"Kenma, kau memesan yang seperti biasa?" Pertanyaan Shoyo dijawab anggukan oleh sipemilik surai puding. Shoyo tersenyum, bukan senyum biasa tapi senyum sendu. Ia kemudian mengeluarkan bucket bunga besar dari counter.
"Ini, kali ini gratis karena hari ini ulang tahun anakku!"
Gerakan Kenma yang akan mengeluarkan black card-nya dari dompet terhenti. Kembali memasukan kartu itu dan mengambil bucket bunga.
"Terima kasih Sho, aku akan mengirim hadiah untuk anakmu."
"Ah, itu tidak perlu. Kau terlalu sering memberi Sora hadiah hahaha."
"Tidak apa, sekali-kali."
Shoyo hanya tersenyum. Mau bagaimana pun ia menolak, Kenma pasti akan tetap mengirim hadiah pada anaknya secara diam-diam. Tiba-tiba saja seorang tukang paket datang dengan bingkisan besar dan mengatakan bahwa paket ini ditujukan pada anakknya. Anakknya tentu saja senang, karena hadiah yang di beri Kenma adalah mainan mahal.
Kenma kemudian pamit pergi setelah mendapatkan satu bucket bunga dari toko Shoyo. Ia melambaikan tangan dengan senyum kecil di balas dengan hangat oleh Shoyo dengan senyuman manis.
Kenma melangkahkan kakinya menuju mobil yang tadi diparkir. Masuk kemudian mobil melaju mengikuti setiap rambu dan jalan. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan biasa, mencoba tenang meski hatinya gugup setengah mati.
Tiba di tempat tujuan. Kenma keluar dan mengambil bunga di bagasi. Tak lupa memberikan kunci mobilnya pada petugas disana.
"Ah, anda datang lebih cepat dari biasanya." Ucap petugas sembari menerima kunci. Kenma hanya menjawab dengan anggukan, melangkahkan kakinya menuju tempat ia harus menunggu.
Beberapa orang yang bekerja disana sudah sangat hapal sekali dengan kedatangan Kenma. Pada awalnya mereka mencoba menemani pria itu, tapi lama kelamaan petugas disana juga mulai sibuk. Jadi mereka membiarkan saja, setidaknya ia tidak mengganggu orang-orang.
Kenma duduk disebuah bangku dengan bunga di pangkuannya. Menunggu sambil menatap bunga itu. Tanpa gadget ataupun game yang selalu ia bawa sewaktu jaman sekolah dulu. Ia menunggu dibawah langit biru dan cahaya matahari yang menyorot lewat jendela. Menunggu tanpa tau waktu bergulir begitu cepat.
..
.
.
.
Setelah bayangan Kenma hilang dari pandangannya, Shoyo menghela nafas berat. Mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan. Ketahuilah, bahwa sedari tadi Shoyo tengah menahan tangis.
Seseorang bertubuh jangkung muncul di belakang Shoyo. Sebenarnya sudah sejak tadi ia memperhatikan interaksi Kenma dan Shoyo, tapi dia hanya diammenyaksikan interaksi dua sahabat itu. Ia mendekat ke arah Shoyo dan memeluk pria bersurai orange yang tengah terisak itu dengan lembut.
"Kei, ini sudah tujuh tahun. Ba-bagaiman mungkin dia masih tid-"
"Shhh, tenanglah Sho. Kita akan menjemutnya jam tujuh malam nanti oke?"
"Tapi dia, masih membawa bunga itu...Kei..."
Tsukishima Kei memeluk Shoyo dengan erat sembari mengusap punggungnya yang bergetar. Mencoba menenangkan. Jujur saja dia juga ikut terluka melihat Shoyo menangis seperti ini, tidak hanya saat Shoyo memberi Kenma bunga. Tetapi saat Shoyo merangkai bunga itupun diiringi isak tangis.
Tsukishima menghela nafas berat. Berharap ini semua segera berakhir. Berharap putaran hidup Kenma juga berakhir.
.
.
.
.
.
Tepat jam tujuh malam. Tsukishima dan Shoyo sudah tiba di bandara. Sama seperti Kenma, petugas disana juga sudah hafal dengan pasangan Tsukishima itu. Sejenak mereka saling berbalas kata dan kemudian beranjak pergi.
Shoyo mendapati Kenma dengan wajah kosong menatap kearah orang-orang yang datang dan pergi. Namun tak ada satupun ciri-ciri orang yang ia tunggu akan datang. Bunga dipangkuannya sudah agak layu karena terlalu lama terkena sinar matahari, pertanda bahwa Kenma sudah lama sekali menunggu.
"Kenma..." shoyo memanggil. Pria bersurai bagai puding itu menoleh dengan wajah lelah.
"Sho, ia bilang akan datang. Aku sudah menunggu. Tapi tak ada." Kenma berkata dengan suara lemah, sepertinya Kenma dehidrasi. Karena terlalu lama tidak melepas dahaga.
"Kenma, ayo pulang." Ajak Shoyo, ia setengah jongkok, dan memegang tangan kenma. Menatapnya dengan penuh linangan air mata.
"Tapi aku harus menunggu Sho, bagaimana jika dia datang tapi aku tidak ada?"
Shoyo tetap memohon, meminta Kenma pulang kerumah karena yang ia tunggu tak akan pernah datang. Selama apapun Kenma menunggu, 'orang itu' tak akan pernah sekalipun datang.
"Kozume-san, aku tahu tempat dia berada." Ucap Tsukishima. Ia tak tega melihat Shoyo yang terus memohon agar Kenma pulang.
Untungnya, bujukannya berhasil. Kenma mau beranjak dari duduknya dengan memeluk bunga itu tentunya. Tsukishima menuntun Shoyo. Kenma berjalan didepan mereka dengan tidak sabar.
Tsukishima memutuskan untuk membawa serta Kenma dimobilnya. Biarlah mobil Kenma bermalam dibandara. Nanti ia akan menyuruh Taketora untuk mengambil mobil itu. Kenma memeluk bunga itu dengan semangat. Didalam mobil juga ada Sora. Dia menemani Kenma duduk di belakang sedangkan orangtuanya di depan.
Tiba ditempat tujuan. Kenma merasa bingung. Tempat ini gelap dan sepi. Burung gagak bertengger didepan gerbang, berkoak nyaring kepada orang-orang yang mendatangi tempatnya. "Kenapa kita kesini Sho?"
Pertanyaan Kenma tak dijawab, Tsukishima terus berjalan dengan menuntun Shoyo. Kenma mengikuti sedangkan Sora di belakang Kenma. Tsukishima berhenti. Disebuah nisan yang lumayan tua namun terawat. Mereka mengelilingi nisan. Kenma masih tidak paham kenapa Tsukishima membawanya kesini. Bahkan Sora juga ikut.
"Kozume-san, bacalah nama yang ada di nisan itu." Ucap Tsukishima, meski Kenma masih merasa bingung tapi dia tetap menuruti perkataan Tsukishima
Beristirahat Dengan Tenang
Kuroo Tetsuro
Bagai dipukul palu godam. Isi kepala Kenma terasa berisik. Berbagai memori muncul, menjawab setiap kekosongan yang ia rasa. Menjawab setiap waktu yang entah ia buang kemana terasa lambat dan berat. Nama itu tak hanya terukir di batu nisan. Tapi juga dihatinya. Nama yang sejak masa ia sekolah selalu ada dihatinya, tertulis rapi di sebuah ruang istimewa.
Dan sekarang nama yang terukir dihatinya juga terukir di batu nisan.
Kenma jatuh terduduk dan menangis sambil memeluk batu nisan yang terukir dengan nama pria yang selalu dia tunggu. Tangisannya keras, memenuhi seluruh tempat pemakaman. Yang mendengarnya juga tahu, tangisan itu terdengar sangat menyakitkan.
Kenma sekarang sadar, ia menunggu seseorang yang raganya sudah menyatu bersama bumi. Menetap disana dengan waktu yang sangat-sangat lama. Sedangkan jiwanya sudah terbang kelangit, kembali pada yang kuasa.
Tsukishima memeluk Shoyo dan Sora. Membiarkan Kenma yang masih menangis. "Ayah, Paman Kuroo menangis." Sora mendonggakan kepalanya, menatap Ayahnya yang berwajah sendu. Tsukishima terdiam. Menghela nafas berat. "Iya, tak apa Sora. Kita biarkan saja."
Sora memeluk Ayahnya semakin erat, tangisan ibunya juga semakin banyak. Kenma juga terlihat frustasi. Matanya beralih pada Kenma, bajunya kotor karena duduk memeluk nisan. Sora melihat orang yang ia sebut Paman Kuroo memeluk Kenma disana.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
Short StoryIni cerita cuma oneshoot atau twoshoot? Yang pasti, cerita ini cuma aku buat pas lagi ada ide. Atau kalau aku kepikiran cerita-cerita. Dan semuanya aku tumpukin disini. Pair : mxm, bxb, fem.Shoyoxharem. Semua chara punya Haruichi Furudate Sensei. A...