THIRTY FIVE

25.3K 943 30
                                    

HMM MAAF BANGET HARUS SAMPEIN BERITA INI, TAPI INI ADALAH PART TERAKHIR DARI GENNAíOS SEMOGA KALIAN SUKA YA, MAAF KALAU ENGGAK SESUAI EKSPEKTASI KALIAN

Happy Reading ❣️

Pagi ini dengan senyum yang mengembang, Allard datang mengunjungi Aillard dengan membawa parsel buah dan sekotak makanan untuk Elle sarapan. Di belakang tubuh tegap Allard, ada sekitar lima pria berbadan kekar yang mengekor dengan masing-masing mereka membawa tiga kotak mainan besar untuk Aillard.

Allard mengetuk pintu ruang rawat milik Aillard sebelum memutuskan untuk membukanya, dapat ia lihat David sahabatnya tertidur di ranjang yang menjadi fasilitas ruang rawat vvip itu, dan Elle yang tertidur dengan posisi duduk di pinggir bankar Aillard.

Allard menggelengkan kepalanya, ia berjalan masuk untuk meletakan barang yang ia bawa terlebih dahulu di nakas samping bankar Aillard. Setelahnya ia meminta lima orang pria berbadan kekar yang sedari tadi mengikutinya untuk meletakan mainan baru Aillard di ruang kosong dekat ranjang tempat David tertidur, lalu meminta mereka untuk pergi.

Setelah menutup pintu ruang rawat milik Aillard, Allard berjalan mendekati bankar milik sang anak lagi. Ia mengelus penuh sayang surai kecokelatan milik Aillard yang persis seperti miliknya, elusan dari tangannya ternyata mampu mengusik tidur anak berusia satu tahun itu.

Kelopak mata Aillard mengedip beberapa kali sebelum akhirnya terbuka, mata bulat itu menatap Allard bingung beberapa saat hingga senyum kecil mengembang di wajah tampan anak itu. Aillard mengangkat tangannya ke arah Allard seperti meminta untuk di gendong.

"Daa ... iiiii ...." Ujar Aillard kurang jelas.

Mendengar itu, senyum milik Allard mengembang sempurna. Ah, anakku ini sangat pintar. baru kemarin aku mengajarkannya untuk memanggilku daddy, dan sekarang ia sudah dapat melakukannya batin Allard.

Allard akhirnya mengangkat tubuh mungil Aillard ke gendongannya, ia menimang dengan sayang anaknya itu. Beberapa kali Allard melabuhkan kecupan kecil di kening Aillard, semua itu tak luput dari pandangan seseorang yang sedati tadi sudah memperhatikan gerak gerik Allard dari tempat tidur yang ia tiduri.

"Gue yakin, Al. Lo bisa jadi ayah dan suami yang baik buat adik dan keponakan Gue. Tapi, Gue bersumpah. Sekali Lo bikin adik Gue nangis, itu akan jadi hari terakhir Lo liat Elle dan Aillard," Batin David yang masih setia memperhatikan interaksi Allard dan Aillard.

David mengalihkan atensinya ke tubuh mungil Elle yang tidur dengan posisi duduk di sisi bankar milik Aillard, ia memutuskan untuk bangkit dari tidurnya dan menghampiri Elle. Ia membangunkan Elle, dan meminta wanita itu untuk pindah tidur ke ranjang yang sebelumnya ia tempati.

Suara David yang tengah membangunkan Elle memasukki pendengaran Allard, matanya yang semula tengah menatap jendela ruang inap yang terbuka kini berubah menatap arah bankar dan mendapati Elle tengah merenggangkan tubuhnya sambil tersenyum kecil.

"Eunghhhh ...." Lenguh Elle saat seseorang mengusik tidurnya, wanita itu mengumpulkan nyawanya, hingga matanya membulat sempurna karna mendapati bankar di hadapannya kosong.

Matanya mengedar, dan berhenti pada objek tubuh tegap seorang pria dengan Aillard di gendongannya yang tengah berdiri di dekat jendela ruang rawat itu sambil menatap dirinya. Wanita itu menghela nafasnya lega, namun raut wajahnya masih kurang bersahabat.

Elle menoleh sekilah ke arah David. "Kak. Aku mau pulang dulu, ambil perlengkapannya Aillard buat beberapa hari kedepan ya," Ujar Elle lalu beranjak meninggalkan ruang rawat Aillard tanpa menoleh sedikitpun ke arah Allard.

Terpaku sejenak, setelahnya Allard langsung menyerahkan Aillard ke David dan bergegas mengejar Elle. Allard berlari mengejar Elle yang kebetulan masih menunggu kedatangan lift sampai di lantai ruang rawat inap Aillard berada.

"Biar Saya antar," Ujar Allard saat tiba di samping Elle.

Elle menoleh dan mendapati tubuh tegap Allard di sampingnya, Elle berdecak malas sambil merotasikan matanya. "Enggak perlu," Jawab Elle singkat, ia memilih memainkan ponselnya dan membalas beberapa pesan masuk dari mama dan papanya.

"Saya enggak terima bantahan," Balas Allard dengan nada yang sedikit memaksa.

"Whatever," Ujar Elle yang bertepatan dengan terbukanya pintu lift di hadapan mereka. Elle memasuki kotak besi itu terlebih dahulu, lalu disusul Allard.

Saat sampai di lantai dasar, Elle segera bergegas keluar dari lift diikuti Allard. Saat tangan Elle hendak membuka pintu taksi yang terparkir di depan rumah sakit, Allard dengan sigap mencegah pergerakan Elle dan membawa wanita itu menuju tempat mobilnya terparkir dengan sedikit paksaan.

Saat tiba di depan mobil miliknya, Allard segera membukakan pintu untuk Elle dan memaksa wanita itu masuk. Setelahnya Allard baru menyusul masuk dan menduduki kursi kemudi, Allard menoleh ke arah Elle sekilas sambil menyalakan mesin mobilnya.

"APA LIAT LIAT?!! SAKIT TAU, TANGAN SAYA. MAIN TARIK TARIK AJA!" Ujar Elle sewot yang mampu mengundang senyum kecil terbit di wajah tegas Allard.

Elle yang melihat senyum Allard semakin meradang. "Dasar, orang tua. Malah senyum senyum, gak jelas," Cibir Elle seraya menatap sengit Allard.

"Tua, tua gini. Saya masih jadi idola daun muda tau," Balas Allard tak mau kalah.

Elle berdecih. "Udah, deh. Ini mau jalan gak? Kalau enggak, Saya naik taksi aja," Ujar Elle sambil bergerak ingin membuka pintu karena sudah kepalang jengah dengan tingkat kepercayaan diri Allard.

Allard yang melihat itu gelagapan sendiri, akhirnya ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit menuju rumah Elle. Beberapa menit mobil yang dikendarai Allard berbaur dengan mobil lain di padatnya jalanan, Allard mengingat sejak bangun Elle belum mengisi perutnya.

Tak jauh dari posisi mobilnya berhenti karena kemacetan, Allard dapat melihat ada restoran di sisi kiri jalan. "Kamu mau sarapan dulu?" Tanya Allard pada Elle yang sudah di tunggu beberapa waktu tidak mendapatkan jawaban.

Allard mengerenyitkan dahinya, lalu menoleh ke arah kursi penumpang di sampingnya. Ia terkekeh kecil karena mendapati Elle yang tengah tertidur dengan kepala bersandar pada jendela mobil miliknya.

"Tadi aja, kaya induk singa. Sekarang kaya anak kucing," Celetuk Allard

"Kurang, ajar. Bisa bisanya Gue di bilang kaya induk singa, gasadar diri. Dia aja kaya simpanse," Batin Elle memaki Allard karena celetukan tak bertanggung jawab pria itu.

Tangan Allard terulur untuk mengelus surai milik Elle. "Saya enggak, tau. Sejak kapan perasaan ini muncul, tapi satu hal yang Saya yakini. Perasaan ini enggak salah, dia hadir makin besar tiap harinya. Saya benar-benar dibuat bertekuk lutut dengan wanita kecil ini," Ujar Allard penuh ketulusan seraya tersenyum.

Elle mendengar dengan jelas semua perkataan yang keluar dari mulut Allard, jantungnya pun berpacu cepat seketika. Ia mulai merasa suhu tubuhnya melonjak, ada rasa panas yang muncul di wajahnya. Elle yakin, wajahnya pasti memerah sekarang, dan untuk menyembunyikan hal itu, Elle memilih mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah jendela.

Dan tanpa sopan santunnya, Allard yang tingkat kepekaannya tinggi malah membawa kepala Elle untuk bersandar di pundak lebarnya.
🫠🫠🫠

END




















TAPI
BOHONG
HEHEHE
- - -

TBC

komen dan vote sebanyak banyaknya ya! hehe love you all

Gennaíos Lámpsi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang