Ucapan Zidan

2.7K 302 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



09

Neo menatap klinik sederhana di depannya. Cowok itu meremat ujung hoodienya, kakinya terasa terpaku. Tidak bisa bergerak untuk masuk. Menuruti keinganannya selama ini.

Menggugurkan kandungannya.

"Ayo," Zidan menyentuh tangannya. Wajahnya begitu datar, menatap Neo yang berdiri satu langkah kecil di belakangnya. "Ayo, katanya mau digugurin. Udah sampai ini."

Neo memandangnya, merasa genggaman lembut Zidan di lengannya. "Z-Zidan," Neo memanggil gugup.

Zidan berkedip, wajahnya melunak. "Neo, ayo. Ini gak akan sakit kok. Dan setelah ini, lo gak akan ngerasain mual-mual lagi, bisa makan apapun, lo gak akan terganggu. Lo gak akan tertekan lagi." Zidan tersenyum, "Setelah ini selesai, gue bakalan jauhin lo. Gue gak akan deketin lo lagi."

Neo berkedip pelan. Tubuhnya bergetar, perlahan dia jatuh berjongkok. Genggaman tangan Zidan terlepas. Neo menyembunyikan wajahnya.

"Gue gak bisa..." ujarnya disela isak tangisnya. "Gue gak bisa, Zidan. Gue gak bisa ngebunuh darah daging gue sendiri."

Zidan menarik napasnya dalam-dalam. Dia ikut berjongkok di depan Neo, menyentuh rambut hitam si pemilik hatinya.

"Neo, kita coba lagi, ya. Pelan-pelan aja. Jangan dipaksa," Zidan berujar lembut. "Dan lagi, ini bukan cuman anak kita aja. Ini juga tentang kita dan orang tua lo."

Neo mendongak, "Orang tua gue?"

"Yeah." Zidan mengangguk, "Lo bilang sendiri, butuh waktu sepuluh tahun untuk mereka dapetin lo. Itu bukan waktu yang singkat Neo. Dan apa yang bakalan mereka rasakan kalo lo nekat gugurin Baby Sesa? Mereka bakalan sedih banget."

Hatinya terasa sesak mendengar ucapan Zidan. Cowok itu malah kembali menangis, Zidan menyentuh wajahnya, mengusap pipinya yang basah karena air mata.

"Neo, udah. Jangan nangis. Gue malu diliatin. Nanti mereka mikir gue macem-macem sama lo."

"Lo emang udah macem-macem ke gue." balas Neo kesal, dia mengusap air matanya kasar. "Gue mau pulang."

"Ya udah, ayo pulang." Zidan berdiri, membantu Neo agar berdiri juga.

"Tapi gue mau jajan."

"Ya udah ayo jajan."

"Mau telur gulung, mau sempol, mau siomay, mau piscok, mau—"

"Iya iya kita beli semua. Sekarang ayo pulang, gue nggak nyaman di sini."

"Lagian lo ngajak ke sini."

"Ya lo bilang capek, ya gue ajak ke klinik ini lah." Zidan menaiki motornya kembali, helmnya ia kenakan.

"Tapi 'kan gue gak beneran mau. Seharusnya lo peluk gue, tenangin gue gitu. Bukannya ngajak gue ke tempat kayak gini," sinis Neo. Dia duduk di belakang Zidan. "Dasar gak peka."

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang