TWENTY FOUR

31.5K 1.2K 12
                                    

Hallo everyone!
Apa kabar? Semoga kalian baik baik aja ya! Stay safe ❤️

-
-
-
Don't forget to vote and comment!
Happy reading ❣️

Allard dan Felix tengah bermain PlayStation di apartemen milik Allard seraya menunggu kedatangan David. Tadi mereka sempat menelepon David, ah lebih tepatnya Felix. Ia menelepon David dan mengatakan bahwa dirinya dan Allard berada di kota yang sama dengan tempat tinggal David dan keluarganya saat ini.

Berhubung David sudah kembali dari perjalanan bisnisnya, laki-laki itu pun mengiyakan ajakan Felix untuk berkumpul di apartemen milik Allard. Belum lama, David memberi kabar bahwa ia akan tiba satu jam lagi.

"Anj. Kok, Lo curang si Al!!" Maki Felix tak terima tertinggal skor cukup jauh.

"Mata Lo, curang. Lo aja yang gak bisa main," Selanjutnya Allard berdecih.

Tak terima melihat perbedaan skor yang cukup jauh, serta kelincahan Allard menggiring bola, Felix pun memukul belakang kepala Allard. "Kan, Lo curang. Bangsat. Males lah Gue," Felix merajuk dan meletakkan stik PlayStation yang tadi berada di tangannya.

"Sakit kepala Gue, sialan. Curang, curang, nenek Lo bunting. Lo aja yang enggak bisa main," Maki Allard lalu ikut meletakkan stik PlayStation miliknya.

Hening sesaat, hingga pertanyaan dari Felix memasuki indera pendengaran Allard. "Cewe, itu. Dia gimana, Al?" Tanya Felix.

Allard menghela nafas panjang, ia mengadahkan kepalanya dengan mata terpejam dan menggeleng kecil. "Belum ada kemajuan, Lix," Jawab Allard.

Felix menatap Allard. "Kenapa, Lo enggak coba buat cari informasi tentang dia dengan cara lain?" Tanya Felix.

"Maksud Lo, nyewa orang buat tau latarbelakang dia? Udah Lix. Dan kaya yang Gue bilang, semua akses untuk itu tertutup rapat. Gaada celah," Jawab Allard.

Felix menatap layar televisi milik Allard. "Kenapa Lo enggak ikutin dia aja, Al?" Tanya Felix.

Allard mengerenyitkan dahinya. "Nguntit dia, maksud Lo?" Allard memastikan.

Felix menganggukkan kepalanya. "Ya, iya. Lo ikutin dia, cari tau dimana rumahnya. Dengan gitu, Lo mungkin punya kesempatan buat tau tentang anak Lo," Jelas Felix.

Allard mengangguk setuju. "Oke, Gue bakal coba. Wish me luck," Ujar Allard.

Felix menepuk pundak Allard beberapa kali. "Gue, tau. Kelakuan Lo enggak bisa dibilang berakhlak, tapi tuhan juga  maha pemaaf. Semoga lancar Al," Tutur Felix yang membuat Allard sempat membeku.

"Makasih, Lix" Setelah mengucapkan itu, Allard langsung memeluk Felix ala laki laki.

Tak lama setelahnya, suara bel apartemen memasuki indera pendengaran keduanya. Felix berjalan menuju pintu, dan menemukan David tengah berdiri di depan pintu melalui lubang intip. Felix membuka pintu apartemen milik Allard, dan langsung memeluk David ala laki-laki.

"My, Bro. Anjrit, Gue kangen banget sama Lo!" Ujar Felix exited.

David membalas singkat pelukan Felix, lalu segera menjauhkan Felix dari tubuhnya. "Gue masih normal ya, bangsat. Ngeri juga Gue sama Lo, lama-lama," Ujar David sambil bergidik lalu melangkah memasuki apartemen Allard dan meninggalkan Felix yang tengah mengumpati dirinya di depan pintu.

Mendengar langkah kaki yang mendekat, Allard menolehkan kepalanya lalu menyodorkan kepalan tangannya pada David. "Oi, Dave," Sapa Allard. David membalas sapaan Allard seraya mengadukan kepalan tangannya dengan kepalan tangan milik Allard.

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang