Bonus ++

2.7K 188 2
                                    

Tetiba pengen buat.  Singkat sih, tapi nggak papa.

oOo

"Papa, Papa."

Zidan menoleh, dia menatap Zenaya yang duduk di sebelahnya. Sementara dirinya, fokus dengan pekerjaannya. Putrinya sudah beranjak mau usia lima tahun, sudah besar katanya.

"Papa lihat!" Zenaya menyodorkan ponselnya ke sang Papa.

Zidan menatap layar ponsel yang memang ia berikan untuk Zenaya. Anaknya ini sangat sulit berbicara dengan orang asing, dia akan sangat pendiam. Kalau berbicara pun, dia lebih dulu menuliskan sesuatu di ponselnya menggunakan stylus pen. Atau kalau dia, dia akan membawa tablet mainannya.

"Kenapa? Harimau menguap, 'kan?" tanya Zidan, dia mengerjap saat sadar maksud Zenaya menunjukkan video harimau menguap.

Dan saat Zidan menatapnya, Zenaya tengah menatapnya dengan mata bulatnya. Zidan seperti melihat bintang di kedua mata jernih Zenaya yang begitu mirip dengan Neo.

"Papa, ayo beli harimau."

Nah 'kan! Zenaya ini memang Neo sekali. Zidan cuman bisa berucap sabar di dalam hati.

"Beli harimau?" tanya Zidan yang tentu saja diangguki oleh Zenaya. "Kita... liat aja di kebun binatang, ya?"

Zenaya menggeleng. Menolak saran yang Zidan katakan.

"Beli."

"Ya nggak bisa dong, sayang. Mahal loh." Zidan meletakkan kedua tangannya di meja, "Dan lagi, harimau itu suka makan orang. Apalagi Naya yang masih kecil ini, harimau suka ngunyahnya."

Zidan bukan seorang Ayah yang baik karena selalu saja berkata yang buruk-buruk kalau putrinya ini meminta sesuatu. Nggak papa kalau boneka atau baju gitu, ini minta hewan buas.

"Kenapa semua hewan suka makan manusia, Papa?" Zenaya cemberut, "Naya mau lion, Papa ndak kasih. Naya mau bear, Papa ndak kasih. Naya mau Jaemin, Papa juga ndak kasih."

"Heh! Jaemin mulu. Lagi pula, Jaemin tuh cocoknya jadi Ayah kamu, bukan pacar kamu. Udah, kurangin nonton film."

Zidan sebenarnya khawatir dengan anaknya ini yang sering sekali dicekoki drama-drama romantis oleh Mama. Beberapa kali, Zenaya memberitahu ucapan-ucapan yang tidak seharusnya anak lima tahun ucapkan.

Zenaya mengerucutkan bibirnya, dia menscroll layar ponselnya.

"Jangan kebelan dewasa, Naya. Seharusnya kamu tuh nonton cocomelon, bukan drama remaja."

Zenaya menatapnya, dia mematikan ponselnya. "Papa, Naya mau t-rex."

Zidan hampir salah membubuhkan tanda tangannya mendengar ucapan polos anaknya.

"Nggak usah ngadi-ngadi. Kamu makan aja, pasti laper sekarang. Pantes aja ngomongnya ngelantur gitu."

Zenaya bangkit, "Ya udah, Naya mau beli mie aja."

"Heh!" Zidan menahan bahu sang anak, "Diem sini. Papa cariin t-rex buat kamu."

Zenaya tersenyum senang. "T-rex!"

Zidan menghela napas, dia akan memberikan apapun asalkan anaknya tidak makan mi sama makanan siap saji yang nggak sehat. Junk food, dilarang keras. Kalau mau, dia nanti kasih mi yang warnanya hijau itu. Siapa tau nanti Zenaya dapat fotonya Jaemin.

Bocah bau kencur gitu udah tau cowok ganteng ternyata. Zidan waktu umur segitu, boro-boro tau cewek cantik. Dia abis mandi aja masih dibedakin sama Mama sewajah-wajahnya.

"Papa, t-rex!"

"Iya, bawel."

oOo

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang