II. Human Hell

625 25 0
                                    

Hujan mengguyur jalanan dengan derasnya pagi itu, menimbulkan kemalasan bagi siapapun yang hendak melakukan aktivitasnya.
Termasuk perempuan yang 1 ini, baginya hidupnya sama sekali sudah tidak berarti lagi semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan oleh orang yang tidak bertanggung jawab saat ia duduk di kelas 1 SMA .

Perempuan itu bernama Marsha Lenathea anak tunggal dari keluarga yang sederhana.
Ia sekarang tinggal sendiri dengan bermodalkan apa yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Saudara ? bahkan ia tidak tahu di mana mereka.
Dengan sifat dinginnya ,
di kampus pun juga tak ada yang mau dan berani mendekatinya .

Seperti biasa Marsha hanya menundukkan kepalanya selagi sesi perkuliahan berlangsung. Rasa kantuk selalu menyelimutinya karena waktu tidur yang berantakan ,
tentu saja itu semua karena pekerjaannya di malam hari sebagai waiters klub .

Akhirnya kelas pertama di hari itu pun selesai ada waktu break sebelum melanjutkan ke kelas yang selanjutnya.
Lagi-lagi Marsha hanya berdiam diri di meja dan memilih menyendiri dari keramaian sebagai seorang introvert

"Woi Marsha, lo di panggil rektor ke ruangannya"

teriak seseorang yang Marsha yakini ia tidak mengenal siapa yang meneriakinya itu

Marsha jelas sudah tahu tujuan rektor memanggilnya ,
bukan hanya sekali bahkan ini sudah yang ke sekian kalinya ia mendatangi ruangan itu .
Apa lagi kalau bukan soal biaya kuliahnya yang ia tunggaki

"Mau sampai kapan baru kamu akan melunasi uang kuliah kamu? Kampus sudah memberikan keringanan dan waktu yang cukup untuk kamu "

Bukannya menjawab,
Marsha hanya menatap kosong kepada rektornya

"Hei ... saya bicara sama kamu ! Tolong dijawab !"
(bentak rektor itu pada Marsha)

"Bapak mau saya jawab bagaimana?! jawaban saya sama,  belum punya uang untuk melunasi uang kuliah saya"
(Marsha tak kalah kuatnya)

"Jaga nada bicara kamu!
Tolong hormati saya di sini ,
kalo begini terus kamu bisa di DO oleh pihak kampus jadi segera lunaskan semuanya "
(terang rektor itu )

"Terserah saya tidak peduli ! "

Marsha pun meninggalkan ruangan itu dengan acuhnya .
Ia benar-benar tak perduli jika nantinya ia akan di DO sekalipun, toh ia kuliah hanya karena dulu ibunya lah yang menginginkan ia memiliki gelar setinggi-tingginya

Marsha melangkahkan kakinya cepat keluar dari ruangan rektor itu yang tanpa ia sadari sedari tadi ada sepasang mata dan telinga yang menyaksikan perdebatannya dengan sang rektor. Seseorang itu tersenyum penuh makna menatap punggung Marsha yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Sebelum kembali ke kelas,
Marsha hendak mengambil jurnal yang ia simpan di loker kampus. Namun pandangannya teralihkan oleh sekelompok pria yang menyeret paksa seorang wanita agar mengikuti mereka .

Rasa tak peduli Marsha sempat hadir sampai akhirnya ia menghembuskan nafas berat lalu mulai melangkahkan kakinya mengikuti ke mana sekelompok pria itu pergi .

Dengan sedikit menyelinap, Marsha kini sudah berada di belakang kampus kosong .
Tanpa ada siapa pun di sana kecuali mereka sembari mengintip keadaan di sana

"Udah gue bilang ,
jangan bertingkah jadi cewek ! "

bentak salah satu pria yang kini tengah mencengkram lehernya

"Sampai kapan pun lo tetap bajingan di mata gue! "
(jawab perempuan itu )

"Oohh udah berani sama gue?! "

bentak pria itu semakin keras dan kini satu tamparan oleh pria itu tepat mengenai pipi perempuan itu dengan cukup keras hingga Marsha memejamkan matanya

HUMAN HELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang