THIRTY

27.3K 973 18
                                    

HALLO GUYS!!
yuhuuu aku balik lagiii. maaf ya kalo updatenya lama, aku baru ada waktu buat nulis cerita ini huhu

jangan lupa vote dan comment yaa!
Happy Reading ❣️
-
-
-

Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya kelas mata kuliah yang diikuti Elle pun usai. Elle merapihkan buku dan tasnya, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Ga, Gue duluan ya. Sorry banget, Gue ga bareng sama lo. Gue ada urusan mendadak" Pamit Elle tak enak hati pada Gael.

Mendengar penuturan Elle, Gael yang tadi tengah merapihkan tasnya pun mendongak menatap Elle. Dahi lelaki itu mengerenyit. "Tapi, Lo kan ga bawa mobil. Lo pulang naik apa?" Tanya Gael.

"E-ehm, itu. Anu, Gue naik taksi. Iya, naik taksi," Jawab Elle yang beberapa waktu setelahnya baru di angguki Gael. "Oke. Kalo nanti udah sampe rumah, kabarin Gue. Ga terima alesan apapun," Titah Gael sebelum Elle menganggukan kepalanya tanda setuju, dan benar-benar pergi meninggalkan ruang kelas itu.

Gael tak sekalipun memalingkan tatapannya dari Elle, hingga tubuh ramping wanita cantik itu menghilang di telan pintu kelas yang tertutup. Lelaki itu menghela nafasnya sebentar, lalu menyenderkan tubuhnya di kursi yang ia duduki.

Tak ada orang lain di kelas, kecuali dirinya. Ia menatap ponsel yang layar kuncinya adalah foto ia bersama Elle saat mereka pergi ke taman bermain beberapa bulan lalu. Senyum kecil terbit di bibir tipis lelaki itu. "Gue mau egois buat tetep kejar Lo, El. Tapi itu bakal lebih enggak adil buat banyak orang–" lelaki itu menjeda sebentar monolognya sambil menarik panjang nafas dan menghelanya.

"–Tapi kalo dia nanti nyakitin, Lo. Gue bakal jadi orang pertama yang bakal rebut dan kasih kebahagiaan buat Lo, El. Gue janji," Lanjut monolognya sambil menekan layar kunci ponsel untuk mematikannya, lalu bangkit dan meninggalkan ruang kelas yang sepi itu.

- - -

Sementara di tempat lain, Elle kini sudah sampai di depan mobil yang ia ketahui siapa pemiliknya. Beberapa menit menunggu wanita itu merasakan ada yang menepuk ringan pundaknya, saat menoleh ia mendapati si pemilik mobil lah pelakunya.

"Kamu sudah lama disini?" Tanya si pemilik mobil sambil menekan tombol remot untuk membuka pintu mobil miliknya itu. Elle menggelengkan secara singkat kepalanya. "Belum, Sir," Jawab Elle. Yang di berikan jawaban hanya menganggukan singkat kepalanya lalu bergerak membukakan pintu penumpang untuk Elle.

"Cukup panggil Allard, kita tidak sedang sebagai dosen dan mahasiswi," Ujar Allard sebelum menutup pintu penumpang setelah Elle duduk, lalu pria itu memutari mobil dan masuk ke bagian pengemudi sebelum Elle buka suara.

Mobil yang di kendarai Allard itu perlahan meninggalkan parkiran kampus, dan menyatu dengan kendaraan lain di jalan besar. Tak lama berkendara, Allard melihat ada toko yang menjual mainan dan menjual kue saling bersisian. Pria itu menepikan mobilnya disana, membuat Elle sedikit kebingungan dan memperhatikan keadaan sekitar.

Sibuk memperhatikan sekitar, hingga tak sadar ia tengah di perhatikan oleh Allard yang sudah melepas seat belt dan sedang tersenyum kecil kearahnya. Kebingungan Elle buyar saat suara Allard memcah keheningan. "Kau akan terus terdiam disana sambil melihat sekitarmu?" Tanya Allard.

Elle menggelengkan kepalanya. "Kenapa kita berhenti di sini, Si–" pertanyaan Elle terpotong oleh ucapan Allard yang mengingatkan untuk memanggil dengan namanya tanpa ada embel-embel formalitas karena mereka tidak sedang di kampus.

"Saya ingin menemui anak Saya Ellena, dan ini pertama kalinya bagi Saya. Saya ingin memberinya hadiah yang bahkan tak bisa menebus dosa karena tak disampingnya sejak dia di perutmu, jadi Saya mohon jangan hentikan Saya untuk ini," Jawab sekaligus permintaan Allard atas pertanyaan Elle dan takut Elle melarangnya memberi Aillard hadiah.

"S-saya tidak melarang Anda membelikan hadiah untuk Aillard, Si– Allard," Jawab Elle yang di balas senyum kecil oleh Allard karena wanita itu sedikit canggung menyebut namanya.

"Great. Ayo turun dan pilih hadiah terbaik untuk putra kita," Ujar Allard dengan nada yang terdengar bersemangat, setelahnya dia turun dari mobil dan berjalan ke sisi mobil lainnya untuk membukakan Elle pintu meninggalkan Elle yang sejenak termenung mendengar kata Putra Kita yang begitu lancar keluar dari mulut Allard.

Hingga wanita itu tak sadar pintu di sampingnya sudah dibuka oleh Allard, dan pria itu sedikit mengerenyitkan dahinya kebingungan melihat Elle yang nampak termenung. Wanita itu baru sadar ketika merasakan tepukan ringan di pundaknya dan telinganya menangkap suara seseorang memanggil namanya.

Elle menoleh dan langsung mendapatkan pertanyaan dari Allard. "Whats wrong?" Ucap Allard yang di jawab gelengan kepala singkat dari Elle. "Nothing," Jawab Elle, lalu ia beranjak turun dari mobil dan berjalan bersisian dengan Allard memasukki toko mainan itu.

Beberapa waktu menjelajahi toko mainan itu, Elle benar-benar di buat tak habis pikir oleh Allard. Pria itu bahkan membeli hampir setengah dari jumlah mainan yang di jual di toko tersebut. Karena banyaknya mainan yang di beli pria itu, bahkan toko mainan tersebut harus menyewa truck sedang untuk mengirim mainan tersebut ke rumah Elle.

Selesai membayar mainan yang ia beli dan memberikan alamat rumah Elle, Allard dan Elle keluar dari toko tersebut dan berjalan menuju toko kue yang berada persis di sebelah toko mainan. Ia membeli beberapa slice kue dan roti, lalu kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menujur rumah Elle.

Saat mobil berhenti di lampu merah, Allard menoleh ke arah samping dan memperhatikan wajah Elle yang sedang menatap lurus kedepan dengan wajah yang Allard rasa kurang bersahabat? sepertinya.

Dan untuk memastikan itu, Allardpun memberanikan diri untuk bertanya. "Apa Kamu keberatan Saya membelikan mainan untuk Aillard?" Tanya Allard dengan nada yang terdengar hati-hati.

Pria itu cukup terkejut karena untuk pertama kalinya Elle menatap dengan tatapan sinis ke arahnya. "Yaa! Pikir Anda rumah Saya seluas aula kampus yang dapat menampung semua mainan-mainan pemberian dari Anda? Itu bahkan setengah dari semua barang yang di jual di toko tersebut, Astaga!" Jawab Elle dengan nada kesal yang terdengar frustasi di akhir ucapannya. Bahkan karena terlampau sebal, wanita itu tak segan untuk meremat kedua kepalan tangannya di depan wajah Allard yang membuat pria itu memundurkan sedikit tubuhnya.

Elle menghela kasar nafasnya, lalu bergerak menurunkan kepalan tangan yang sejak tadi menantang di udara. Sambil mencoba mengumpulkan semua kesabaran yang ia miliki, wanita itu kembali duduk menyandar pada kursi mobil dengan sedikit kasar sambil bersedekap dada.

Melihat itu, Allard meminjat dahinya dengan sebelah tangan sambil berdehem dan memperbaiki posisi duduknya secara perlahan. Bahkan pria itu juga mencoba melonggarkan dasi yang ia kenakan, karena rasanya sedikit mencekik melihat Elle dalam mode galaknya.

"Huft .... Kenapa wanita sangat menyeramkan saat kesal? Ya Tuhan, rasanya Aku seperti kembali ke masa kecil. Rasanya benar benar sama seperti saat aku membuat bocor kepala Felix dan Mami memarahiku karena terlampau kesal dengan kenakalanku itu. Semoga Aillard tidak meniru sikap nakalku atau itu akan sangat menyulitkan Ellena," Batin Allard tanpa di ketahui Elle yang tengah memejamkan matanya, Allard rasa wanita itu tengan menenangakn dirinya.

Tak sadar, Allard tersenyum kecil sambil menggelengkan kecil kepalanya. Ia kembali melajukan mobilnya, dan teringat dengan ekspresi yang ia dapatkan dari Elle hari ini, mulai dari bingung, sebal, dan malu. "Sangat menggemaskan" Batin Allard lagi lagi berbicara.

- - -

TBC

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang