Jurnal

2.5K 243 38
                                    

Selamat datang di ending!!

Selamat datang di ending!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



24

Zidan menatap pegangan pintu di depannya. Terlihat ragu untuk menyentuhnya, memutarnya lalu mendorong pintunya. Zidan ragu, bahkan sangat.

Sejak awal, Dokter mengatakan kalau Neo mengalami satu benturan lagi, kemungkinan salah satunya tidak akan selamat. Apalagi Neo juga mengalami satu tusukan yang cukup dalam sampai mengenai organ vitalnya.

Pintu ruangan Neo, dia buka. Zidan mendongak, melihat Neo yang duduk di ranjangnya. Menatap ke arah jendela kamar, remaja itu hanya diam. Kedua tangannya berada di atas pahanya. Senyum tipis di wajahnya terlihat.

Zidan tidak tau apa yang membuat Neo tersenyum. Tapi yang pasti, dia tidak pernah melihat senyum Neo setulus itu.

Kepala Neo menoleh, dia menatap Zidan yang berada di ambang pintu. Neo kembali tersenyum, kedua tangannya ia rentangkan. Zidan cemberut, dia mendekat ke arah Neo.

"Jangan nangis."

Zidan memeluknya, wajahnya tenggelam di ceruk leher Neo. Pelukannya begitu erat seolah tidak ada hari esok.

"Gak papa, kak Zidan." bisik Neo, dia menepuk-nepuk punggung Zidan dengan lembut.

"Enggak. Ini gak baik-baik aja." balas Zidan, air matanya menetes ke kulit leher Neo yabg terekspos. "Maafkan aku, Neo. Maafkan aku."

Neo terkekeh, "Sekarang aku-kamu, eh?" tanyanya geli.

"Sekarang udah ada Zenaya, jadi harus dibiasakan." balas Zidan. "Neo, aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa menjagamu. Aku... aku.."

"Berhenti meminta maaf. Itu terdengar sangat memuakkan."

"Aku benar-benar merasa bersalah."

"Ini bukan salahmu, astaga."

Zidan menjauhkan kepalanya, wajahnya memerah, begitu juga dengan matanya. Pipinya juga basah karena air mata.

Neo mengangkat kedua tangannya, menangkup wajah Zidan. Mengusap jejak air mata yang tertinggal di pipi Zidan yang bulat.

Cinta yang buat gendut itu memang benar adanya.

"Aku mencintaimu," cicif Zidan. Dia menggenggam tangan Neo yang bebas dari jarum infus. "Tolong jangan terluka lagi. Aku takut."

Neo mengangguk, "Aku gak akan terluka lagi." balasnya, "Kak Zidan juga tidak boleh terluka. Harus janji gak boleh luka, gak boleh berantem lagi. Nanti aku sama Zenaya marah."

Kedua bibir Zidan bergetar, air matanya kembali keluar. Neo tentu saja langsung menghapusnya, memberikan senyum tulus yang malah membuat tangis Zidan semakin terlihat.

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang