Bagian 12

7.3K 506 73
                                    

Happy Reading❤

Gelapnya malam seolah membuat kedua insan remaja tersebut semakin bergelora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelapnya malam seolah membuat kedua insan remaja tersebut semakin bergelora. Sang pria yang tubuhnya sudah bercucuran keringan terus menghentakkan dirinya guna mencapai pelepasannya. Sedangkan sang wanita sibuk mencari pelampiasan ketika intinya perih tak terkira. Di detik berikutnya pada hentakan terakhir cowok tersebut ambruk bersamaan dengan pelepasan yang diinginkannya.

Dylan melepaskan penyatuan mereka berdua lalu membuang alat kontrasepsi yang telah penuh dengan cairannya. Ia menuruni ranjang dan memakai boxer miliknya tanpa mengatakan apapun pada pasangannya. Tangannya bergerak mengambil sebungkus rokok yang tergeletak di meja. Dylan menghidupkannya tanpa beban.

Kirana melirik ke arah Dylan yang tengah sibuk menghisap nikotin tersebut. Tangannya menahan selimut yang kini menjadi penghalang tubuh polosnya. Dylan seperti ini saja terlihat tampan apalagi ketika berpakaian lengkap. Terlebih saat permainannya tadi ...

Errr,,, Kirana tersenyum sendiri.

"Lan, kapan kenalin aku ke Bunda kamu?"

Dylan melirik sinis. "Lo ngancem gue?"

"Bukan gitu Lan. Kamu kan udah janji sama aku?"

"Gue ngomong bukan janji," jawab Dylan santai. Masih dengan sebatang rokok di tangannya.

"Setelah semua yang kita lakuin kamu masih mau ngehindar Lan?" Kirana menunjukkan mimik wajah tidak percaya. Kenapa Dylan selalu saja bersikap seperti ini. Kemana Dylan yang dulu ia kenal?

"Udah rusak gak usah kebanyakan nuntut," sindir Dylan pedas. Perkataan itu benar-benar menuhus dalam perasaaan Kirana.

"Kenapa kamu berubah jadi kayak gini Lan? Salah aku apa?" tanya Kirana sesak.

"Gue udah bilang, kan, kalau gue gak suka cewek yang banyak tingkah! Lo cukup diem, nurut sama gue! Paham lo?!"

Kirana menatap Dylan benci. Tangannya terkepal menahan emosi. "Tapi kamu udah janji sama aku kalau kamu bakalan kenalin aku ke Bunda kamu, Lan. Dan sekarang aku tagih janji itu."

"Berisik!! Gue cekek juga lo lama-lama!!" ancam Dylan. Matanya memerah menatap Kirana yang membeku di tempatnya.

"Aku cuma permintaan yang sederhana Lan. Kenapa susah banget sih?"

"Minta berapa biar mulut lo itu diem?" Dylan mengambil dompet kulitnya lalu mengeluarkan semua uang berwarna merahnya. Melemparkannya begitu saja ke wajah Kirana.

Harga diri Kirana tersentil ketika menerima perlakuan rendahan seperti itu. Matanya berkaca-kaca. Perasaannya campur aduk antara marah, sedih, malu. Kata-kata Dylan begitu perih untuk ia telan secara bulat-bulat.

"Lan ...," lirih Kirana.

"Kurang? Nih, ambil kartu gue." Dylan melemparkan dompetnya ke ranjang dan langsung memakai pakaiannya. Tidak ingin terkurung lebih lama dengan Kirana.

ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang