Epilog

1.6K 150 19
                                    

Beberapa bulan berlalu semenjak kejadian yang membuat Sakura menjadi sosok yang pendiam, sedangkan Sasuke menjadi sosok penghibur istrinya.

Telah selesai segala teror yang mengganggu Sakura tapi ini tetap menyakitkan rasanya melihat sahabatmu bunuh diri ketimbang mengetahui kenyataan bahwa sahabatmu ingin membunuhmu.

Satu lagi yang mencengangkan adalah Sai pelaku yang membunuh Kisame pada saat itu, dari mana mereka tau ketika seluruh rekaman CCTV terhapus?

Jawabannya ada pada Sasori.

Laki-laki itu tidak sengaja bertemu Sai dipintu masuk sel, Sasori hendak kembali ke kantor tapi merasa janggal karena ia tau Sai sedang tidak ada keperluan di penjara utama. Saat itupun Sasori mulai mendengar perkembangan kasus Sakura begitupun segala bukti yang hilang, kecurigaannya menguat saat melihat Sai beberapa kali terlihat ada disekitar ruang monitoring dimana itu adalah wilayah kerja Shikamaru.

Sasori yang memulihkan segala rekaman CCTV setelah sebelumnya mencoba mengambil alih komputer Sai, ia memberikan segala barang bukti pada Shikamaru dan mengatakan jika lelaki Nara itu harus tutup mulut sampai kasus ini selesai.

Begitu keadaan sudah membaik barulah Shikamaru mengatakan yang sebenarnya pada Sasuke dan Sakura, bertepatan dengan pindahnya Sasori ke kantor kepolisian Kyoto besok.

Jadi dengan perut yang sudah membuncit, Sakura setengah berjalan cepat kearah ruangannya melewati lorong yang sepi karena hari ini adalah hari Minggu.

Pintu terbuka menampilkan Sasori dengan baju casualnya menatap Sakura kaget, tampaknya lelaki itu sedang mengemasi barang-barangnya.

"Nona Haruno?" Sasori terlihat bingung melihat Sakura masuk ke dalam ruangan.

Sakura terdiam sesaat menatap Sasori lalu setengah membungkuk karena keadaan perutnya, "Terimakasih banyak, Sasori-san... Terimakasih..."

Sasori tampak mencerna segalanya sampai kemudian senyum simpul terpahat diwajah tampannya, "Tegakkan badanmu, kasian anakmu itu."

Sakura berdiri dengan tegak melihat Sasori berjalan mendekatinya, "Aku berhutang cukup banyak padamu."

"Tidak masalah. Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu." Sasori berdiri tepat didepan Sakura, "Aku senang bisa berguna disini."

Sakura ikut tersenyum lalu mengangguk, "Akan kutraktir lain waktu."

"Sayangnya kau tau aku akan pindah mulai besok. Seluruh keluargaku juga ada disana, tidak ada alasan aku untuk kembali kesini." Sasori mengendikan bahunya, "Mungkin jika ada pekerjaan yang menyangkut disini, aku baru bisa berkunjung. Itupun tidak tau kapan.

"Aku akan kesana untuk-"

"Jangan. Aku benar-benar tidak apa-apa." Sasori tersenyum menenangkan Sakura yang merasa tidak enak, "Kau patner favoritku, nona Haruno. Senang bisa berkenalan denganmu."

Sakura ingin sekali menangis sekarang, ia sungguh sensitif karena masa kehamilan terlebih kehadiran Sasori selama ini terkadang ia acuhkan.

Sasori terkekeh melihat Sakura yang ingin menangis lalu ia melirik ke arah pintu dibelakang Sakura, "Boleh kupeluk istrimu?"

Sakura tersentak lalu ikut menengok ke belakang, disana Sasuke berdiri dengan baju bebasnya dan topi hitam yang menutupi rambut uniknya.

Sasuke mendengus, "Tapi jangan kau bawa dia."

Sasori tersenyum geli lalu merentangkan kedua tangannya kearah Sakura, "Maaf, aku ingin sekali memeluk Ibu hamil didepanku saat ini. Boleh?"

Sakura mengangguk lalu memeluk Sasori yang langsung dibalasnya, tidak erat karena keadaan perutnya saat ini.

🌈OUR : [Tentang Cara KITA Lewati Semua.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang