Alay

2.4K 219 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



14

"Gue mau balik aja lah!" Zidan bangkit dari duduknya, "Mau nyusulin Neo."

Arsya menggeleng, Sakha menatapnya jengah.

"Neo baru pergi lima belas menit lalu." Sakha menyangga kepalanya, "Dia aja belum sampe Surabaya."

"Bodo amat. Gue mau nyusulin Neo." Zidan mengambil tas miliknya lalu berjalan ke arah pintu.

"Temen lo, Sya." Sakha menatap Zidan jengah.

"Gue gak punya temen bucin." balas Arsya, dia menyenderkan punggungnya, "Temen lo, Kha. Soalnya sama-sama bucin nggak ngotak."

"Bukannya lo yang bucin nggak ngotak?"

Zidan berhenti melangkah di depan pintu. Seorang guru yang akan mengajar di kelasnya menghalangi langkah Zidan.

"Mau ke mana kamu?"

Zidan nyengir, "Saya mau ke..." Zidan melirik ke sembarang arah. Dia menunjuk ke arah kirinya, "Pak, Arsya tuh."

Guru itu menoleh ke kiri, dan Zidan langsung menyelinap pergi.

"Heh! Kurang ajar banget kamu, Zidan!"

"Maaf, Pak. Tapi saya mau ngebucin dulu."

"Punya pacar aja enggak mau ngebucin. Balik sini kamu!"

"Pan-kapan, Pak, kalo saya inget."

Zidan berlari menuruni tangga. Padahal baru jam pertama, Zidan sudah mau membolos saja.

"Heh! Heh! Mau ke mana kamu?"

Langkah Zidan terhenti. "Saya mau ke—" ucapan Zidan terhenti saat melihat seseorang yang berdiri di belakang wakil kepala sekolah.

Ekspresi wajah Zidan berubah datar dan kaku. Cowok aquarius itu mencengkram kuat tali tas miliknya.

"Balik lagi. Gak usah ngebolos atau saya laporin ke orang tua kamu."

Bahu Zidan didorong agar berbalik. Zidan berbalik, dia kembali naik. Wakil kepala sekolah mengikutinya dari belakang.

"Sialan." umpat Zidan pelan, dia membuka pintu kelas.

"Oh? Balik lagi kamu?"

"Permisi, Pak."

Zidan melangkah menuju kursinya. Tasnya ia letakkan asal di atas meja. Arsya menatapnya, lalu menatap ke arah depan. Dia menyimpan ponselnya.

"Dan, si Jeje bukan?" Sakha menoleh, menatap Zidan. "Kenapa dia bisa sampai sini?"

"Mana tau."

Zidan mendengus. Dia tidak memperdulikan perkenalan Jeje di depan sana. Yang ia pedulikan sekarang, kenapa dia bisa pindah sekolah?

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang