|16| Broken home

228 37 19
                                    

"Hanif?".

Sekarang winter tengah berada di kamarnya sedang memikirkan saudara Januar tersebut.

'namanya terdengar familiar'.

'TokTok'.

Pintu kamar winter pun di ketuk dan dibuka menampakkan Januar yang sudah rapih pagi ini.

"Kamu mau kemana?"tanya winter.

Januar tersenyum dan mendekati winter. "Mau ke villa. Mau ikut?"tawar Januar.

Winter terdiam sejenak lalu mengangguk.

"sekarang bersiaplah dan aku akan tunggu di ruang keluarga"ujar Januar dan berjalan meninggalkan kamar winter.

Winter segera pergi ke walk in closetnya untuk bersiap. Setelah bersiap winter keluar dari kamarnya.

"Ayok!"ajak winter setelah di ruang keluarga yang terdapat Januar sedang duduk dan di sebelahnya ada saudara kembar Januar.

"Hanif?".

Hanif menoleh kearah winter dan menaikkan satu alisnya.

"Hanif akan ikut bersama kita"ujar Januar memberitahu.

Winter sontak membulatkan mata indahnya. "Kenapa begitu?"seru winter yang seperti tak suka jika Hanif ikut.

"Lo kenapa? Gue pokoknya ikut, ngga akan gue biarin kalian jalan berdua sebelum kalian berdua nikah!"ujar Hanif dengan ekspresi wajah yang membuat winter, menyebalkan?.

"Sudah-sudah, kalian berdua ikut!".

Mereka bertiga pun berjalan ke halaman depan yang terdapat mobil Januar yang sudah disiapkan.

"Ets, Lo mau apa?"cegat winter saat Hanif mengambil duduk di depan.

"Mau duduklah"jawab Hanif.

"No no.. gue didepan, Lo di belakang sana!".

"Enak aja! Lo yang dibelakang"tolak Hanif.

"Kenapa begitu?"heran winter dengan wajah yang menurut Hanif, errr menggemaskan.

'singkirkan pikiran itu bodoh!'.

"Kenapa kalian ribut terus? Hanif Lo ngalah kek!"ujar Januar yang terlihat kesal.

Hanif pun mengalah dan duduk di bangku belakang mukanya pun terlihat masam.

Selama perjalanan mereka hanya diam dan hanya musik yang terdengar.

"Jika mengantuk tidurlah!"ujar Januar yang tidak sengaja melirik kearah winter.

Hanif?, Dia sudah tertidur nyenyak dibelakang.

Winter menoleh. "Aku ngga ngantuk, hanya bosan"jawab winter memandang wajah Januar yang sudah menjadi kebiasaannya.

"Kalau begitu nyanyi saja!".

Winter terdiam. "Kamu tau aku bisa nyanyi?"tanya winter.

"Mendengar suaramu saja, aku yakin kamu bisa bernyanyi"jawab Januar.

"Hmm nyanyi apa ya?"

They would yell, they would scream, they were fighting it out
She would hope, she would pray, she was waiting it out
Holding on to a dream
While she watches these walls fall down

Sharp words like knives, they were cutting her down
Shattered glass like the past, it's a memory now
Holding on to a dream
While she watches these walls fall down

Hey, mom, hey, dad
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home
Who's right, who's wrong
Who really cares?
The fault, the blame, the pain's still there
I'm here alone inside of this broken home, this broken home

Januar tertegun dengan suara indah winter, dengan setiap lirik yang sesuai realita hidupnya.

Wrote it down on the walls, she was screaming it out
Made it clear, she's still here, are you listening now?
Just a ghost in the halls
Feeling empty, they're vacant now

Hanif secara tiba-tiba menyambungkan liriknya dengan suara khasnya membuat winter yang sedang menangis pun menoleh dan tersenyum tipis begitupun dengan Januar.

All the battles, all the wars, all the times that you've fought
She's the scar, she's the bruises, she's the pain that you brought
There was life, there was love
Like a light and it's fading out

Januar pun ikutan menyanyi dengan deep voicenya membuat winter merinding mendengar.

Hey, mom, hey, dad
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home
Who's right, who's wrong
Who really cares?
The fault, the blame, the pain's still there
I'm here alone inside of this broken home, this broken home

Dilirik yang terakhir pun mereka menyanyikan bersama dengan emosi mereka.

Mereka ini sama-sama broken home. Memiliki keluarga yang utuh, masa lalu keluarga yang kelam dan sama-sama ditinggal oleh ibu mereka.

______________

Mobil Januar pun telah sampai dihalaman villa. Didepan sana winter dapat melihat sebuah mobil mewah yang yang dikenal pasti oleh winter.

Mereka pun turun dan masuk kedalam bersamaan dan melihat kedua pria dewasa dengan satu wanita yang sangat-sangat mereka kenal sedang duduk disana seperti sedang menunggu seseorang.

"Ayah?".

Panggil winter membuat ketiga orang dewasa itu menoleh.

Johnny, Jeffrey dan Jennie yang terduduk pun langsung berdiri melihat tiga anak muda itu yang sedang berjalan kearah mereka.

"Winter"lirih Jeffrey.

Sungguh Jeffrey sangat iri saat winter memanggil Johnny 'ayah'.

"Ada apa papa kesini?"tanya winter to the poin.

"Winter sayang, duduk dulu sini"ujar Johnny melambaikan tangannya untuk menyuruh winter kearah dia.

"Langsung aja, jangan bertele-tele!"ketus winter sembari melipat kedua tangannya.

"Melihat keadaan kamu sudah membaik, papa putuskan ingin membawa kamu kembali ke mansion"ujar Jeffrey sembari menatap winter yang duduk disebelah sahabatnya itu.

"Tiba-tiba?".

Jeffrey membasahi bibirnya, dia sangat gugup saat ini. "Papa ini memperbaiki semuanya winter".

"Papa mau bahagiakan kamu mulai sekarang, kamu mau yaa pulang?"ujar Jeffrey dengan tatapan memohon.

Winter hanya terdiam tak menanggapi apapun yang di ucapkan papanya itu.







Next?

SICK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang