang kekasihnya itu dengan erat

Terakhir kali mereka bertemu memang tidak lebih dari dua mingguan lalu. Tapi bagi Rania sudah terlalu lama. Apalagi Bagus yang belakangan sulit sekali dihubungi

"Kamu kalo lagi ada masalah, cerita dong... jangan dibawa sendirian. Kemana aja hmm?"

Rania mendongakan kepalanya memperhatikan wajah Bagus dari dekat, terlihat sekali Bagus banyak pikiran. Kantong mata dan sorot matanya tidak bisa berbohong.

"Eem'm..." Bagus bergumam pelan sambil tersenyum kecil, seperti ada keraguan dalam dirinya

"Maaf aku jemput ga bilang-bilang, ada yang mau aku omongin..."

Rania tersenyum hangat,

"Gak papa kok. Kebetulan aku udah selesai juga. Gimana? mau ngomong apa?"

"Mau sambil jalan aja gak? Aku sumpek banget udah tiga hari di rumah sakit terus. Pengen cari udara yang sejuk-sejuk, kamu juga kayanya perlu rileks sebentar"

"Aku aja yang nyetir mau gak? Kamu istirahat dulu. Kayanya kamu juga kurang tidur ya?"

Rania tanpa henti bicara, dikepalanya, Bagus penuh dengan beban pikiran hanya karena pekerjaanya. Biasanya mereka akan berbagi cerita tentang kesulitan yang mereka alami, Rania menganggap Bagus mencarinya untuk berbagi beban pekerjaan seperti biasanya.

Tapi sebetulnya kali ini bukan itu... Sejak awal Bagus juga tau, memulai pembicaraan ini tidak akan mudah

"Jalan kaki aja... gak papa" ucap Bagus pelan

"Aaahh iyaaaa, ide bagus. Hihi"

Rania menarik tangan Bagus untuk berjalan di trotoar. Ia melingkarkan tangannya pada lengan Bagus dan bergelanyut manja

"Hari ini aku capeeeeek banget. Kalau aku nambah lembur lagi, kayanya otakku bakal meledak deh"

"Kamu masih inget kan aku harus balik ke Maluku Utara enam bulan lagi? Ternyata persiapan program vaksinnya ribet banget. Bukan cuma ngurus program disitu, ngurus administrasinya juga ribet bangeeet"

"Aku sampe mohon-mohon ke direktur biar beliau ngelobi bagian farmasi untuk kesediaan vaksinnya. Vaksin harus bawa banyak kan, pengeluarannya membludak disana. Bagian farmasi RS sempet nolak... ya masa aku harus cari sponsor untuk vaksin sih, mana cukup waktu tiga bulan kan ya... "

"Tau deh, kayanya aku bakal dimusuhin orang-orang RS gara-gara program ini. Tapi ya gimana... ini mepet banget, aku bentuk tim cuma seadanya. Itupun banyak yang nolak karena pada gak mau di Maluku lama-lama"

"Pokoknya ribeeeet banget, aku capek banget mikir jadinya"

Rania menyenderkan kepalanya di bahu bagus berjalan pelan sambil berbicara. Sesekali ia memainkan jari-jari tangan Bagus digenggamannya

"Kok kamu diem aja?"

Rania mendongakkan kepalanya, ia baru sadar sejak tadi Bagus hanya melihat ke depan. Tampak tidak fokus dengan ceritanya

"Hmm? Aku gak papa... gimana tadi?" Bagus bertanya ulang

"Hmm... kayanya beban kamu lebih besar dari aku ya... "

Langkah Seiring (END+EXTRA PART)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang