Suaranya...

1.9K 225 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



18

"Zidan."

Tengah malam, Neo mengguncang tubuh Zidan. Menepuk bahunya berkali-kali. Berharap kalau Zidan akan segera bangun.

"Zidan! Bangun cepetan!"

Zidan membuka sedikit matanya. "Kenapa?" tanyanya serak dan mengantuk.

"Pengen macaroon."

Kedua mata Zidan terbuka sempurna, dia menatap Neo tidak percaya. "Macaroon?"

"Iya, macaroon. Sama minuman matcha."

"Mana ada yang jualan matcha tengah malem gini."

"Ya cari. Minuman botol kek." Neo merengek, "Beliin. Gue mau sekarang."

Zidan ikut bangkit duduk, "Nanti siang aja." Zidan melirik jam, "Masih jam setengah satu, udah malem."

"Tapi maunya sekarang." Neo menatapnya dengan kedua mata berkaca-kaca. "Bukan gue yang pengen. Baby Sesa yang mau."

Zidan menghembuskan napasnya pelan. Dia mengangguk, "Gue cari dulu. Kalo gak ada, pulang sekolah kita cari."

Neo mengangguk. Dia menatap Zidan yang bangkit berdiri, mengambil jaket dan dompetnya, tidak lupa kunci motornya.

"Lo tidur aja. Nanti kalo udah dapet, gue bangunin."

Neo mengangguk. Dia membiarkan Zidan pergi. Walaupun disuruh untuk tidur kembali, nyatanya Neo tidak melakukannya. Dia tetap terjaga, memainkan ponselnya sambil menunggu Zidan kembali.

Rasa kantuknya benar-benar tidak datang. Sampai sekitar setengah jam, Zidan kembali. Membawa macaroon dan matcha yang Neo inginkan. Entah di mana Zidan menemukannya, Neo tidak peduli. Yang penting, keinginannya terkabulkan.

"Gak tidur?"

"Gak bisa."

Zidan memberikan paper bag ke Neo yang langsung di terima olehnya. Neo membukanya, melihat sekotak macaroon dan segelas minuman matcha.

"Sini deketan." suruh Neo saat Zidan sudah duduk di sebelahnya. Jaket yang dia kenakan, sudah terlepas dari tubuhnya. Menyisakan kaos berwarna hitam yang membalut tubuhnya.

Zidan menurut, dia semakin mendekat ke Neo. Dan tanpa Zidan duga, Neo menciumnya. Yeah... mencium Zidan lebih dulu. Zidan kaget tentu saja. Terakhir kali Neo mencium dia lebih dulu itu saat mereka ada di Surabaya. Setelah itu, Neo tidak pernah menciumnya lagi.

Tengkuk Neo, Zidan tahan agar tidak menjauh. Sekarang malah dia yang mengambil alih. Mencium Neo sedikit menuntut. Sebut saja sebagai bayaran atas apa yang Zidan lakukan untuk Neo tadi.

"Makasih karena udah mau keluar malem-malem."

o0o

"Zidan," Neo menatap beberapa anak sekolah dasar yang berjalan kaki menuju sekolah mereka. Mereka lagi main latto-latto yang sampai sekarang masih viral.

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang