|17| Canggung

233 34 11
                                    

Winter berada di mobil Jeffrey sekarang. Dia sudah membuat keputusan untuk kembali ke mansion itu ingin memberi kesempatan ke dua untuk papa ya.

Winter duduk bersebelahan dengan Jeffrey sedangkan Jennie duduk didepan.

Dibelakang mobil Jeffrey terdapat mobil Januar yang mengekor.

____________
'Januar POV'

"Lo yakin sama kepuasan Lo yang mau tinggal sama winter?"tanya Hanif sedikit ragu dengan keputusan Januar.

Januar menganggukkan kepalanya. "Hmm, kondisinya mental winter belum stabil sepenuhnya, aku takut jika Ingatan masa lalunya kembali secara tiba-tiba"ujar Januar.

"Mangkannya gue bilang juga apa, nikah sekalian, biar enak Lo bawa winter kerumah Lo dan rawat dia juga lebih enak".

"Dan jangan lupa cinta. Nikah tanpa cinta itu bulshit, karena pada akhirnya sama-sama luluh"ujar Hanif.

"Gue harus pikir dengan matang kalo urusan menikah nif. Biarin semuanya selesai dan damai baru gue bisa tenang untuk nikahin winter".

"Lagipula Lo ngga liat gimana ribetnya masa lalu? Masa lalu keluarga kita dan keluarga winter itu satu alur yang menjadi rumit bagi kita penerus mereka!"jawab Januar.

"Bener juga kata Lo, gue bakal lebih hati-hati sama urusan nikah".

'Januar POVend'
__________

Winter membuka handphonenya dan menelpon seseorang.

'halo?'

"Halo Januar".

'ada apa winter?'.

"Nanti ke mansion aku aja ya!".

'hmmm, okelah'.

"Okee".

'Tut'.

Telepon dimatikan secara sepihak oleh winter.

"Winter suruh Januar sama Hanif tinggal di mansion gak papakan?"tanya winter.

Jeffrey mengangguk. "Ga apa-apa kok".

Sungguh suasana yang sangat canggung untuk mereka, terutama Jeffrey.

Jennie hanya terdiam sejak tadi, dia juga merasa canggung dengan winter saat ini.

Winter yang merasa bosen pun mulai bersenandung kecil sembari melihat keluar jendela mobil.

Jeffrey menatap winter, dia sangat rindu sekali dengan anak perempuan satu-satunya ini.

"Winter"panggil Jeffrey.

Winter menoleh dan menatap Jeffrey penuh tanya.

"Maff papa ngga sempat ucapin selamat ulang tahun untuk kamu"ujar Jeffrey.

Winter terdiam. "Winter ngga papa kok. Winter juga ngga peduli"jawab winter dengan akhiran menaikkan pundaknya dan kembali menatap luar jendela seolah dia tidak peduli.

Jeffrey menghela nafas pelas dan menunduk, sedangkan Jennie hanya dia melihat winter bersikap acuh pada Jeffrey.

Mobil mewah Jeffrey terparkir di depan pintu utama mansion. Mereka keluar secara bersamaan diikuti Januar dan Hanif yang ikut keluar.

"Januar!"panggil winter dengan antusias.

Sedangkan Hanif hanya merotasikan matanya malas, terlalu sering mereka seperti itu,Bucin.

"Emang enak ngejalanin hubungan tanpa status?"tanya Hanif pada Januar.

"Kalo gue sih engga, LDR aja ngga enak apalagi HTS"ujar Hanif.

Merekapun berjalan masuk bersamaan. "Januar tidur disebelah kamar aku ya!"ujar winter dan langsung menarik tangan besar Januar.

"Woy tungguin gue!"seru Hanif.

Januar hanya mengikuti jalan winter menuju lift untuk sampai ke lantai tiga. Untung Hanif mengejar mereka cepat.

"Haa haa, kalian ngapain cepet-cepet sih?!"sentak Hanif kesal.

"Langitan ngapain Lo ikut?!"ujar winter ngegas.

"Biasa aja dong. Kenapa sih Lo selalu ngegas sama gue, sekali-kali ngerem kek!"jawab Hanif sembari berkacak pinggang.

"Enak aja gitu ngegas sama Lo, kalo ngerem yang ada nanti kuping gue yang gatel dengerin celotehan Lo itu!"jawab winter santai.

'Ting'

Lift terbuka mereka langsung keluar dan menuju kamar.

Winter membuka kamar yang berada didepan kamar dia. "Ini kamarnya dan didepan kamar aku"ujar winter sembari menunjuk kamarnya.

"Okee, makasih winter".

"Makasih yee, musim dingin".

Winter hanya mendelik sinis ke Hanif, lalu melengos pergi ke kamarnya begitu saja.





Next?

SICK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang